1.1
Pantai
dan Pesisir
please, after reading an article or would leave this page, leave a comment .>.>. . . (^_^)
Daerah pinggir laut
atau wilayah darat yang berbatasan langsung dengan bagian laut disebut sebagai
pantai. Pantai juga dapat didefinisikan sebagai wilayah pertemuan antara
daratan dan lautan. Lebih lanjut pengertian pesisir biasanya dijabarkan dari dua
segi yang berlawanan, yakni :
-
Dari segi daratan
Pesisir adalah wilayah
daratan sampai wilayah laut yang masih dipengaruhi sifat-sifat darat (seperti :
angin darat, drainase air tawar dari sungai, sedimentasi).
-
Dari segi laut
Pesisir adalah wilayah laut
sampai wilayah darat yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut (seperti : pasang
surut, salinitas, instrusi air laut ke wilayah daratn, angin laut).
Dalam literatur barat
sering kita temui istilah Coast dan Shore yang biasa diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia sebagai pantai. Sebenarnya antara dua kosakata tersebut
terdapat perbedaan pengertian sebagai berikut :
-
Coast adalah wilayah pantai yang kering atau
disebut sebagai pesisir.
-
Shore adalah wilayah pantai yang basah
termasuk daerah pasang surut.
Dikenal
ada beberapa tipe pantai antara lain :
-
Pantai pasir
-
Pantai pasir lumpur
-
Pantai pasir karang
-
Pantai karang (koral)
-
Pantai berbatu
Sedangkan
berdasarkan kemiringan pantai kita kenal adanya :
-
Pantai landai
-
Pantai curam dengan tingkat kemiringan
>60º
Pantai
landai dapat dikelompokakan menjadi :
-
Kelompok tingkat kemiringan antara 0º-30º
-
Kelompok tingkat kemiringan antara 30º-45º
-
Kelompok tingkat kemiringan antara 45º-60º
Tingkat kemiringan
tersebut bias diukur dengan menggunakan alat kompas geologi atau menggunakan
semacam water pass (Wibisono,2005).
1.2 Pengaruh Gelombang
Pada kondisi
sesungguhnya di alam, pergerakan orbital di perairan dangkal (shallow
water) dekat dengan kawasan pantai. Ketinggian dan periode gelombang
tergantung kepada panjang fetch pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan
tempuh gelombang dari awal pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk
daratan yang mengelilingi laut. Semakin panjang jarak fetchnya, ketinggian
gelombangnya akan semakin besar. Angin juga mempunyai pengaruh yang penting
pada ketinggian gelombang. Angin yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang
yang lebih besar (http://faiqun.edublogs.org/2008/04/13/gelombang-laut/).
Gelombang yang
menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke pantai akan mengalami perubahan
bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut. Apabila gelombang bergerak
mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian bawah yang berbatasan dengan
dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari friksi/gesekan antara air dan
dasar pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di permukaan air akan terus
melaju. Semakin menuju ke pantai, puncak gelombang akan semakin tajam dan
lembahnya akan semakin datar. Fenomena ini yang menyebabkan gelombang tersebut
kemudian pecah.
Perubahan bentuk gelombang yang
menjalar mendekati pantai
Ada dua tipe gelombang, bila dipandang
dari sisi sifat-sifatnya. Yaitu:
- Gelombang pembangun/pembentuk pantai (Constructive wave).
- Gelombang perusak pantai (Destructive wave).
Yang termasuk gelombang pembentuk pantai,
bercirikan mempunyai ketinggian kecil dan kecepatan rambatnya rendah. Sehingga
saat gelombang tersebut pecah di pantai akan mengangkut sedimen (material
pantai). Material pantai akan tertinggal di pantai (deposit) ketika
aliran balik dari gelombang pecah meresap ke dalam pasir atau pelan-pelan
mengalir kembali ke laut.
Gelombang pembentuk pantai
Sedangkan gelombang perusak pantai
biasanya mempunyai ketinggian dan kecepatan rambat yang besar (sangat tinggi).
Air yang kembali berputar mempunyai lebih sedikit waktu untuk meresap ke dalam
pasir. Ketika gelombang datang kembali menghantam pantai akan ada banyak volume
air yang terkumpul dan mengangkut material pantai menuju ke tengah laut atau ke
tempat lain (http://faiqun.edublogs.org/2008/04/13/gelombang-laut/).
Gelombang perusak pantai
1.3 Arus Disekitar Pantai
Gelombang yang datang menuju pantai membawa massa air dan
momentum, searah penjalaran gelombangnya. Hal ini menyebabkan terjadinya arus
di sekitar kawasan pantai. Penjalaran gelombang menuju pantai akan melintasi
daerah-daerah lepas pantai (offshore zone), daerah gelombang pecah (surf zone), dan daerah
deburan ombak di pantai (swash
zone).
Daerah penjalaran gelombang menuju pantai
Perputaran/sirkulasi arus di sekitar pantai dapat digolongkan
dalam tiga jenis, yaitu: arus sepanjang pantai (Longshore current), arus seret (Rip current), dan aliran
balik (Back flows/cross-shore flows). Sistem
sirkulasi arus tersebut seringkali tidak seragam antara ketiganya bergantung
kepada arah/sudut gelombang datang. Pada
kawasan pantai yang diterjang gelombang menyudut (αb > 5o)
terhadap garis pantai, arus dominan yang akan terjadi adalah arus sejajar
pantai (longshore current)
(Dean dan Dalrymple, 2002).
Sketsa terjadinya longshore
current
1.4
TRANSPORT
SEDIMENT PANTAI
Transport sediment
pantai adalah gerakan sediment didaerah pantai yang disebabkan oleh gelombang
dan arus yang dibangkitkannya. Transport sediment pantai dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu transport menuju dan meninggalkan pantai (onshore-offshore transport) dan transport sepanjang pantai (longshore transport) (Triatmodjo,1999)
1.4.1
Transport
menuju dan meninggalkan pantai (onshore-offshore
transport)
Transport menuju dan
meninggalkan pantai mempunyai arah rata-rata tegak lurus pantai. Gelombang yang menjalar menuju pantai membawa massa air dan
momentum searah penjalarannya. Transpor massa dan momentum tersebut akan
menimbulkan arus di daerah dekat pantai. Gelombang pecah menimbulkan arus dan
turbulensi yang sangat besar yang dapat menggerakkan sedimen dasar. Di daerah surf zone, kecepatan
partikel air hanya bergerak searah penjalaran gelombangnya. Di swash zone, gelombang yang
memecah pantai menyebabkan massa air bergerak ke atas dan kemudian turun
kembali pada permukaan pantai. Gerak massa air tersebut disertai dengan
terangkutnya sedimen.
Skema gambar pergerakan sedimen tegak lurus pantai
Pada
gambar di atas terlihat bahwa arus dan partikel air di dasar bergerak searah
penjalaran gelombang menuju pantai. Di daerah mulai pecahnya gelombang (point of wave breaking)
yang biasa disebut dengan surf
zone, terlihat adanya pertemuan pergerakan sedimen yang menuju
pantai dan yang bergerak kembali ke tengah laut. Selain itu, pergerakan sedimen
di luar daerah surf zone
akan mulai melemah. Akibatnya, di titik ini akan terbentuk bukit penghalang (bar) yang memanjang
sejajar pantai (Fredsoe &
Deigaard,1992).
Pergantian
musim juga mempengaruhi proses pantai. Turbulensi dari gelombang pecah mengubah
sedimen dasar (bed load)
menjadi suspensi (suspended
load). Kesenjangan/ketidaksamaan hantaman gelombang (antara dua
musim) mengakibatkan penggerusan yang kemudian membentuk pantai-pantai curam
yang menyisakan sedimen-sedimen bergradasi lebih kasar. Sebagai contoh di
negara kita yang dipengaruhi angin muson, biasanya pada saat bertiup angin
timur, gelombang laut akan bersifat konstruktif yaitu membawa sedimen menuju
pantai. Demikian juga yang terjadi pada kawasan pantai saat angin tenang atau
musim panas (summertime).
Gambaran kondisi pantai cenderung seperti pada gambar di bawah ini.
Potongan melintang profil pantai saat angin tenang
Sebaliknya bila
bertiup angin barat, saat bertiup angin badai (storm), ataupun saat musim dingin (wintertime), maka gelombang
laut akan bersifat merusak pantai (destruktif)
karena massa air akan mengangkut sebagian besar sedimen menuju tengah laut.
Sedimen itu kemudian teronggok di daerah surf
zone membentuk bukit pasir (sand-bar).
Gambaran kondisi pantai seperti ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Potongan melintang profil pantai saat angin badai
Profil pantai yang curam tergerus gelombang badai
Ombak badai yang
curam akan mengikis muka pantai dan mengangkut sedimen menjadi bukit penghalang
di surf zone di
kawasan lepas pantai (offshore).
Gelombang normal akan membawa kembali sedimen di bukit penghalang membentuk
kembali muka pantai seperti sedia kala. Keadaan ini dinamakan sebagai
“keseimbangan dinamis” (dynamic
equilibrium) (http://faiqun.edublogs.org/2008/05/30/pergerakan-sedimen-pantai/).
1.4.2
Transport
sediment sepanjang pantai
Transport
sediment sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama yaitu transport
sediment dalam bentuk mata gergaji di garis pantai dan transport sepanjang
pantai di surf zone.pada waktu gelombang menuju pantai dengan membentuk sudut
terhadap garis pantai maka gelombang tersebut akan naik kepantai (uprush) yang juga membentuk sudut. Massa air
yang naik tersebut kemudian turun lagi dalamarah tegak lurus pantai. Gerak air
tersebut membentuk lintasan seperti mata gergaji. Komponen kedua adalah
transport sediment yang ditimbulkan oleh arus sepanjang pantai yang
dibangkitkan oleh gelombang pecah. Transport sediment ini terjadi di surf zone.
Transport sediment sepanjang pantai banyak menyebabkan permasalahan seperti
pendangkalan di pelabuhan, erosi pantai,
dan sebagainya (Triatmodjo,1999).
1.5
Stabilitas
Batu Lapis Pelindung
Di dalam perencanaan pemecah gelombang
sisi miring, ditentukan berat butir batu pelindung, yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Hudson.
Dengan:
W = Berat butir batu pelindung
γr = Berat
jenis batu
γa = Berat
air laut
H = Tinggi
gelombang rencana
Θ = Sudut
kemiringan sisi gelombang pecah
KD = Koefisien
stabilitas yang tergantung pada bentuk batu pelindung (batu alam atau buatan),
kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi-sisinya, ikatan antara butir, dan
keadaan pecahnya gelombang,yang diberikan pada tabel berikut :
Lapis lindung
|
a
|
penempatan
|
lengan bangunan
|
ujung (kepala)
bangunan
|
Kemiringan
|
||
KD
|
KD
|
||||||
Gelombang pecah
|
Gelombang tidak pecah
|
Gelombang pecah
|
Gelombang tidak pecah
|
Cot θ
|
|||
Batu pecah
|
|||||||
Bulat Halus
|
2
|
Acak
|
1,2
|
2,4
|
1,1
|
1,9
|
1,5-3,0
|
Bulat Halus
|
>3
|
Acak
|
1,6
|
3,2
|
1,4
|
2,3
|
*²
|
Bersudut kasar
|
1
|
Acak
|
*¹
|
2,9
|
*¹
|
2,3
|
*²
|
1,9
|
3,2
|
1,5
|
|||||
Bersudut kasar
|
2
|
Acak
|
2,0
|
4,0
|
1,6
|
2,8
|
2,0
|
1,3
|
2,3
|
3,0
|
|||||
Bersudut kasar
|
>3
|
Acak
|
2,2
|
4,5
|
2,1
|
4,2
|
*²
|
Bersudut kasar
|
2
|
khusus*
|
5,8
|
7,0
|
5,3
|
6,4
|
*²
|
Paralelepipedum
|
2
|
khusus
|
7,0-20,0
|
8,5-24,0
|
-
|
-
|
|
Tetrapod
|
5,0
|
6,0
|
1,5
|
||||
dan
|
2
|
Acak
|
7,0
|
8,0
|
4,5
|
5,5
|
2,0
|
Quadripod
|
3,5
|
4,0
|
3,0
|
||||
8,3
|
9,0
|
1,5
|
|||||
Tribar
|
2
|
Acak
|
9,0
|
10,0
|
7,8
|
8,5
|
2,0
|
6,0
|
6,5
|
3,0
|
|||||
Dolos
|
2
|
Acak
|
15,8
|
31,8
|
8,0
|
16,0
|
2,0
|
7,0
|
14,0
|
3,0
|
|||||
Kubus dimodifikasi
|
2
|
Acak
|
6,5
|
7,5
|
-
|
5,0
|
*²
|
Hexapod
|
2
|
Acak
|
8,0
|
9,5
|
5,0
|
7,0
|
*²
|
Tribar
|
1
|
Seragam
|
12,0
|
15,0
|
7,5
|
9,5
|
*²
|
Batu pecah (KRR)
|
-
|
Acak
|
2,2
|
2,5
|
-
|
-
|
|
(Graded angular)
|
Tabel.
Koefisien stabilitas KD untuk berbagai jenis butir
Catatan
:
N : jumlah susunan butir batu dalam lapis
pelindung
*¹ : penggunaan n=1 tidak disarankan untuk
kondisi gelombang pecah
*² : sampai ada ketentuan lebih lanjut
tentang nilai KD, penggunaan KD dibatas pada kemiringan 1:1,5 sampai 1:3
*³ : batu ditempatkan dengan sumbu
panjangnya tegak lurus permukaan bangunan
Persamaan diatas memberikan berat
butir batu pelindung yang sangat besar. Untuk mendapatkan batu yang sangat
besar tersebut adalah sulit dan mahal. Untuk memperkecil harga pemecah
gelombang, maka pemecah gelombang dibuat dalam beberapa lapis. Lapis terluar terdiri
dari batu dengan ukuran seperti yang diberikan oleh persamaan diatas. Berat
butir batu pada lapis dibawahnya adalah semakin kecil. Tampang lintang ideal
menggunakan banyak lapis dengan ukuran berbeda sehingga memungkinkan
digunakannya semua ukuran batu yang diambil dari peledakan di suatu sumber bara
(quarry), tetapi pelaksana pekerjaan menjadi lebih sulit(Triatmodjo,1999)
No comments:
Post a Comment