please, after reading an article or would leave this page, leave a comment .>.>. . . (^_^)
I Pendahuluan
I Pendahuluan
Habitat perairan laut dapat dibagi ke dalam
tiga kelompok wilayah perikanan, yaitu:
1.
Daerah
pantai (paparan)
2.
Daerah
upwelling yaitu perbatasan antara daerah pantai dan laut terbuka dimana pada
daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas
3.
Laut
terbuka (lepas pantai).
Dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber
daya ikan, kebanyakan perikanan diklasifikasikan menurut produk yang ditangkap,
yakni spesies yang menjadi target bagi keperluan manusia. Oleh sebab itu
dikenal perikanan tuna dan cakalang, perikanan udang, perikanan paus, dan
lain-lain. Juga dikenal pengelompokan perikanan lain seperti perikanan pelagis
kecil (layang, kembung, selar, dan lain-lain), perikanan demersal (kakap,
bawal, layar, kerapu), perikanan karang, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan
penangkapannya biasa dilakukan oleh berbagai jenis usaha perikanan, baik
perikanan skala kecil yang biasanya terbatas dekat tempat pendaratan atau
pelabuhan basis mereka, sampai perikanan skala besar seperti perikanan trawl
(pukat harimau) yang menangkap ikan laut (Widodo, 2006).
2.
Fishing Ground
Daerah penangkapan ikan (Fishing Ground)
adalah merupakan daerah atau area dimana populasi organisme dapatw dimanfaatkan
sebagai penghasil perikanan, yang bahkan apabila memungkinkan diburu oleh
fishing master yang bekerja di kapal-kapal penangkap ikan dengan menggunakan
peralatan penangkapan ikan yang dimilikinya.
Fishing ground dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan, antara lain :w temperatur air, salinitas, pH, kecerahan, gerakan
air, kedalaman perairan, topografi dasar perairan, bentuk bangunan dasar
perairan (bottom properties), kandungan Oksigen terlarut dan makanan. Fishing
ground dapat ditandai dengan :w1. Distribusi massa air, sebagai akibat adanya
daerah pertemuan arus laut Distribusi massa air ini akan membawa dan
menyebarkan organisme hidup.
Fluktuasi keadaan lingkungan, dapat
mempengaruhi beberapa hal : distri-busi, migrasi, pertumbuhan dan reproduksi
organisme air termasuk ikan Hewan (ikan) suka mendiami suatu lingkungan untuk :
a. tinggal secara permanen
b. hanya lewat saja
c. tinggal untuk jangka pendek sebelum
meneruskan untuk berjalan lagi Sewaktu hewan (ikan) berada diam di suatu
tempat, maka memudahkan mereka untuk ditangkap dengan menggunakan alat
penangkapw Sejak saat itu daerah tersebut disebut daerah penangkapan ikan
(fishing ground)w
d. Fishing ground yang baik, apabila mempunyai :
·
Karakteristik
dari ikan yang menghuninya (seperti sub populasi, umur, ukuran, jangka
waktu/lama kehidupan dan tingkat pertumbuhan)
·
Jumlah
individu ikan (ukuran sub populasi, jumlah ikan yang datang ke fishing ground,
jumlah gerombolan ikan dan tingkat kepadatan individu setiap gerombolan)
·
Karakteristik
fishing ground (seperti letak/posisi, wilayah dan kedalaman air)
·
Waktu
(seperti musim, lamanya tinggal)
Keadaan yang disukai oleh ikan dan hewan laut
lainnya :
a. Daerah dengan keadaan faktor fisik optimum
(mudah beradaptasi) dengan fluktuasi yang kecil
b. Daerah up welling dari perairan yang dalam
dan kaya nutrien yang bergerak ke atas ke daerah euphotic yang banyak
phytoplanktonnya
c. Daerah pertemuan dan puncak up welling yang
merupakan kombiasi thermoclin pada perairan yang dangkal
d. Daerah pertemuan 2 massa air yang berbeda,
khusus bagi ikan bermigrasi (kuroshio dan oyashio)
e. Daerah yang dekat dengan bangunan dasar laut
(terumbu karang, topografi yang menghasilkan campuran lapisan air atas dan
bawahnya serta organisme yang dibawanya merupakan makanan ikan)
f. Daerah yang mempunyai ciri spesifik bagi ikan
untuk menempel telurnya (rumput laut, bangunan bangunan atau kapal karam)
Klasifikasi fishing ground berdasarkan
struktur oseanografi
a. Daerah pertemuan 2 arus. Terbentuk karena
pertemuan 2 arus sebagai akibat perbedaan massa air (arus kuroshio dan oyashio)
b. Daerah yang terbentuk karena mempunyai
temperatur optimum.
c. Terbentuk karena adanya pertemuan massa air
yang berbeda temperatur, sehingga menjadikan temperatur optimum
d. Daerah yang terbentuk karena percampuran air
yang mengarah ke atas.
e. Terbentuk karena pertemuan arus panas dan
arus dingin yang berbenturan, mengakibatkan arah arus ke atas atau ke bawah dan
kemudian menyebar membentuk formasi eddy.
f. Gerakan massa air ke atas tersebut disebut
surface divergence dan gerakan sebaliknya disebut surface convergence
(http://perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com)
3.
Alat Tangkap
Pembagian alat tangkap ikan secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Pukat kantong (seine net)
Adalah
alat penangkapan ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan terdiri
dari 2 (dua) bagian sayap, badan, dan kantong jaring, bagian kantong terletak di
belakang bagian badan yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan ikan.
Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan demersal. Pukat kantong terdiri
dari pukat payang, pukat layang, dogol dan pukat pantai.
2. Pukat Cincin (purse seine)
Adalah
jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium,
dilengkapi dengan tali yang dapat digulung untuk mengurung gerombolan ikan.
3. Jaring insang (gill net)
Merupakan
alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang, yang
mempunyai ukuran mata jaring merata. Dilengkapi dengan sejumlah pelampung,
pemberat, tali ris atas, dan rali ris bawah atau tanpa tali ris bawah untuk
menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat dan atau
terpuntal. Jaring insang dioperasikan di permukaan, pertengahan, dan dasar
secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menangkap ikan pelagis dan
demersal. Jaring insang terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis
tangkapan utamanya, antara lain jaring kembung, jaring kerapu, jaring kakap,
jaring udang, dan lain-lain.
4. Jaring angkat
Adalah
alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau bujur
sangkar yang dibentangkan dengan menggunakaan kerangka dari batang kayu atau
bambu sehingga jaring angkat membentuk kantong.
5. Pancing (long line)
Adalah
alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan pancing. Setiap
pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan, baik umpan alami maupun umpan
buatan. Alat penangkapan ikan yang termasuk ke dalam klasifikasi pancing, yaitu
rawai (longline), dan pancing. Alat pancing terdiri dari dua komponen utama,
yaitu tali dan mata kail. Jumlah mata yang terdapat pada tiap perangkat pancing
bisa tunggal maupun ganda, bahkan banyak sekali (beberapa ratus mata kail)
tergantung dari jenis pancingnya. Banyak macam alat pancing digunakan oleh para
nelayan, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dalam bentuk ukuran skala
besar yang digunakan untuk perikanan industri.
6. Perangkap
Adalah
alat penangakapan ikan berbagai bentuk yang terbuat dari jaring, bambu, kayu,
atau besi yang dipasang secara tetap di dasar perairan atau secara portable
(dapat dipindah tempatkan) selama jangka waktu tertentu.
(Hartono, 2008)
7. Alat Tangkap Traw (Trawl net)
Kata “trawl“ berasal dari bahasa prancis “
troler “ dari kata “ trailing“ adalah dalam bahasa inggris, mempunyai arti yang
bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata “tarik “
ataupun “mengelilingi seraya menarik“. Ada yang menterjemahkan “trawl” dengan
“jarring tarik”, tapi karena hampir semua jarring dalam operasinya mengalami
perlakuan tarik ataupun ditarik, maka selama belum ada ketentuan resmi mengenai
peristilahan dari yang berwenang maka digunakan kata” trawl” saja Dari kata
“trawl” lahir kata “trawling” yang berarti kerja melakukan operasi penangkapan
ikan dengan trawl, Dan kata “trawler” yang berarti kapal yang melakukan trawling. Jadi yang dimaksud dengan jarring
trawl (trawl net) disini adalah suatu jarring kantong yang ditarik di belakang
kapal (baca : kapal dalam keadaan berjalan ) menelusuri permukaan dasar
perairan untuk menangkap ikan, udang dan jenis demersal lainnya. Jaring ini
juga ada yang menyangkut sebagai “jarring tarik dasar” (Subani, 1978 dalam Droekeuh,
2009).
Menurut Ayodhyoa (1983) dalam Draoekeuh
(2009), syarat syarat fishing ground untuk alat tangkap trawl, antara lain
sebagai berikut:
·
Dasar
fishing ground terdiri dari pasir, Lumpur ataupun campuran pasir dan Lumpur.
·
Kecepatan
arus pada mid water tidak besar ( dibawah 3 knot ) juga kecepatan arus pasang
tidak seberapa besar.
·
Kondisi
cuaca, laut, (arus, topan, gelombang, dan lain.lain) memungkinkan keamanan
operasi
·
Perairan
mempunyai daya produktifitas yang besar serta sumberdaya yang melimpah.
Dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah
Tahun 2004-2009, disebutkan bahwa masalah yang dihadapi dalam revitalisasi
pertanian, khususnya perikanan di antaranya adalah :
1) Rendahnya kesejahteraan nelayan dan relatif
tingginya tingkat kemiskinan,
2) Akses ke sumber daya produktif termasuk
sumber daya permodalan yang terbatas, dan
3) Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya perikanan
yang ada. Permasa-lahan tersebut menjadi kendala serius yang perlu diupayakan
penanggulang-annya. Keberpihakan pemerintah, terutama lembaga keuangan relatif
masih sedikit terhadap pengembangan bidang usaha perikanan.
Secara nasional, potensi lestari sumber daya
perikanan laut Indonesia sebesar 6,7 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan
mencapai 48%. Selain untuk konsumsi dalam negeri, hasil perikanan juga
dipasarkan kenegara lain (ekspor) yang jumlahnya terus meningkat (Mulyadi,
2005).
Daerah operasi penangkapan (fishing ground)
di laut berkembang dari perairan dekat pantai hingga laut lepas. Terdapat zona
penangkapan sesuai dengan kondisi armada penangkapan. Menurut Surat Keputusan
Menteri Pertanian Tahun 1999, yakni jalur I hingga jalur III (Effendi dan
Oktariza, 2006).
Tabel 5. Daerah Operasi Penangkapan Menurut Kondisi
Armada Penangkapan
Jalur
Penangkapan
|
Jarak
dari Pantai
|
Peruntukan
|
Jalur
I
|
0–3
mil
3–6
mil
|
Kapal
nelayan trsdisional dan kapal tanpa motor
Kapal
motor tempel < 12 meter atau < 5 GT
|
Jalur
II
|
6–12
mil
|
Kapal
motor < 60 GT
|
Jalur
III
|
12–200
mil
|
Kapal
motor < 200 GT
|
Sumber: SK Menteri Pertanian No. 392, 1999
Dari Tabel 5 di atas, diketahui bahwa semakin
besar ukuran GT (Gross Tonase) dari sebuah armada penangkapan maka jarak
ataupun daerah operasi penangkapannya akan semakin jauh dari pantai.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Terdapat beberapa faktor
yang dapat menjadi penyebab masih rendahnya tingkat pendapatan nelayan, antara
lain alat tangkap yang tidak produktif, modal untuk pengembangan usaha,
keterbatasan sumberdaya, dan lain-lain.
Semua faktor ini dapat mempengaruhi penurunan produktivitas. Secara
tidak langsung dengan produktivitas yang rendah, maka keuntungan yang
didapatkan nelayan pun berkurang (Waridin, 2007).
Untuk memperoleh keuntungan yang besar
sebenarnya dapat dilakukan dengan cara menekan biaya produksi atau menaikkan
harga jual. Namun yang biasa dipakai oleh perusahaan yaitu dengan cara menekan
biaya produksi. Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk
melakukan kegiatan penangkapan ikan sampai ikan tersebut siap untuk dijual.
Biaya produksi ini dapat dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap merupakan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam suatu masa produksi,
antara lain biaya peralatan, biaya penyusutan peralatan (seperti kapal, mesin,
fiber, alat tangkap, jangkar, dan lain-lain), serta biaya pemeliharaan.
Sementara biaya variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali masa
produksi antara lain biaya operasional (seperti BBM, es, konsumsi), serta upah
tenaga kerja (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2008).
Ada beberapa permasalahan perikanan yang
kompleks yang diakibatkan oleh penggunaan peralatan yang bermacam-macam
(purseine, payang, gillnet,
cantrang, tramel net, arad, pancing, dan lain-lain). Hasil tangkapan
rendah karena pada umumnya mereka merupakan nelayan tradisional atau berskala
kecil sehingga daerah tangkapannya (fishing ground) terbatas tidak jauh dari
pantai. Pendapatan mereka juga rendah karena biaya operasional yang tinggi dan
harga jual ikan di TPI yangberfluktuasi.
Untuk memperbaiki kesejahteraan nelayan maka
perlu adanya peningkatan pendapatan nelayan melalui peningkatan produktivitas,
efisiensi penggunaan input produksi pada berbagai jenis perahu atau kapal motor
dan alat tangkap perikanan.
Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi
hasil tangkapan nelayan antara lain adalah:
1.
Tenaga
kerja,
2.
Bahan
bakar,
3.
Jenis
alat tangkap yang digunakan,
4.
Jenis
kapal
5.
Perbekalan,
dan
6.
Pengalaman.
(Waridin, 2007).
Hasil tangkapan per upaya penangkapan atau
produktivitas tangkapan adalah pembagian antara produksi hasil tangkapan dengan
upaya penangkapan yang beroperasi dari suatu perairan. Hasil tangkapan berupa
jumlah ikan hasil tangkapan dari salah satu kelompok sumber daya ikan (pelagis,
demersal, dan lain sebagainya) dengan satuan berat (Ton atau Kg). Sedangkan
upaya penangkapan berupa jumlah unit atau trip hari operasi penangkapan.
Fungsi produksi perikanan jangka pendek
adalah hubungan antara tangkapan (catch) dan upaya (effort). Sementara itu dalam
jangka panjang hal tersebut merupakan hubungan antara penangkapan dan rata-rata
penangkapan yang dapat diperoleh pada waktu tertentu tanpa mempengaruhi stok
ikan (Anderson dalam Waridin, 2007).
Dalam fungsi
produksi perikanan jangka panjang, tangkapan maksimum atau Maximum
Sustainable Yield (MSY) adalah tangkapan ikan sama dengan pertumbuhan alami
dari stok ikan yang tetap atau tidak berubah selama upaya (effort) juga tetap.
Walaupun stok ikan atau sumberdaya melimpah,
variasi lokasi dan waktu penangkapan, stok ikan dalam jangka pendek diasumsikan
tetap sehingga fungsi produksi perikanan jangka pendek dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Y = f (E)
Keterangan: Y = Hasil tangkapan
E = Upaya penangkapan ikan (effort)
Sehingga fungsi produksi perikanan juga dapat
dituliskan sebagai berikut:
Y = f (E1, E2, ……., E6)
(Panayotou dalam Waridin, 2007)
Catch Per Unit Effort (CPUE) adalah laju
tangkap perikanan per tahun yang
diperoleh dengan menggunakan data time
series, minimal selama lima (5) tahun. Semakin panjang series waktu yang
digunakan semakin tajam prediksi yang diperoleh. Cara perhitungannya adalah
dengan cara membagi total hasil tangkapan dengan total effort standard
(Hartono, 2008).
4. Hubungan Alat Tangkap Terhadap Daerah Penangkapan
Salah
satu persiapan dalam merencanakan operasi penangkapan adalah menentukan daerah
penangkapan. Tujuan dan sasaran ikan yang akan ditangkap juga menjadi satu
pertimbangan alat tangkap yang akan digunakan.
Contoh
dalam penangkapan udang, maka alat penangkapan yang digunakan adalah trawl
udang (shrimp trawl), sebelum melakukan operasi penangkapan (setting dan
hauling jaring), maka menentukan daerah penangkapan menjadi faktor yang sangat
penting, jika salah maka resiko akan menjadi persoalan.
Menentukan
daerah penangkapan udang pertimbangannya bahwa dasar perairan harus rata,
bentuk dasar lumpur atau lumpur berpasir. Jika tidak rata maka kemungkinan alat
tangkap trawl akan mengalami kesulitan bergerak dan bahkan bisa hilang karena
tersangkut perairan yang tidak rata itu.
Jadi
perlu kita mengetahui habitat dan behavour, migrasi serta jumlah ikan yang akan
ditangkap. Monitoring membuat laporan daerah dan hasil tangkapan Setiap
perusahan perikanan mempunyai bentuk dan sistem yang berbeda-beda. Artinya
bahwa laporan hasil tangkap misalnya harus segera dillaporkan sesuai bentuk
laporan yang telah disediakan oleh instansi, dimana satu dengan yang lain
mempunyai bentuk laporan sendiri.
Pada
umumnya isi dari laporan hampir mempunyai kesamaan antara perusahaan perikanan
yang satu dengan yang lainnya. Didalam laporan daerah dan hasil tangkapan ikan
itu antara lain yang penting adalah : Nama kapal, posisi lintang dan bujur
setting dan hauling, jenis dan berat ikan yang tertangkap, cuaca juga perlu
disampaikan, jumlah alat tangkap yang dioperasikan (hook rate).
Monitoring
daerah penangkapan adalah sangat penting dalam upaya untuk meningkatkan hasil
tangkapan. Karena dengan monitoring maka pada setiap musim ikan dapat
diprediksikan perkiraan daerah penangkapan. Oleh sebab itu kegiatan antara
monitoring dan laporan daerah penangkapan itu harus dilakukan dan wajib bagi
setiap kapal penangkap ikan yang melakukan operasi penangkapan.
(http://www.Scribd.com)
No comments:
Post a Comment