Monday, January 9, 2012

Kelakuan minyak di laut

Kelakuan minyak di laut 

please, after reading an article or would leave this page, leave a comment .>.>. . . (^_^)

Saat minyak terekspose ke lingkungan laut, minyak akan segera berubah sifat-sifat fisik kimia dan biologis.  Perubahan sifat ini akan mengubah/menentukan strategi remediasi.  
Proses perubahan sifat fisik meliputi: 
1) Perluasaan.   Perluasan ini mungkin merupakan proses terpenting selama awal ekspose minyak dalam air, sepanjang titik ubah minyak adalah lebih rendah dibanding temperature sekitar.  Proses ini akan memperluas sebaran minyak sehingga meningkatkan perpindahan massa melalui proses evaporasi, pelarutan dan biodegradasi. 
2) Evaporasi.  Proses  ini dapat diandalkan untuk menghilangkan fraksi minyak dengan kandungan toksik dan berat molekul rendah.   Evaporasi alkana (< C15) dan aromatic berlangsung antara 1 – 10 hari (Xueqing  et al., 2001).  Faktor lingkungan yang mempengaruh evaporasi adalah angin, gelombang air dan temperature. Evaporasi menyebabkan minyak tertinggal dalam air mengalami peningkatan densitas dan viskositas. 
3) Pelarutan.  Proses ini tidak signifikan dari sudut perpindahan massa tetapi penting dalam proses biodegradasi.  Aromatik dengan berat molekul kecil dan bersifat paling toksik adalah paling larut air dibanding senyawa minyak lainnya  (NAS, 1985).  Kecepatan pelarutan dipengaruhi oleh proses foto-oksidasi dan proses biologis. 
4) Foto-oksidasi.  Dalam kondisi aerobic dan terpapar sinar matahari, minyak aromatic dapat ditransformasi menjadi senyawa lebih sederhana.  Senyawa lebih sederhana ini (hydroperoxides, aldehydes, ketones, phenols, dan carboxylic acids)  bersifat lebih larut air sehingga meningkatkan laju biodegradasi tetapi lebih toksik (Nicodem  et al. 1997). 
5) Dispersi. Penyebaran ini terjadi karena proses gradient konsentrasi dengan membentu formasi emulsi minyak-air (butiran minyak dalam kolom air) sehingga memperluas permukaan butir minyak.  Emulsi minyak-air dapat terjaga dengan agitasi (angin dan gelombang adalah contoh agitasi alamiah), atau dengan penambahan dispersan. 
6) Emulsifikasi.  Emulsifikasi adalah proses perubahan status dari butiran minyak dalam air menjadi butiran air dalam minyak (disebut juga chocolate mousse).  Bahan asphaltic dapat meningkatkan emulsifikasi.  Tetapi emulsifikasi akan mempersulit pembersihan minyak. 
7) Lain-lain.  Termasuk di sini adalah proses adsorpsi minyak pada zat padat air, sedimentasi dan formasi butir tar. 
Berbeda dengan proses fisik kimia sebagai perpindahan massa antar media lingkungan, proses biodegradasi adalah proses perpindahan massa dari media lingkungan ke dalam massa mikroba (menjadi bentuk terikat dalam massa mikroba) sehingga minyak hilang dari air.  Hasil proses biodegradasi adalah umumnya karbondioksida dan metana yang kurang berbahaya dibanding minyak pada besaran konsentrasi yang sama. Mikroba yang mampu menguraikan minyak adalah tersedia di alam laut yaitu sekitar 200 spesies bacteria, ragi dan fungi. Bacteria terpenting adalah Achromobacter, Acinetobacter, Alcaligenes, Arthrobacter, Bacillus, Brevibacterium, Cornybacterium, Flavobacterium, Nocardia, Pseudomonas, Vibrio; ragi dan fungsi adalah  Aspergillus, Candida, Cladosporium, Penicillium, Rhodotorula, Sporobolomyces, Trichoderma (Leahy and Colwell, 1990).  Penting dipahami bahwa mikroba pengurai minyak adalah tidak bekerja  secara individu spesies tetapi konsorsium multi spesies.  
Berdasarkan kemampuan proses biodegradasi, potensi  senyawa minyak yang dapat diuraikan oleh mikroba adalah sebagai berikut: 
1) Hidrokarbon jenuh. Umumnya n-alkanes siap untuk diuraikan mikroba menjadi alcohol, aldehydes, atau fatty acid. Branched alkanes dan Cycloalkanes adalah sulit diuraikan mikroba (Atlas, 1995).        
2) Aromatik. Umumnya aromatic sulit terurai biologis  tetapi aromatic dengan berat molekul rendah (naphthalene) dapat terurai biologis (Prince, 1993). 
3) Resin dan asphalt. Senyawa ini mempunyai sturktur kompleks dan sulit diuraikan secara biologis, tetapi dalam konsentrasi rendah dapat terurai biologis secara cometabolisme (Leahy and Colwell, 1990).

No comments:

Post a Comment