Monday, January 9, 2012

Efek Cadmium terhadap jaringan / sel plankton

 Efek Cadmium terhadap jaringan / sel plankton

please, after reading an article or would leave this page, leave a comment .>.>. . . (^_^)

            Untuk efek cadmium terhadap sel / jaringan plankton, berdasarkan hasil penelitian Ku dilihat kadar rerata di semua lokasi penelitian adalah <0,001 ppm atau <1 ppb. Data ini menunjukkan bahwa kondisi perairan pada saat pengamatan relatif homogen. Kadar Cd ini masih sesuai dengan kadar Cd yang normal dalam air laut yakni 0.11 ppb , dan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan oleh untuk kepentingan biota laut adalah 0.001 ppm atau 1 ppb. Berdasarkan hasil penelitian ini, kualitas perairan ini termasuk kelas A, baik sekali, dengan nilai = 0 (memenuhi Baku Mutu) BPLHD.mendapatkan kadar Cd di perairan Ancol (posisi stasiun tidak diketahui) sebesar 0.1 ppm atau
100 ppb.
            Hasil penelitian kadar Cd oleh BPLHD relatif sangat tinggi dan berbahaya bagi kehidupan biota laut. Bila mengacu kepada hasil penelitian BPLHD ini maka kualitas perairan ini termasuk kelas B, baik, dengan nilai = -2 (tercemar ringan) Cd merupakan salah satu logam berat yang bersifat racun dan merugikan bagi semua organisme hidup, bahkan juga berbahaya untuk manusia. Dalam badan perairan, kelarutan Cd dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh biota perairan. Biota-biota yang tergolong bangsa udang-udangan (crustacea) akan mengalami kematian dalam selang waktu 24 - 504 jam bila di dalam badan perairan di mana biota tersebut hidup terlarut logam atau persenyawaan Cd pada rentang konsentrasi antara 0.005-0.15 ppm.
            Untuk biota-biota yang tergolong ke dalam bangsa serangga (insecta) akan mengalami kematian dalam selang waktu 24-672 jam bila ditemukan di dalam badan perairan di mana biota tersebut hidup terlarut Cd atau persenyawaan Cd dalam rentang konsentrasi antara 0.003-18 ppm. Sedangkan untuk biota biota perairan yang tergolong ke dalam keluarga Oligochaeta akan mengalami kematian dalam selang waktu 24-96 jam bila di dalam badan perairan terlarut logam Cd atau persenyawaannya dengan rentang konsentrasi antara 0.0028-4.6 ppm.
1.2. Pengaruh proses polutan pada logam berat terhadap mikroorganisme
            Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat ( PPLH-IPB, 1997; Sutamihardja dkk, 1982) yaitu :
1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan
keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan)
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan
membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut
3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari
konsentrasi logam dalam air. Disamping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalam skala waktu tertentu Kadmium dalam air berasal dari pembuangan industri dan limbah pertambangan.
             Logam ini sering digunakan sebagai pigmen pada keramik, dalam penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan baterai alkali. Keracunan kadmium dapat bersifat akut dan kronis. Efek keracunan yang dapat ditimbulkannya berupa penyakit paru-paru, hati, tekanan darah tinggi, gangguan pada sistem ginjal dan kelenjer pencernaan serta mengakibatkan kerapuhan pada tulang (Clarkson, 1988; dan Saeni, 1997).
            Menurut Darmono (1995) daftar urutan toksisitas logam paling tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut Hg2+ > Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+. Sedangkan menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co, sedangkan bersifat tosik rendah terdiri atas.
            Dalam penelitian Kandungan Cadmium pada daging kupang beras (Tellina versicolor) Logam Cd merupakan logam yang tidak mengalami regulasi oleh organisme air dan dalam tubuh mempunyai waktu paruh 10-30 tahun ( Sulistia G.G, 1995). Dengan waktu paruh yang lama maka kandungan logam berat Cd dalam tubuh dari waktu ke waktu akan terus meningkat. Sedangkan profil yang diperoleh tidak menunjukkan peningkatan yang teratur melainkan berfluktuatif, hal ini menunjukkan bahwa kandungan Cd dalam air laut juga berfluktuatif. Musim merupakan salah satu faktor alamiah yang dapat mempengaruhi fluktuasi kadar Cd dalam daging kupang.
            Faktor musim yang berkombinasi dengan temperatur, suplai makanan, umur dan reproduksi menyebabkan perubahan kadar logam dalam tubuh atau dengan kata lain terjadi perubahan kadar logam dalam jaringan (Simkiss, 1995). Pada musim kemarau, konsentrasi bahan pencemar akan semakin besar mengingat volume air yang berkurang tetapi jika musim hujan maka konsentrasi bahan pencemar akan berkurang karena terjadi pengenceran (volume air bertambah). Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau sehingga konsentrasi bahan pencenar terutama logam berat akan semakin besar. Dengan konsentrasi bahan pencemar yang besar, absorbsi kupang terhadap logam berat juga meningkat. Namun demikian, musim dewasa ini tidak dapat diramalkan dengan pasti, ini dapat dilihat dari masih terdapatnya hujan dibeberapa daerah di Pasuruan. Adanya hujan ini mengakibatkan konsentrasi bahan pencemar diperairan akan berfluktuatif. Faktor lain menyangkut kebiasaan penangkap kupang yang berpindah tempat dari daerah satu ke daerah lain. Dengan pengambilan yang berpindah tempat mengakibatkan terjadi perbedaan antara kupang daerah satu dengan daerah lain baik itu umur dan tingkat pencemaran.
            Mikroorganisme memainkan peranan penting di banyak bidang industri dan teknologi, terutama di tanah-tanah bekas penambangan, pertanian, dan juga sebagai pengontrol sampah/limbah buangan. Di daerah pertambangan, bakteri Thiobacillus ferrooxidans merupakan salah satu mikroorganisme penting. Bakteri ini termasuk pelarut (leaching) logam-logam dari bijih tambang, ditemukan pada daerah tambang yang telah didrainase dengan pH lingkungan masam. Thiobacillus ferrooxidans merupakan kelompok acidophilik kemolithotropik yang toleran terhadap logam-logam toksik (Clausen, 2000) dan hidup pada lingkungan masam dengan temperatur panas, retakan bahan volkanik, dan deposit bijih sulfida dengan konsentrasi asam sulfurik tinggi (Brierley, 1982).
            Proses mikrobiologi untuk penghilangan/pemindahan logam-logam darilarutan dibagi kedalam 3 kategori, yaitu : (1). Adsorpsi ion logam di ataspermukaan dari mikroorganisme; (2). Ketersediaan intraselular dari logam; (3).Transformasi kimia dari logam oleh agent biologi. Sebagian besar mikroorganisme mempunyai suatu muatan elektrik negatif pada kelompok bermuatan negatif dari atom pada membran sel dan dinding sel. Kelompok bermuatan atau ligan termasuk phosphoryl (PO4-), carboxyl (COO-), dan hidroksil (OH-) yang bertanggung jawab untuk adsorpsi ion-ion logam bermuatan positif dalam larutan. Proses adsorpsi berlangsung cepat tergantung pada temperatur dan metabolisme energi. Tanah-tanah terkontaminasi Cu atau Cd secara nyata dapat menurunkan jumlah bakteri heterotropik dan menyebabkan fluktuasi terhadap aktivitas mikroorganisme.Fiksasi N2 oleh bakteri autotropik, seperti : Cyanobacteria tampaknya juga sensitif terhadap keracunan logam-logam berat (Ghorbani et al., 2002). Demikian pula hubungan simbiosis antara genus Rhizobium dan tanaman inang legum berpengaruh terhadap kehadiran logam berat dari limbah dan secara nyata dapat menyebabkan kepunahan rhizobia di dalam tanah.
            Penambahan logam berat pada suatu ekosistem dalam jumlah dan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan mikroorganisme (bakteri) tertekan /stres. Pada konsentrasi tinggi, ion logam berat akan bereaksi membentuk senyawa toksik di dalam sel mikroorganisme (Spain, 2003). Agar dapat mempertahankan hidup dibawah kondisi stres, bakteri mempunyai beberapa tipe mekanisme toleran dalam pengambilan ion-ion logam berat. Mekanisme ini meliputi : efflux ion logam pada bagian luar sel, akumulasi dan kompleks ion logam pada bagian dalam sel, dan reduksi ion logam untuk menurunkan efek toksik. Mikroorganisme mempunyai kemampuan beradaptasi dan toleran terhadap logam berat.
            Peranan mikroorganisme dalam mempengaruhi proses mobilisasi atau inmobilisasi unsur-unsur toksik adalah melalui beberapa mekanisme berikut : (1). Kelat unsur oleh proses metabolisme; (2). Oksidasi-reduksi logam yang dipengaruhi daya larut atau valensi; (3). Perubahan pH yang mempengaruhi sifat ion, biosorpsi oleh kelompok fungsional pada permukaan sel; (4). Bioakumulasi oleh sistem transport energi; (5). Immobilisasi untuk membentuk bahan stabil, biometilasi, dan biodegradasi kompleks organik pada logam. Sebagai ilustrasi disajikan mekanisme pengolahan logam oleh mikroorganisme (Gazso, 2001) dalam Gambar 1.
A, Mobilisasi
Mobilisasi/pelarutan terhadap logam-logam toksik adalah melalui reaksi oksidasi-reduksi dan produksi metabolisme asam organik atau mineral yang dipengaruhi oleh naik turunnya pH dalam larutan

















Gambar 1. Mekanisme Pengolahan Logam oleh Mikroorganisme
1. Oksidasi enzimatik
            Oksidasi enzimatik berguna untuk memindahkan spesies inorganik dari larutan. Pencucian logam dari bijih tambang secara biologi dilakukan oleh mikroorganisme autotropik, seperti : Thiobacillus ferrooxidans atau T.thiooxidans
2. Reduksi enzimatik
Reduksi enzimatik diperankan oleh mikroorganisme anaerobik obligat dan fakultatif yang memiliki potensi bioremidiasi secara in situ. Contoh reduksi oleh mikroorganisme adalah : UO22+ à UO2 ; Fe3+ à Fe2+ ; Mn4+ à Mn2+.
Pembentukan Kompleks
            Agent pembentuk kompleks dari mikroorganisme bermanfaat dalam menggerakkan senyawa inorganik toksik dan memindahkannya dari sampah/limbah padat, melalui reaksi :
Logam + ligan à kompleks logam Agent pengkompleks mikroorganisme dapat sebagai asam-asam organik dengan berat molekul (BM) rendah dan alkohol, ligan dengan BM tinggi, siderapore, dan senyawa pengikat logam toksik. Asam-asam organik dengan BM rendah bervariasi, misalnya : asam sitrat dan asam trikarboksil yang dilepaskan selama degradasi mikroorganisme dan memiliki kemampuan mengkompleks logam. Beberapa asam amino dari bakteri dapat juga sebagai agent pengkompleks. Urutan kemampuan mengkompleks asam-asam organik adalah : Asam trikarboksil asam dikarboksil asam monokarboksil Senyawa organik terutama selulosa dan lignin yang melepaskan senyawa makromolekul, yaitu : humat dapat membentuk kompleks dengan logam-logam berat tergantung peningkatan pH. Bahan humik dapat membentuk kompleks dengan ion-ion logam adalah merupakan salah satu metode remidiasi pada air terkontaminasi dan radionulide (Koopal, et al., 2001).
B, Immobilisasi
Immobilisasi pada logam-logam berat ditunjukkan dengan terbentuknya pengendapan (presipitasi), biosorpsi, dan bioakumulasi.
1. Pengandapan (presipitasi)
            Degragasi mikroorganisme dari senyawa organo-phosphate hingga orthophosphate dapat menyebabkan pengendapan logam melalui pembentukan logam-phosphate, khususnya pada pH > 7, termasuk phosphate intraselular yang menyebabkan immobilisasi logam-logam. Rufus et al., 2001, menyatakan bahwa konstribusi Fe dan P yang tinggi di dalam tanah dapat juga memperbaiki ekosistem tanah dan limbah yang terkontaminasi Zn, Cd, dan Pb bila pH tanah ditingkatkan dengan penambahan kapur. Penerapan bahan kapur CaCO3, CaO, dan CaOH, saat ini telah digunakan sebagai perlakuan pada tanah-tanah masam dan terkontaminasi logam berat (Winking and Dollhopf, 2000).
2, Biosorpsi
            Biosorpsi logam toksik didasarkan pada proses non-enzimatik seperti adsorpsi. Adsorpsi adalah pengikatan non-spesifik dari spesies ionik pada permukaan sel, atau polisakarida dan protein ekstraselular. Dinding sel bakteri dan lapisannya, dinding fungi, ragi, dan alga adalah efisien sebagai biosorbent logam (kelompok pengikat bermuatan). Ion-ion logam dapat dipindahkan melalui biomassa bakteri hidup atau mati. Banyak spesies mempunyai kandungan kitin yang tinggi pada dinding sel dan polimer ini dari N-asetilglukosamine merupakan biosorbent efektif.
3, Bioakumulasi.
            Ledin & Pedersen (1996) juga menegaskan pentingnya peranan mikroorganisme di lingkungan terkontaminasi (limbah) dengan konsentrasi logam berat tinggi (Gambar 2). Prinsip kerja mikroorganisme dapat mempengaruhi mobilisasi atau immobilisasi logam. Kehadiran mikroorganisme dapat mempengaruhi penyebaran logam dengan cara yang berbeda. Kehidupan mikroorganisme bebas merupakan partikel mobile yang memiliki kemampuan tertinggi dalam menjerap logam. Bila mayoritas dari mikroorganisme bertumbuh dalam biofilms pada permukaan, maka pergerakan logam menjadi berkurang, karena beberapa mikroorganisme dapat menyebabkan logam-logam mengendap.
Sumber : Ledin & Pedersen, 1996
Gambar 2. Prinsip Kerja Mikroorganisme yang mempengaruhi Mobilisasi Logam

No comments:

Post a Comment