Kelakuan minyak di laut
please, after reading an article or would leave this page, leave a comment .>.>. . . (^_^)
Saat
minyak terekspose ke lingkungan laut, minyak akan segera berubah sifat-sifat
fisik kimia dan biologis. Perubahan
sifat ini akan mengubah/menentukan strategi remediasi.
Proses
perubahan sifat fisik meliputi:
1)
Perluasaan. Perluasan ini mungkin
merupakan proses terpenting selama awal ekspose minyak dalam air, sepanjang
titik ubah minyak adalah lebih rendah dibanding temperature sekitar. Proses ini akan memperluas sebaran minyak
sehingga meningkatkan perpindahan massa melalui proses evaporasi, pelarutan dan
biodegradasi.
2)
Evaporasi. Proses ini dapat diandalkan untuk menghilangkan
fraksi minyak dengan kandungan toksik dan berat molekul rendah. Evaporasi alkana (< C15) dan aromatic
berlangsung antara 1 – 10 hari (Xueqing
et al., 2001). Faktor lingkungan
yang mempengaruh evaporasi adalah angin, gelombang air dan temperature.
Evaporasi menyebabkan minyak tertinggal dalam air mengalami peningkatan
densitas dan viskositas.
3)
Pelarutan. Proses ini tidak signifikan
dari sudut perpindahan massa tetapi penting dalam proses biodegradasi. Aromatik dengan berat molekul kecil dan
bersifat paling toksik adalah paling larut air dibanding senyawa minyak
lainnya (NAS, 1985). Kecepatan pelarutan dipengaruhi oleh proses
foto-oksidasi dan proses biologis.
4)
Foto-oksidasi. Dalam kondisi aerobic dan
terpapar sinar matahari, minyak aromatic dapat ditransformasi menjadi senyawa
lebih sederhana. Senyawa lebih sederhana
ini (hydroperoxides, aldehydes, ketones, phenols, dan carboxylic acids) bersifat lebih larut air sehingga
meningkatkan laju biodegradasi tetapi lebih toksik (Nicodem et al. 1997).
5)
Dispersi. Penyebaran ini terjadi karena proses gradient konsentrasi dengan membentu
formasi emulsi minyak-air (butiran minyak dalam kolom air) sehingga memperluas
permukaan butir minyak. Emulsi
minyak-air dapat terjaga dengan agitasi (angin dan gelombang adalah contoh
agitasi alamiah), atau dengan penambahan dispersan.
6)
Emulsifikasi. Emulsifikasi adalah proses
perubahan status dari butiran minyak dalam air menjadi butiran air dalam minyak
(disebut juga chocolate mousse). Bahan
asphaltic dapat meningkatkan emulsifikasi.
Tetapi emulsifikasi akan mempersulit pembersihan minyak.
7)
Lain-lain. Termasuk di sini adalah
proses adsorpsi minyak pada zat padat air, sedimentasi dan formasi butir
tar.
Berbeda
dengan proses fisik kimia sebagai perpindahan massa antar media lingkungan,
proses biodegradasi adalah proses perpindahan massa dari media lingkungan ke
dalam massa mikroba (menjadi bentuk terikat dalam massa mikroba) sehingga
minyak hilang dari air. Hasil proses
biodegradasi adalah umumnya karbondioksida dan metana yang kurang berbahaya
dibanding minyak pada besaran konsentrasi yang sama. Mikroba yang mampu
menguraikan minyak adalah tersedia di alam laut yaitu sekitar 200 spesies
bacteria, ragi dan fungi. Bacteria terpenting adalah Achromobacter,
Acinetobacter, Alcaligenes, Arthrobacter, Bacillus, Brevibacterium,
Cornybacterium, Flavobacterium, Nocardia, Pseudomonas, Vibrio; ragi dan fungsi
adalah Aspergillus, Candida,
Cladosporium, Penicillium, Rhodotorula, Sporobolomyces, Trichoderma (Leahy and
Colwell, 1990). Penting dipahami bahwa
mikroba pengurai minyak adalah tidak bekerja
secara individu spesies tetapi konsorsium multi spesies.
Berdasarkan
kemampuan proses biodegradasi, potensi
senyawa minyak yang dapat diuraikan oleh mikroba adalah sebagai
berikut:
1)
Hidrokarbon jenuh. Umumnya n-alkanes siap untuk diuraikan mikroba menjadi
alcohol, aldehydes, atau fatty acid. Branched alkanes dan Cycloalkanes adalah
sulit diuraikan mikroba (Atlas, 1995).
2)
Aromatik. Umumnya aromatic sulit terurai biologis tetapi aromatic dengan berat molekul rendah
(naphthalene) dapat terurai biologis (Prince, 1993).
3)
Resin dan asphalt. Senyawa ini mempunyai sturktur kompleks dan sulit diuraikan
secara biologis, tetapi dalam konsentrasi rendah dapat terurai biologis secara
cometabolisme (Leahy and Colwell, 1990).
No comments:
Post a Comment