Karakteristik minyak
please, after reading an article or would leave this page, leave a comment .>.>. . . (^_^)
Sifat
fisik minyak yang mempengaruhi kelakuan minyak di laut dan pemulihannya, yang
penting adalah densitas, viskositas, titik ubah (pour point), dan kelarutan
air.
Densitas
diekspresikan sebagai specific gravity dan American Petroleum Institute (API)
gravity. Specific gravity adalah rasio
berat massa minyak dan berat massa air pada temperature tertentu. API gravity dinyatakan dalam angka 10° pada
air murni 10°C. API gravity dapat
dihitung dari specific gravity menggunakan formula: AP Gravity (o) = (141,5/Specific
Gravity 10o C) – 131,5 (Xueqing et al., 2001). Minyak mentah mempunyai specific gravity
dalam rentang 0.79 -1.00 (setara dengan API 10 - 48). Densitas minyak adalah penting untuk
memprediksi kelakuan minyak di air.
Viskositas
adalah sifat yang menunjukkan ketahanan
dalam perubahan bentuk dan pergerakan.
Viskositas rendah berarti mudah mengalir. Faktor viskositas adalah komposisi minyak dan
temperature. Viskositas ini adalah
penting untuk memprediksi penyebaran minyak di air.
Titik
ubah adalah tingkat temperature yang mengubah minyak menjadi memadat atau
berhenti mengalir. Titik ubah minyak
mentah bervariasi antara –57°C sampai 32°C.
Tititkubah ini adalah penting untuk prediksi kelakuan minyak di air dan
penetapan strategi pembersihan dari lingkungan.
Kelarutan
minyak dalam air adalah rendah sekitar 30 mg/L (NAS, 1985) dan tergantung
kepada komposisi kimia dan temperature.
Besaran kelarutan itu dicapai oleh minyak aromatic dengan berat molekul
kecil seperti benzene, toluene, ethylbenzene, dan xylene (BTEX). Sifat kelarutan ini adalah penting untuk
prediksi kelakuan minyak di air, proses bioremediasi, dan ekotoksisitas
minyak.
Karakteristik
kimia minyak adalah berbeda untuk minyak mentah dan minyak olahan. Senyawa baru dapat muncul dalam minyak
olahan, yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak mentah.
Minyak
mentah mengandung senyawa hidrokarbon sekitar 50–98 % dan selebihnya senyawa
non-hidrokarbon (sulfur, nitrogen, oxygen, dan beberapa logam berat) (Leahy and
Colwell, 1990). Selanjutnya minyak
diklasifikasikan berdasarkan kelarutan dalam pelarut organic, yaitu:
1)
Hidrokarbon jenuh. Termasuk dalam kelas ini adalah alkana dengan struktur
CnH2n+2 (aliphatics) dan CnH2n (alicyclics), dimana n > 40. Hidrokarbon jenuh ini merupakan kandungan
terbanyak dalam minyak mentah.
2)
Hidrokarbon aromatic. Termasuk dalam
kelas ini adalah monocyclic aromatics (BTEX) dan polycyclic aromatic
hydrocarbons (PAHs: naphthalene, anthracene, dan phenanthrene). PAHs bersifat karsinogen, atau dapat
ditransformasi oleh mikroba menjadi senyawa karsinogen, sehingga menjadi
senyawa penting dalam penjagaan kualitas lingkungan.
3)
Resin. Termasuk di sini adalah senyawa
polar berkandungan nitrogen, sulfur, oksigen (pyridines dan thiophenes),
sehingga disebut pula sebagai senyawa NSO.
4)
Asphalt. Termasuk di sini adalah senyawa
dengan berat molekul besar dan logam
berat nickel, vanadium, dan besi. Tentu
saja variasi komposisi minyak mentah adalah berbeda di berbagai tempat, itulah
sebabnya teknologi remediasi bersifat site-specific.
Minyak olahan seperti
gasoline, kerosene, minyak jet, dan lubricant adalah produk olahan minyak
mentah melalui proses catalytic cracking dan fractional distillation. Sebagai hasil olahan, minyak olahan mempunyai
sifat fisik kimia berbeda dengan minyak mentah.
Minyak olahan mempunyai kandungan minyak mentah dan senyawa hidrokarbon
tak jenuh seperti olefins (alkenes dan cycloalkenes) dari proses catalytic
cracking. Kandungan olefins adalah cukup
besar sampai 30% dalam gasoline dan sekitar 1% dalam jet fuel (NAS, 1985).
No comments:
Post a Comment