1. Proses Upwelling
Angin menyebabkan pergerakan arus secara vertikal
disamping arus permukaan secara horisontal. Untuk memahami pergerakan air
secara vertikal tersebut, kita harus tinjau Spiral Ekman. Transport netto
lapisan permukaan (dikenal dengan Transport Ekman) adalah 900 ke
arah kanan di belahan bumi utara. Normalnya, air permukaan menanggapi gaya tersebut dengan
bergerak seperti suatu irisan (Gross, 1992).
Angin yang mendorong lapisan air permukaan
mengakibatkan kekosongan di bagian atas, akibatnya air yang berasal dari bawah
menggantikan kekosongan yang berada di atas. Oleh karena air yang dari
kedalaman lapisan belum berhubungan dengan atmosfer, maka kandugan oksigennya
rendah dan suhunya lebih dingin dibandingkan dengan suhu air permukaan lainnya
(www.e-dukasi.net).
Walaupun sedikit oksigen, arus ini mengandung larutan
nutrien seperti nitrat dan fosfat sehingga cederung mengandung banyak
fitoplankton. Fitoplankton merupakan bahan dasar rantai makanan di lautan,
dengan demikian di daerah upwelling umumnya kaya ikan (www.e-dukasi.net).
Rendahnya temperatur permukaan laut menyebabkan
hilangnya panas dan mengubah iklim local. Air bawah permukaan yang dibawa ke
permukaan dari kedalaman 100-200 meter kaya akan nutrien, yang mendukung
pertumbuhan. Daerah upwelling ini mendukung pertumbuhan organisme laut yang
menyediakan sekitar setengah perikanan dunia (Gross, 1992).
Coastal
Upwelling
Di dekat pantai, angin berhembus sejajar dengan garis
pantai menyebabkan satu lapisan air permukaan yang tebalnya beberapa puluh
meter untuk bergerak menjauhi atau menuju pantai. Gesekan angin yang berhembus
sepanjang permukaan laut menyebabkan air mulai bergerak, efek Coriolis
membelokkannya ke kanan (di belahan bumi utara), dan transport Ekman
menggerakkannya ke arah laut. Coastal upwelling terbentuk ketika air di
permukaan tersebut digantikan oleh air dari lapisan dalam yang naik di
sepanjang pantai (Tom Garrison, 1993).
![]() |
Gambar. Proses Coastal Upwelling
(Apollo.lsc.vsc.edu).
|
Air yang dibawa naik juga kaya akan nutriens dan
daerah pantai tersebut menjadi daerah penangkapan ikan yang sangat penting. Pantai yang mengalami
upwelling paling penting ditemukan di sebelah timur arus-arus batas subtropical
gyres, yakni Peru/Chili, California, Benguela, dan arus Canary. Arus Somalia, Arab Timur,
dan selatan Jawa menghasilkan upwelling musiman.
Upwelling khususnya terlihat jelas pada sisi timur
basin samudera, dimana lapisan permukaan relatif tipis. Banyak upwelling
terjadi di dekat pantai, biasanya di daerah sepanjang beberapa puluh kilometer,
sering terletak di dekat tanjung atau garis pantai yang tak teratur. Suatu
bagian air yang terbawa naik sering memiliki plume air dingin yang terbentang
ke arah laut sepanjang beberapa kilometer. Plume tersebut bergerak bersama
dengan arus di pantai (Gross, 1992).
Equatorial
Upwelling
Daerah ekuator juga
merupakan daerah terjadinya upwelling, yang juga disebabkan oleh adanya angin
dan oleh adanya perubahan arah pada efek Coriolis di ekuator. Di utara ekuator,
transport Ekman adalah ke arah kanan dari arah angin (ke barat laut) pada angin
pasat timur laut, sedangkan air permukaan bergerak menjauhi ekuator. Di selatan
ekuator, transport Ekman adalah ke arah kiri terhadap angin pasat tenggara (ke
arah barat daya), juga menjauhi ekuator. Sehingga di ekuator terjadi zona divergensi,
dimana air di bawah permukaan dibawa ke zona fotik (Gross, 1992).
Karena equator secara meteorologis biasanya terletak
sekitar 50 utara terhadap equator secara geografis, arus selatan
equator di samudera Atlantik dan Pasifik melewati equator secara geografis.
Meskipun edek Coriolis lemah di dekat geografis equator, dan bernilai nol tepat
pada equator, air yang bergerak pada arus di sisi lain equator dibelokkan ke
arah kutub dan digantikan oleh air dari lapisan dalam (Tom Garrison, 1993).
Downwelling
Air yang digerakkan ke arah garis pantai akan menyebabkan
lapisan permukaan menjadi tebal dan dipaksa bergerak turun, dan kembali ke arah
laut melalui paparan benua, prosesnya dinamakan downwelling. Pada kasus ini,
slope permukaan laut yang dihasilkan menciptakan arus yang tegak lurus garis
pantai (Gross, 1992). Downwelling tersebut membantu mensuplai gas terlarut pada air di lapisan
dalam dan membantu dalam distribusi organisme. Tidak seperti upwelling,
downwelling ini tidak memiliki efek langsung pada iklim atau produktivitas pada
pantai di dekatnya (Tom Garrison, 1993).
![]() |
Gambar. (a) Daerah
upwelling (b) Daerah downwelling (www.e-dukasi.net)
|
Efek-efek dari Upwelling
Secara ekologis, efek dari upwelling berbeda-beda,
namun ada dua akibat utama yang patut diperhatikan.
Pertama, upwelling membawa air yang dingin dan kaya
nutrien dari lapisan dalam, yang mendukung pertumbuhan seaweed dan blooming
phytoplankton. Blooming phytoplankton tersebut membentuk sumber energi bagi
hewan-hewan laut yang lebih besar termasuk ikan laut, mamalia laut, serta
burung laut. Walaupun upwelling di daerah pantai hanya mencakup 1 persen dari
permukaan laut, namun memberikan kontribusi sebesar 50 persen dari perikanan
dunia.
Akibat kedua dari upwelling adalah pada pergerakan
hewan. Kebanyakan ikan laut dan invertebrata memproduksi larva mikroskopis yang
melayang-layang di kolom air. Larva-larva tersebut melayang bersama air untuk
beberapa minggu atau bulan tergantung spesiesnya. Untuk spesies dewasa yang
hidup di dekat pantai, upwelling dapat memindahkan larvanya jauh dari habitat
asli, sehingga mengurangi harapan hidupnya. Upwelling memang dapat memberikan
nutrien pada perairan pantai untuk produktifitas yang tinggi, namun juga dapat
merampas larva ekosistem pantai yang diperlukan untuk mengisi kembali populasi
pantai tersebut (oceanexplorer.noaa.gov).
Upwelling di Indonesia
Gejala
upwelling dapat dipantau oleh satelit cuaca NOAA dan dijadikan sebagai tanda akan
dimulainya musim panen ikan 14 hari setelah upwelling terjadi. Bagi nelayan
modern dapat memanfaatkan informasi NOAA untuk persiapan panen. Pencurian
ikan di berbagai laut di Indonesia umumnya para pencuri memantau gejala
upwelling. Pada saat upwelling mereka pura-pura mencari ikan di daerah yang
jauh dari perairan laut.

Akan tetapi 14 hari
kemudian mereka meluncur dengan kekuatan penuh menuju perairan Indonesia.
Dengan gesit mereka mengeruk ikan yang lagi banyak-banyaknya. Mereka lolos dari
pengejaran patroli perairan Indonesia karena perlengkapan kita belum dapat melacak
keberadaan mereka (www.e-dukasi.net).
2. Proses El-Nino
Bertahun-tahun, nelayan
Peru tahu bahwa masuknya air hangat tiap beberapa tahun akan mengakibatkan
berkurangnya populasi ikan Anchovy, sumber perikanan utama mereka dan sumber
makanan bari burung-burung laut. Fenomena masuknya air hangat tersebut biasanya
terjadi di dekat waktu Natal dan diberikan nama El-Nino, “The Child.” (Harold,
1994).
Selama tahun 1920, G.T.Walker mengidentifikasi apa
yang disebutnya “Southern Oscillation (SO)”, berhubungan dengan kondisi dimana
system tekanan tinggi selama musim panas di Pasifik selatan terjadi bersamaan
dengan terbentuknya system tekanan rendah di atas daerah Indo-Australia.
Perbedaan tekanan tersebut berkurang ketika angin pasat melemah, temperatur air
permukaan di bagian timur Pasifik bertambah, dan aliran Equatorial Counter
Current bartambah. Periode rata-rata osilasi tersebut adalah 3 tahun, namun rangenya dari 2
hingga 10 tahun. Saat ditemukan bahwa El-Nino rupanya berhubungan dengan
Southern Oscillation, maka kejadian yang ada mulai disebut sebagai peristiwa
El-Nino Southern Oscillation (ENSO). Telah ada 9 peristiwa ENSO selama
1950-1993 (Harold, 1994).
El-Nino merupakan
sirkulasi anomali udara dan samudera. Saat dorongan angin pasat terputus atau
melemah, air equator yang hangat yang seharusnya secara normal mengalir ke arah
barat di equator Pasifik, berbalik mengalir ke timur. Kebanyakan alirannya
secara alami adalah equatorial counter current yang diperkuat, namun para
oseanografer telah menemukan bahwa equatorial under current di Pasifik juga
bertambah volumenya selama El-Nino (Tom Garrison, 1993).
Aliran normal ke arah
utara dari arus Peru yang dingin terpecah atau tergantikan dengan air hangat.
Arus yang kaya akan nutrien yang terbawa ke permukaan tersebut berperan dalam
produktivitas biologis yang tinggi di lepas pantai Peru dan Chili. Saat arus
Peru melemah, ikan dan burung laut yang tergantung pada kehidupan yang
dikandungnya, mati atau berpindah ke tempat lain (Tom Garrison, 1993).
Normalnya, Southern
Oscillation mempengaruhi angin pasat tenggara, yang berkumpul di sel tekanan
rendah di Indo-Australia, dan menghasilkan laju presipitasi tinggi di daerah
dengan tekanan rendah. Suatu massa air paling hangat di lautan dunai dengan
skala besar yang berada di bawah sel tekanan rendah tersebut terdorong ke sana
oleh angin pasat. Termoklin di daerah hangat tersebut tidak terbentuk hingga
kedalaman lebih dari 100 meter. Sebaliknya, termoklin terbentuk pada kedalaman
30 m di sebelah timur equator Pasifik. Udara kering turun di sel dengan tekanan
tinggi di Pasifik bagian selatan, di pantai barat Amerika Selatan, dan pantai
tersebut ditandai dengan laju evaporasi tinggi. Namun bagaimanapun,
kondisi-kondisi tersebut berubah saat terjadi ENSO (Harold, 1994).
Satu tanda awal
terjadinya ENSO adalah pergerakan sel dengan tekanan rendah di Indo-Australia
ke arah timur yang dimulai dari Oktober atau November. Pada kasus yang ekstrim,
kekeringan yang hebat dapat terjadi di Australia karena sel dengan tekanan
rendah bergerak terlalu jauh ke timur.
Bersamaan terjadinya
dengan pergeseran sel dengan tekanan rendah Indo-Australia ke arah timur,
equator meteoroligis, atau zona konvergensi intertropical (ITCZ), dimana angin
pasat timur laut dan angin pasat tenggara bertemu dan naik, bergerak ke
selatan. Perpindahan musiman tersebut normalnya terjadi dari 100
lintang utara pada bulan Agustus hingga 30 lintang utara pada bulan
Februari, namun saat ENSO, perpindahan ke arah selatan akan terjadi hingga ke
selatan ekuator di Pasifik bagian timur. Berkaitan dengan perpindahan tersebut,
adalah melemahnya angin pasat, berkurangnya upwelling di Pasifik bagian
equator, beberapa bulan setelah dimulai, dan disertai dengan kembalinya kondisi
normal secara berangsur-angsur yang dimulai dari daerah tropis di Pasifik
bagian tenggara dan menyebar ke arah barat (Harold, 1994).
Selama terjadi El-Nino,
tinggi muka air laut dan temperaturnya naik pada bagian tengah batas timur
Pasifik. Air hangat menyebabkan evaporasi meningkat dan tekanan udara rendah
akan terbentuk di sekitar 2000 km sebelah barat Peru. Udara lembab yang naik
pada daerah ini menyebabkan persipitasi tinggi pada daerah yang biasanya
kering. Habitat
darat dan laut dapat terpengaruh dengan perubahan ini (Tom Garrison, 1993).
Di akhir peristiwa
El-Nino, temperatur rata-rata berada di bawah normal terjadi di Pasifik bagian
timur. Pendinginan tersebut dinamakan La Nina dan dikaitkan sebagai fenomena
cuaca kebalikan dari El-Nino. Contohnya, angin munson di samudera Hindia
menjadi lebih kering daripada biasanya saat terjadi El-Nino, dan menjadi lebih
basah daripada biasanya saat terjadi La Nina.
ENSO sangat parah terjadi
pada 1982-1983 yang menyebabkan kekeringan yang parah di Australia dan
Indonesia.
Pada November 1982, 17
juta burung dewasa yang biasanya mendiami Kiritimati telah meninggalkan
tempatnya. Kejadian tersebut menunjukkan parahnya ENSO yang terjadi di Pasifik
tengah (Harold, 1994).
3. Dampak El-Nino terhadap
Upwelling
Satu proses laut yang
berubah selama El-Nino adalah upwelling. Keefektifan upwelling dan kemampuannya untuk mendukung berlimpahnya kehidupan
laut umumnya tergantung pada kedalaman thermoklin. Selama El-Nino, lapisan
thermoklin akan makin dalam, sehingga membatasi nutrien yang dibawa ke
permukaan laut pada saat proses upwelling hingga akhirnya juga berdampak besar
pada hasil perikanan (www.atmos.uiuc.edu/go/dept).
![]() |
|
Thermoklin adalah lapisan transisi antara mixed
layer di permukaan dan lapisan air dalam.
Mixed layer dekat dengan permukaan dimana
temperaturnya kira-kira sama dengan permukaan. Di lapisan thermoklin, temperatur
berkurang dengan drastis dari temperatur mixed layer hingga temperatur air
dalam yang lebih dingin.
Mixed layer dan deep layer memiliki temperatur yang
relative seragam, sedangkan termoklin merepresentasikan zona transisi antara
dua lapisan itu (www.atmos.uiuc.edu/go/dept).
|
please, after reading an article or would leave this page, leave a comment .>.>. . . (^_^)
Diasumsikan bahwa menyebarnya lapisan air hangat yang
tebal di sekitar samudera mencegah naiknya nutrien ke permukaan air,
menyebabkan ikan melakukan pencarian makanan di tempat lain. Burung-burung pada
gilirannya juga dipaksa pergi untuk mencari ikan. Jika burung-burung tidak
menemukan persediaan ikan yang dibutuhkan, maka anak-anaknya dan burung dewasa
dipastikan akan mati dalam persentase yang tinggi (Harold, 1994).
Wynn Las Vegas & Encore | Jeopardy - JTM Hub
ReplyDeleteWynn Las Vegas & 남양주 출장마사지 Encore. 안동 출장마사지 Jeopardy. (L) · 양산 출장마사지 5,716 visitors. Rating: 4.5 · 통영 출장안마 2,320 동두천 출장안마 votes