Monday, January 9, 2012

Karakteristik minyak

Karakteristik minyak 
please, after reading an article or would leave this page, leave a comment .>.>. . . (^_^)
 
Sifat fisik minyak yang mempengaruhi kelakuan minyak di laut dan pemulihannya, yang penting adalah densitas, viskositas, titik ubah (pour point), dan kelarutan air. 
Densitas diekspresikan sebagai specific gravity dan American Petroleum Institute (API) gravity.  Specific gravity adalah rasio berat massa minyak dan berat massa air pada temperature tertentu.  API gravity dinyatakan dalam angka 10° pada air murni 10°C.  API gravity dapat dihitung dari specific gravity menggunakan formula:  AP Gravity (o) = (141,5/Specific Gravity 10o C) – 131,5 (Xueqing et al., 2001).  Minyak mentah mempunyai specific gravity dalam rentang 0.79 -1.00 (setara dengan API 10 - 48).  Densitas minyak adalah penting untuk memprediksi kelakuan minyak di air. 
Viskositas adalah sifat yang menunjukkan ketahanan  dalam perubahan bentuk dan pergerakan.  Viskositas rendah berarti mudah mengalir.  Faktor viskositas adalah komposisi minyak dan temperature.  Viskositas ini adalah penting untuk memprediksi penyebaran minyak di air.
Titik ubah adalah tingkat temperature yang mengubah minyak menjadi memadat atau berhenti mengalir.  Titik ubah minyak mentah bervariasi antara –57°C sampai 32°C.  Tititkubah ini adalah penting untuk prediksi kelakuan minyak di air dan penetapan strategi pembersihan dari lingkungan. 
Kelarutan minyak dalam air adalah rendah sekitar 30 mg/L (NAS, 1985) dan tergantung kepada komposisi kimia dan temperature.   Besaran kelarutan itu dicapai oleh minyak aromatic dengan berat molekul kecil seperti benzene, toluene, ethylbenzene, dan xylene (BTEX).  Sifat kelarutan ini adalah penting untuk prediksi kelakuan minyak di air, proses bioremediasi, dan ekotoksisitas minyak. 
Karakteristik kimia minyak adalah berbeda untuk minyak mentah dan minyak olahan.  Senyawa baru dapat muncul dalam minyak olahan, yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak mentah. 
Minyak mentah mengandung senyawa hidrokarbon sekitar 50–98 % dan selebihnya senyawa non-hidrokarbon (sulfur, nitrogen, oxygen, dan beberapa logam berat) (Leahy and Colwell, 1990).  Selanjutnya minyak diklasifikasikan berdasarkan kelarutan dalam pelarut organic, yaitu:
1) Hidrokarbon jenuh. Termasuk dalam kelas ini adalah alkana dengan struktur CnH2n+2 (aliphatics) dan CnH2n (alicyclics), dimana n > 40.  Hidrokarbon jenuh ini merupakan kandungan terbanyak dalam minyak mentah.  
2) Hidrokarbon aromatic.  Termasuk dalam kelas ini adalah monocyclic aromatics (BTEX) dan polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs: naphthalene, anthracene, dan phenanthrene).  PAHs bersifat karsinogen, atau dapat ditransformasi oleh mikroba menjadi senyawa karsinogen, sehingga menjadi senyawa penting dalam penjagaan kualitas lingkungan. 
3) Resin.  Termasuk di sini adalah senyawa polar berkandungan nitrogen, sulfur, oksigen (pyridines dan thiophenes), sehingga disebut pula sebagai senyawa NSO.        
4) Asphalt.  Termasuk di sini adalah senyawa dengan berat molekul besar dan  logam berat nickel, vanadium, dan besi.  Tentu saja variasi komposisi minyak mentah adalah berbeda di berbagai tempat, itulah sebabnya teknologi remediasi bersifat site-specific. 
Minyak olahan seperti gasoline, kerosene, minyak jet, dan lubricant adalah produk olahan minyak mentah melalui proses catalytic cracking dan fractional distillation.  Sebagai hasil olahan, minyak olahan mempunyai sifat fisik kimia berbeda dengan minyak mentah.  Minyak olahan mempunyai kandungan minyak mentah dan senyawa hidrokarbon tak jenuh seperti olefins (alkenes dan cycloalkenes) dari proses catalytic cracking.  Kandungan olefins adalah cukup besar sampai 30% dalam gasoline dan sekitar 1% dalam jet fuel (NAS, 1985).

No comments:

Post a Comment