Tuesday, January 10, 2012

MANAJEMEN WAKTU, PELAKSANAAN DAN BIAYA OPERASIONAL PADA PENANGKAPAN IKAN


MANAJEMEN
WAKTU, PELAKSANAAN DAN BIAYA OPERASIONAL
PADA PENANGKAPAN IKAN

A. LATAR BELAKANG





Sasaran utama dari setiap usaha penangkapan ikan di laut dengan menggunakan alat tangkap apapun adalah suatu keberhasilan usaha penangkapan ikan, yaitu nelayan yang bersangkutan mampu menangkap ikan sebanyak mungkin sehingga hasilnya dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan juga mampu mendapatkan keuntungan berupa ikan tangkapan maupun hasil penjualan dari ikan tangkapan tersebut. Realisasi dilapangan menujukkan bahwa usaha penangkapan ikan tidak selalu mendapatkan hasil yang diharapkan.
Usaha penangkapan ikan laut merupakan usaha yang tingkat kegaglannya cukup tinggi (High Risk), kenyataan yang demikian mengindikasikan bahwa setiap nelayan senantiasa diharapkan pada masalah kegagalan usaha. Ada beberapa faktor penyebab kegagalan, diantaranya adlah metode penangkapan ikan yang masih konvensional, mengandalkan gejala alam, kurang cermat dalam memperhitungkan keberhasilan yang sebenarnya dapat diupayakan. Disamping itu dengan tingkat kepadatan tangkap yang semakin tinggi maka resiko kegagalan akan semakin tinggi pula (Nikijuluw dkk, 2001).
B. MELAKUKAN PENANGKAPAN IKAN
Secara garis besar alat tangkap dapat dibedakan dari segi kemampuan usaha (permodalan), jangkauan area penangkapan serta jenis alat penangkap yang digunakan. Demikian pula bahwa nelayan yang merupakan sumberdaya utama dalam melakukan kegiatan operasi dapat dibedakan pula antara nelayan skalla kecil (small scale fishery), skalla menengah (medium scale fishery) dan nelayan skalla besar (large scale fishery). Diperkirakan jumlah alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan Indonesia mencapai 250 jenis, dari jumlah ini 90% adalah merupakan alat penangkap ikan tradisional, sedangkan sisanya dapat dikatagorikan sebagai alat penngkap modern atau semi modern.
Timbulnya banyak jenis alat tangkap tersebut karena lautan Indonesia yang beriklim tropis, kondisi dan topografi dasar perairan daerah satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Secara umum kegiatan usaha penangkapan terhadap jenis-jenis sumberdaya perikanan dapat dikemukakan sebgai berikut :
- Untuk udang
- Untuk ikan tuna dan sejenisnya serta ikan pelagis besar lainnya
- Untuk ikan pelagis kecil
- Untuk ikan demersal
- Untuk ikan dan biota perairan karang
C. MENGENAL ALAT PENANGKAP IKAN
1. Pukat Udang (Shrimp Trawl)
Pukat udang adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan sasaran tangkapannya udang. Jaring dilengkapi sepasang (2 buah) papan pembuka mulut jaring (otter board) dan Turtle Excluder Device/TED, tujuan utamanya untuk menangkap udang dan ikan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya menyapu dasar perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu kapal motor.
2. Pukat Ikan (Fish Net)
Pukat Ikan atau Fish Net adalah jenis penangkap ikan berbentuk kantong bersayap yang dalam operasinya dilengkapi (2 buah) papan pembuka mulut (otter board), tujuan utamanya untuk menangkap ikan perairan pertengahan (mid water) dan ikan perairan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya ditarik melayang di atas dasar hanya oleh 1 (satu) buah kapal bermotor.
3. Pukat Kantong (Seine Net)
Pukat Kantong adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari jaring & terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan dan kantong jaring. Bagian sayap pukat kantong (seine net) lebih panjang dari pada bagian sayap pukat tarik (trawl). Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan demersal. Pukat Kantong terdiri dari Payang, Dogol dan Pukat Pantai.
4. Pukat Cincin (Purse Seine)
Pukat cincin atau jaring lingkar (purse seine) adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung di dalam jaring.
5. ]aring Insang (Gillnet)
Jaring insang adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah pemberat pada tali ris bawah. Ada beberapa gill net yang mempunyai penguat bawah (srampat/selvedge) terbuat dari saran sebagai pengganti pemberat. Tinggi jaring insang permukaan 5-15 meter & bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium terbalik, tinggi jaring insang pertengahan 5-10 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang serta tinggi jaring insang dasar 1-3 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium. Bentuk gill net tergantung dari panjang tali ris atas dan bawah.
Gambar 1. Alat Penangkapan Gill Net

6. Jaring Angkat (Lift Net)
Jaring angkat adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau bujur sangkar yang direntangkn atau dibentangkan dengan menggunakn kerangka dari batang kayu atau bambu (bingkai kantong jaring) sehingga jaring angkat membentuk kantong.
7. Pancing (Hook and Lines)
Pancing adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan sejumlah pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan, baik umpan alami ataupun umpan buatan. Alat penangkapan ikan yang termasuk dalam klasifikasi pancing, yaitu rawai (long line) dan pancing.
Gambar 2. Hook and Lines
8. Perangkap (Traps)
Perangkap adalah alat penangkapan ikan berbagai bentuk yang terbuat dari jaring, bambu, kayu dan besi, yangg dipasang secara tetap di dasar perairan atau secara portable (dapat dipindahkan) selama jangka waktu tertentu. Umumnya ikan demersal terperangkap atau tertangkap secara alami tanpa cara penangkapan khusus.
9. Alat Pengumpul Rumput Laut (Sea Weed Colector)
Alat pengumpul rumput laut adalah alat yg digunakan untuk mengambil dan mengumpulkan rumput laut, terdiri dari pisau, sabit dan alat penggaruk. Pengumpulannya dilakukan dengan menggunakan tangan dan pisau atau sabit sebagai alat pemotong dan alat penggaruk sebagai alat pengumpul rumput laut. Hasil potongan rumput laut dimasukkan ke dalam keranjang.
10. Muroami
Muroami adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap yg panjang, badan dan kantong jaring (cod end). Pemasangannya dng cara menenggelamkan muroami yang dipasang menetap menggunakan jangkar. Pada setiap ujung bagian sayap serta di sisi atas kedua bagian sayap dan mulut jaring dipasang pelampung bertali panjang. Untuk menarik jaring ke arah belakang, menggunakan sejumlah perahu/kapal yg diikatkan pd bagian badan dajn kantong jaring. Muroami dipasang di daerah perairan karang untuk menangkap ikan-ikan karang.
11. Alat Tangkap Lain-Lain (Others)
Lain-lain adalah alat penangkap ikan lainnya yang belum termasuk dalam klasifikasi alat penangkap ikan di atas.
D. KONSEP MANAJEMEN KAPAL PENANGKAP IKAN
Manajemen telah banyak disebut sebagai seni untuk menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain dengan tidak melakukan pekerjaan itu sendiri. Dari definisi tersebut diatas maka dapat diperluas pengertiannya bahwa manajemen kapal penangkapan ikan itu adalah bagaimana mengatur kapal penangkap ikan untuk melakukan fungsinya dari berbagai pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Jadi manajemen kapal penangkap ikan adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pemeliharaan dan pelepasan sumberdaya manusia agar tercapai tujuan yang diharapkan.
Beberapa pandangan penting yang harus diperhatikan bila kita menginginkan manajemen kapal penagkap ikan dapat berlangsung dengan baik harus mempertimbangkan antara lain :
1. Pendekatan sumberdaya manusia
Martabat dan kepentingan hidup manusia hendaknya tidak diabaikan agar kehidupan mereka layak dan sejahtera. Dengan memperhatikan akan kehidupan mereka layak dan sejahtera maka tidak akan menggangu tugas-tugas bagi setiap manusia yang terlibat dalam kegiatan operasi penangkapan.
2. Pendekatan manajerial
Kerja sama antar departemen yang terkait dalam melakukan tugastugas dalam suatu organisasi sangat diperlukan, dimana satu dengan yang alin saling memenuhi, melengkapi bahkan saling mengoreksi. Pendegelasian tugas dan tanggung jawab bagi setiap manajer terhadap bawahannya sangat diperlukan, yang pada akhirnya diharapkan pengoperasian kapal penangkap ikan dapat mencapai tujuan.
3. Pendekatan sistem
Secara umum sistem yang dimaksud adalah organisasi yang merupakan sistem yang lebih besar, oleh karena itu manajemen suatu organisasi harus dievaluasi dengan kreteria besarnya konstribusi yang dibuat oleh organisasi. Model manajemen diperlukan suatu sistem yang terbuka dimana masing-masing bagian atau departemen saling berhubungan. Masing-masing bagian saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan eksternal.
4. Pendekatan proaktif
Manajemen meningkatkan konstribusinya kepada para karyawan, kemudian manajer dan organisasi melalui antisipasinya terhadap masalah-masalah yang akan timbul. Bila hal ini tidak dilakukan, maka upaya-upaya reaktif perlu diambil, dan ini berarti pemecahan masalah-masalah menjadi lebih sulit dan perusahaan bisa kehilangan berbagai kesempatan
5. Pendekatan prioritas
Manajemen selalu dan senantiasa diperhadapkan pada suatu persoalan yang sulit jika muncul beberapa masalah yang bersamaan, inilah saatnya pihak manajemen harus mengambil keputusan yang bijak dengan memperhatikan tingkat prioritas penyelesaiannya. Jika hal ini dilakukan dengan bijaksana maka organisasi dan seluruh sistem akan berjalan dengan lancar.
Menghitung eksploitasi kapal per trip Besar biaya yang harus dipikul oleh sebuah kapal yang hendak melakukan operasi penangkapan ikan tergantung dari : Biaya tetap dan biaya yang tidak tetap artinya biaya tetap itu seperti biaya penyusutan kapal dan alat tangkap, sedangkan biaya tidak tetap / berubah-ubah itu seperti jumlah bahan bakar, makanan, dlsb. Untuk itu besarnya biaya ditentukan seperti jarak tempuh kapal dalam pelayaran menuju fishing ground, besar mesin penggerak kapal, lama waktu operasi/trip dan biaya-biaya lainnya. Jika sebuah kapal penangkap ikan dimana biaya total eksploitasi (TC) yang dikeluarkan sama dengan hasil yang diperoleh (TR) maka kapal tersebut sudah tidak menguntungkan. Tentu yang menjadi harapan setiap nelayan yang kelaut keuntungan atau membawa hasil uang.
E. MENENTUKAN DAERAH PENANGKAPAN
Salah satu persiapan dalam merencanakan operasi penangkapan adalah menentukan daerah penangkapan. Tujuan dan sasaran ikan yang akan ditangkap juga menjadi satu pertimbangan alat tangkap yang akan digunakan.
Contoh dalam penangkapan udang, maka alat penangkapan yang digunakan adalah trawl udang (shrimp trawl), sebelum melakukan operasi penangkapan (setting dan hauling jaring), maka menentukan daerah penangkapan menjadi faktor yang sangat penting, jika salah maka resiko akan menjadi persoalan.
Menentukan daerah penangkapan udang pertimbangannya bahwa dasar perairan harus rata, bentuk dasar lumpur atau lumpur berpasir. Jika tidak rata maka kemungkinan alat tangkap trawl akan mengalami kesulitan bergerak dan bahkan bisa hilang karena tersangkut perairan yang tidak rata itu.
Jadi perlu kita mengetahui habitat dan behavour, migrasi serta jumlah ikan yang akan ditangkap. Monitoring membuat laporan daerah dan hasil tangkapan Setiap perusahan perikanan mempunyai bentuk dan sistem yang berbeda-beda. Artinya bahwa laporan hasil tangkap misalnya harus segera dillaporkan sesuai bentuk laporan yang telah disediakan oleh instansi, dimana satu dengan yang lain mempunyai bentuk laporan sendiri.
Pada umumnya isi dari laporan hampir mempunyai kesamaan antara perusahaan perikanan yang satu dengan yang lainnya. Didalam laporan daerah dan hasil tangkapan ikan itu antara lain yang penting adalah : Nama kapal, posisi lintang dan bujur setting dan hauling, jenis dan berat ikan yang tertangkap, cuaca juga perlu disampaikan, jumlah alat tangkap yang dioperasikan (hook rate).
Monitoring daerah penangkapan adalah sangat penting dalam upaya untuk meningkatkan hasil tangkapan. Karena dengan monitoring maka pada setiap musim ikan dapat diprediksikan perkiraan daerah penangkapan. Oleh sebab itu kegiatan antara monitoring dan laporan daerah penangkapan itu harus dilakukan dan wajib bagi setiap kapal penangkap ikan yang melakukan operasi penangkapan.
F. PENGOLAHAN DATA BIAYA PENGELUARAN DAN HASIL
Pengolahan data dilakukan  dengan menggunakan Metode  NetPresent Value  (NPV) dan Cost-benefit Analysis yaitu:
Break Event Poin (BEP)
BEP adalah titik saat terjadi pemasukan total adalah sama dengan biaya total (Pujawan, 1995).
Net Present Value (NPV)
NPV Adalah suatu metode pada dasarnya bertujuan untuk mencari selisih antara Penerimaan dengan pengeluaran uang pada saat  sekarang. Semua penerimaan dan pengeluaran yang terjadi pada masa lalu dibawa pada kondisi sekarang kemudian dicari selisihnya dan apabila selisihnya positif berarti penerimaan yang terjadi lebih besar dari pengeluaran yang telah terjadi (Pujawan, 1995).
NPV = PV pemasukan    PV pengeluaran
         = keuntungan rata-rata pertahun (P/a,i,5) + harga penyusutan kapal (P/F,i,5)
Sum Of The Years Digits Method (SYD)
Tujuan metode SYD ini adalah untuk mengurangi nilai sebuah barang dari suatu aset dengan cepat pada awal pembuatan atau pembelian ke nilai barang beberapa tahun kemudian (Chase dkk, 2001).
Activity Based Costing (ABC)
Teori ini telah dikembangkan untuk mengatasi permasalahan penyusutan barang tiap tahunnya. Setiap tahun barang tersebut akan menyusut harganya dibandingkan dengan waktu pembelian. Dengan teori ini maka dapat diketahui nilai barang tiap tahun (Gitman, 1991).

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI DAN OPTIMALISASI

Penggunaan alat tangkap, ukuran dan spesies dalam penangkapan ikan Dalam usaha mencapai keberhasilan dalam penangkapan ikan banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain :
1.    Efisiensi dan optimalisasi penggunaan alat tangkap (jumlah alat tangkap yang di operasikan).
Dengan berkembangnya alat tangkap ikan yang digunakan oleh nelayan, maka perlu diadakan suatu pembatasan optimal alat tangkap (Effort). Karena dengan tidak dapatnya dilakukan pembatasan jumlah alat tangkap maka ada kemungkinan bahwa potensi ikan pada perairan tertentu akan mengalami penurunan. Artinya jumlah alat tangkap tidak sebanding dengan potensi lestari pada daerah penangkapan tersebut, sehingga akan terjadi over fishing.
Pada mulanya memang bahwa sumberdaya perikanan tangkap merupakan sumberdaya yang open access artinya setiap orang dapat melakukan kegiatan penangkapan disuatu wilayah perairan tanpa adanya pembatasan, sehingga terjadi over fishing. Dari dasar open acces inilah kecenderungan terjadinya lebih tangkap, untuk itu perlu di keluarkan suatu peraturan pembatasan alat tangkap yang diijinkan beroperasi
2.    Potensi lestari ikan yang di tangkap (Catch)
Pada daerah penangkapan mempunyai nilai optimal kegiatan penangkapan di perbolehkan, dengan maksud agar ikan-ikan tersebut dapat ditangkap sepanjang tahun bahkan selama-lamanya. Hal ini dapat dinikmati apabila menjalankan peraturan yang diijinkan alat tangkap dioperasikan dengan jumlah potensi lestari ikan. Dari kedua faktor itulah maka ada istilah CPUE (catch per unit effort) yang artinya adalah hasil tangkap per unit upaya (spesies atau alat tangkap) dalam tahun atau beberapa tahun.

No comments:

Post a Comment