Pencemaran Alam Sekitar (Hilangnya Nutrient)
please, after reading an article or would leave this page, leave a comment .>.>. . . (^_^)
Aktiviti manusia untuk memenuhi keperluan manusia semakin bertambah dari
semasa ke semasa. Aktiviti itu dilaksanakan di laut, di darat dan di udara dan
sama ada di bawah tanah. Aktiviti yang menyebabkan pencemaran alam sekitar itu merupakan
cabaran terbesar pada abad ini dan masa mendatang tidak sahaja di malaysia
tetapi diseluruh dunia. Pencemaran, ialah masuk atau dimasukkannya mahluk
hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam air/udara,
dan/atau berubahnya komposisi air/udara oleh aktiviti manusia dan
proses alam, sehingga kualiti air/udara menjadi berkurangan atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Pencegahan terjadinya pencemaran
terhadap alam sekitar oleh berbagai aktiviti industri/kilang dan aktiviti manusia
memerlukan pengawalan terhadap pencemaran alam sekitar. Pengawalan itu
dilaksanakan dengan menetapkan standar kualiti alam sekitar. Standar kualiti
alam sekitar ialah had kadar yang dibolehkan
bagi zat atau bahan pencemar terdapat alam sekitar dengan tidak menimbulkan
gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya.
Pencemaran terhadap alam sekitar berlangsung di
pelbagai tempat dengan laju yang sangat cepat. Beban pencemaran alam sekitar
sudah semakin berat dengan masuknya kumbahan industri dari pelbagai bahan
kemikal termasuk logam
berat.
Pencemaran
alam sekitar dapat dikelaskan menjadi:
- Pencemaran air (water pollution)
- Pencemaran udara (air pollution)
- Pencemaran tanah (soil pollution)
Gambar .1. Pencemaran alam sekitar (air, udara dan tanah)
Pencemaran air
Pencemaran air ialah
suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, laut dan air tanah akibat aktiviti manusia.
Walaupun fenomena
alam seperti gunung api, ribut, gempa bumi
dll juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualiti air, hal ini tidak
dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal
dan memiliki karakteristik yang berbeza-beza. Meningkatnya kandungan nutrien dapat
mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air kumbahan (sewage)
menyebabkan peningkatan keperluan oksigen pada air yang menerimanya yang
mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berkesan buruk terhadap seluruh
ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya
seperti logam berat, toksin organik, petrol, nutrien dan padatan.
Air kumbahan tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh
pengeluar tenaga elektrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
Gambar .2. Punca pencemaran air
Eutrofikasi
Eutrofikasi merupakan problem alam sekitar yang diakibatkan
oleh limbah fosfat (PO3-), khususnya dalam ekosistem air tawar.
Definisi dasarnya ialah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrien
yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Air dikatakan eutrofik bila konsentrasi
total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L. Sejatinya,
eutrofikasi merupakan sebuah proses semulajadi di mana danau mengalami penuaan
secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa. Diperlukan
proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofik. Proses semulajadi ini,
oleh manusia dengan segala aktiviti modernnya, secara tidak disedari dipercepat
menjadi dalam kiraan beberapa dekad atau bahkan beberapa tahun sahaja. Maka
tidaklah menghairankan bila eutrofikasi menjadi masalah di hampir ribuan danau
di muka Bumi, sebagaimana dikenal lewat fenomena algal bloom.

Gambar .3.
Danau
Akibat eutrofikasi
Kondisi eutrofik sangat memungkinkan alga, tumbuhan air bersaiz mikro,
untuk tumbuh berkembang biak dengan pesat (blooming) akibat bekalan
fosfat yang berlebihan serta kondisi lain yang memadai. Hal ini boleh dikenali
dengan warna air yang menjadi kehijauan, berbau tak sedap, dan kekeruhannya
yang menjadi semakin meningkat. Banyaknya eceng gondok yang bertebaran di
kawasan paya dan danau-danau juga disebabkan fosfat yang sangat berlebihan ini.
Akibatnya, kualitas air di banyak ekosistem air menjadi sangat menurun.
Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol, menyebabkan
makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak boleh tumbuh dengan
baik sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam mata rantai
ekosistem air menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem air. Permasalahan
lainnya, cyanobacteria (blue-green algae) diketahui mengandungi toksin sehingga
membawa risiko kesihatan bagi manusia dan hewan. Algal bloom juga menyebabkan
hilangnya nilai konservasi, estetika, rekreasional, dan pariwisata sehingga diperlukan
biaya sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk mengatasinya.
Sejarah pengetahuan tentang eutrofikasi
Problem eutrofikasi baharu
disedari pada dekad awal abad ke-20 saat alga banyak tumbuh di danau-danau dan ekosistem air
lainnya. Problem ini disyaki akibat langsung dari aliran air kumbahan. Hingga
saat itu belum diketahui secara pasti unsur kemikal yang sesungguhnya berperan
besar dalam munculnya eutrofikasi ini.

Gambar .4. Eutrofikasi dan akitannya dengan makhluk
hidup lain
Melalui penyelidikan jangka
panjang pada berbagai danau kecil dan besar, para peneliti akhirnya boleh
menyimpulkan bahawa fosforus merupakan elemen kunci di antara nutrient utama
tanaman (karbon (C), nitrogen (N), dan fosforus (P)) di dalam proses
eutrofikasi.
Sebuah percobaan berskala besar
yang pernah dilakukan pada tahun 1968 terhadap Danau Erie (ELA Lake 226) di Amerika Syarikat
membuktikan bahawa bagian danau yang hanya ditambahkan karbon dan nitrogen tidak
mengalami fenomena algal bloom selama delapan tahun pengamatan. Sebaliknya,
bagian danau lainnya yang ditambahkan fosforus (dalam bentuk senyawa fosfat)-di
samping karbon dan nitrogen-terbukti nyata mengalami algal bloom.
Sedar bahawa senyawa fosfatlah
yang menjadi penyebab terjadinya eutrofikasi, maka perhatian para saintis dan
kelompok masyarakat pencinta alam sekitar semakin meningkat terhadap
permasalahan ini. Ada kelompok yang condong memilih cara-cara penanggulangan
melalui pengolahan limbah cecair yang mengandungi fosfat, seperti deterjen dan
limbah manusia, ada juga kelompok yang secara tegas melarang keberadaan
fosforus dalam deterjen. Program dengan bajet billion dollar pernah dicanangkan
lewat institusi St Lawrence Great Lakes Basin di AS untuk mengawal keberadaan
fosfat dalam ekosistem air. Sebagai implementasinya, lahirlah peraturan
perundangan yang mengatur pembatasan penggunaan fosfat, pembuangan limbah fosfat
dari rumah tangga dan permukiman. Upaya untuk menyubstitusi pemakaian fosfat
dalam deterjen juga menjadi bagian dari program
tersebut.
Asal fosfat
Menurut Morse et al, 10 peratus
berasal dari proses semulajadi di alam sekitar air itu sendiri (background
source), 7 peratus dari industri, 11 peratus dari deterjen, 17 peratus dari
baja pertanian, 23 peratus dari kumbahan manusia, dan yang terbesar, 32 peratus,
dari kumbahan penternakan. Paparan statistik di atas (meskipun tidak persis
mewakili data di Tanah Air) menunjukkan bagaimana berbagai aktiviti masyarakat
di era modern dan semakin besarnya jumlah populasi manusia menjadi penyumbang
yang sangat besar bagi lepasnya fosforus ke persekitan air.
Merujuk pada buku Phosphorus
Chemistry in Everyday Living, manusia memang berperan besar sebagai penyumbang
limbah fosfat. Secara fisiologis, jumlah fosfat yang dikeluarkan manusia
sebanding dengan jumlah yang dikonsumsinya. Tahun 1987 sahaja rata-rata orang
di AS mengonsumsi dan mengekskresi sejumlah 1,4 lb (pounds) fosfat per tahun.
Bersandar pada data ini, dengan lebih kurang 290 juta jiwa populasi penduduk AS
saat ini, maka lebih kurang 406 juta pounds fosforus dikeluarkan manusia AS
setiap tahunnya.
Lantas, berapa jumlah fosforus
yang dilepaskan oleh penduduk bumi sekarang yang sudah mencapai lebih kurang 7
bilion jiwa? Bila dikira, akan menghasilkan sebuah angka yang sangat fantastis!
Ini belum termasuk fosfat yang terkandung dalam deterjen yang banyak digunakan
masyarakat sehari-hari dan punca lainnya seperti disebut di atas.
Tanpa pengurusan air kumbahan yang baik, seperti yang terjadi di
negara-negara dunia ketiga, tentu boleh dibayangkan apa kesannya terhadap alam sekitar,
khususnya ekosistem air.
Berapa sebenarnya jumlah fosforus (P) yang diperlukan oleh blue-green algae
(makhluk hidup air penyebab algal bloom) untuk tumbuh? Ternyata hanya dengan
konsentrasi 10 part per billion (ppb/sepersatu miliar bagian) fosforus sahaja
blue-green algae sudah boleh tumbuh. Tidak hairan kalau algal bloom
terjadi di banyak ekosistem air. Dalam tempoh 24 jam sahaja populasi alga boleh
berkembang dua kali lipat dengan jumlah bekalan fosforus yang berlebihan akibat
limbah fosfat di atas.
Tentu sahaja limbah fosfat yang lepas ke alam sekitar
air akan mengalami pencairan di sungai-sungai, di samping sebelumnya telah
melewati pula tahap pengolahan air kumbahan. Yang disebut terakhir secara ketat hanya berlaku di negara maju seperti AS
dan Eropa. Berdasarkan ini pun, ternyata masih akan tersisa sejumlah 12-31 ppb
fosforus yang notabene lebih dari cukup bagi tumbuhnya blue-green algae. Boleh
diperkirakan (sebelum akhirnya dibuktikan) kandungan fosfat di banyak aliran
sungai dan danau di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, akan jauh lebih
tinggi dari angka yang disebutkan di atas. Dari sini kita boleh mengetahui
betapa seriusnya persoalan yang diakibatkan oleh limbah fosfat ini
Penanganan eutrofikasi
Dewasa ini persoalan eutrofikasi tidak hanya dikaji secara lokal dan tempohral,
tetapi juga menjadi persoalan global yang rumit untuk diatasi sehingga menuntut
perhatian serius banyak pihak secara terus-menerus. Eutrofikasi merupakan
contoh kasus dari problem yang menuntut pendekatan lintas disiplin ilmu dan
lintas sektoral.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penanggulangan terhadap problem ini
sulit membuahkan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor tersebut ialah aktiviti penternakan
yang intensif dan hemat lahan, konsumsi bahan kemikal yang mengandungi unsur
fosfat yang berlebihan, pertumbuhan penduduk Bumi yang semakin cepat,
urbanisasi yang semakin tinggi, dan lepasnya senyawa kimia fosfat yang telah
lama terakumulasi dalam sedimen menuju badan air.
Lalu apa solusi yang mungkin diambil? Menurut Forsberg, yang utama ialah diperlukan
polisi yang kuat untuk mengontrol pertumbuhan penduduk (birth control). Karena
apa? Karena sejalan dengan populasi warga Bumi yang terus meningkat, berarti
akan meningkat pula kontribusi bagi lepasnya fosfat ke alam sekitar air dari punca-punca
yang disebutkan di atas. Kerajaan juga harus mendorong para usahawan agar
produk deterjen tidak lagi mengandungi fosfat. Begitu pula produk makanan dan
minuman diusahakan juga tidak mengandungi bahan aditif fosfat. Di samping itu,
dituntut pula peran kerajaan di sektor pertanian agar penggunaan pupuk fosfat
tidak berlebihan, serta perannya dalam pengurusan sektor penternakan yang boleh
mencegah lebih banyaknya lagi fosfat lepas ke alam sekitar air. Bagi masyarakat
dianjurkan untuk tidak berlebihan mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandungi
aditif fosfat.
Di negara-negara maju masyarakat yang sudah memiliki kesedaran alam sekitar
(green consumers) hanya membeli produk keperluan rumah sehari-hari yang
mencantumkan label "phosphate free" atau "environmentally
friendly".
Negara-negara maju telah menjadikan problem eutrofikasi sebagai agenda alam
sekitar yang harus ditangani secara serius. Sebagai contoh, Australia sudah
mempunyai program yang disebut The National Eutrophication Management Program,
yang didirikan untuk mengoordinasi, mendanai, dan menyosialisasi aktiviti riset
mengenai masalah ini. AS memiliki organisasi seperti North American Lake
Management Society yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian danau melalui
aktiviti sains, manajemen, edukasi, dan advokasi.
Selain itu, mereka masih mempunyai American Society of Limnology and
Oceanography yang menaruh bidang kajian pada aquatic sciences dengan tujuan
menerapkan hasil pengetahuan di bidang ini untuk mengidentifikasi dan mencari
solusi permasalahan yang diakibatkan oleh hubungan antara manusia dengan alam sekitar.
Negara-negara di kawasan Eropa
juga memiliki komite khusus dengan nama Scientific Committee on Phosphates in
Europe yang memberlakukan The Urban Waste Water Treatment Directive 91/271 yang
berfungsi untuk menangani problem fosfat dari limbah cair dan cara
penanggulangannya. Mereka juga memiliki jurnal ilmiah European Water Pollution
Control, di samping Environmental Protection Agency (EPA) yang memberlakukan
peraturan dan pengawasan ketat terhadap pencemaran alam sekitar.
Pencemaran udara
Pencemaran udara ialah
kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesihatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak
properti.
Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh punca-punca semulajadi maupun kegiatan manusia. Beberapa
definisi gangguan fizikal seperti polusi
suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi
udara. Sifat alami udara
mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.

Gambar .5.
pencemaran udara
Punca
Pencemar udara dibedakan menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder.
Pencemar primer ialah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari punca
pencemaran udara. Karbon
monoksida ialah sebuah
contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder ialah substansi pencemar yang
terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia ialah
sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.
Atmosfer merupakan sebuah sistem yang kompleks, dinamik, dan rapuh. Belakangan
ini pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks
global dan hubungannya dengan pemanasan global, perubahan iklim dan deplesi ozon di stratosfer
semakin meningkat.
Aktiviti manusia
- Transportasi
- Pertanian
- Penternakan
- Industri/kilang
- Power plant
- Pembakaran (perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai jenis bahan bakar)
- Gas buang kilang yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)
Punca semulajadi
- Gunung berapi
- Rawa-rawa
- Kebakaran hutan
- Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi
Punca-punca lain
- Transportasi amonia
- Kebocoran tangki klor
- Timbulan gas metana dari lahan uruk/tempat pembuangan akhir sampah
- Uap pelarut organik
Jenis-jenis pencemar
- Karbon monoksida
- Oksida nitrogen
- Oksida sulfur
- CFC
- Hidrokarbon
- Ozon
- Volatile Organic Compounds
- Partikulat
Kesan terhadap kesihatan
Substansi pencemar yang terdapat
di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem
pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada
jenis pencemar. Partikulat bersaiz besar dapat tertahan di saluran pernapasan
bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai
paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke
seluruh tubuh.
Kesan terhadap kesihatan yang
paling umum dijumpai ialah ISPA (infeksi saliran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis,
dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
Studi
ADB memperkirakan kesan pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan
kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan
ISPA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat
menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun 2015.
Kesan terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah
dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan
penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan
tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
Hujan asid
pH normal air hujan ialah 5,6 karena adanya CO2
di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan
membentuk asid dan menurunkan pH air hujan. Kesan hujan asid ini antara lain:
- Mempengaruhi kualitas air permukaan
- Merusak tanaman
- Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
- Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

Gambar .6. Hujan
asid
Efek rumah hijau
Efek
rumah hijau (greenhouse effect) disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metan,
ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang
dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan
troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan
global.

Gambar . 7.
Efek rumah hijau
Kesan pemanasan global ialah:
- Pencairan ais di kutub
- Perubahan iklim regional dan global
- Perubahan kitaran (siklus) hidup flora dan fauna
Kerosakan lapisan ozon
Lapisan
ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami
bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon
(O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan
bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih
cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
Kerosakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter dan
dapat mengakibatkan kanser kulit serta penyakit pada tanaman.
Pencemaran tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah persekitaran tanah semulajadi. Pencemaran ini biasanya terjadi
karena: kebocoran air kumbahan atau bahan kimia industri atau fasilitas
komersial; penggunaan pestisid; masuknya air permukaan tanah tercemar ke
dalam lapisan sub-permukaan; kemalangan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta kumbahan/polusi industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi terma/syarat (illegal
dumping).

Gambar .8 Pencemaran tanah
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah
mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk
ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai
zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berkesan
langsung kepada manusia
ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Kesan
Pada kesihatan
Kesan pencemaran tanah terhadap kesihatan
bergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh badan dan
kerentanan populasi
yang terkena. Kromium,
berbagai macam pestisid dan herbisid merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat
berbahaya pada kanak-kanak, karena dapat menyebabkan kerosakan otak, serta kerosakan ginjal pada seluruh
populasi.
Pendedahan kronis
(terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan
kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan
kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat dapat menyebabkan ganguan
pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang
perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat
beberapa macam kesan terhadap kesihatan yang tampak seperti sakit kepala,
pusing, letih, iritasi mata
dan ruam kulit untuk terdedahan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas,
pada dos yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.
Pencemaran tanah juga dapat
memberikan kesan terhadap ekosistem. Perubahan kemikal tanah yang radikal dapat
timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dos yang rendah
sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolism
dari mikroorganism endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah
tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan pelbagai spesies primer dari rantai
makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap pemangsa atau
tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk
kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan
bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk
penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini,
seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur,
meningkatnya tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies
tersebut.
Kesan pada pertanian terutama
perubahan metabolism tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan
hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan kesan lanjutan pada konservasi
tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari hakisan.
Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh
yang panjang dan pada kes lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari
bahan pencemar tanah utama.
Penanganan
Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk
membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah,
yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih
murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan
bioremediasi.
Pembersihan off-site
meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang
aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar
dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air
limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses
pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi
bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon
dioksida dan air).
No comments:
Post a Comment