MANAJEMEN
WAKTU,
PELAKSANAAN DAN BIAYA OPERASIONAL
PADA PENANGKAPAN
IKAN
A. LATAR BELAKANG | ||||
Sasaran utama dari setiap usaha penangkapan ikan di laut dengan
menggunakan alat tangkap apapun adalah suatu keberhasilan usaha penangkapan
ikan, yaitu nelayan yang bersangkutan mampu menangkap ikan sebanyak mungkin
sehingga hasilnya dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan juga mampu
mendapatkan keuntungan berupa ikan tangkapan maupun hasil penjualan dari ikan
tangkapan tersebut. Realisasi dilapangan menujukkan bahwa usaha penangkapan
ikan tidak selalu mendapatkan hasil yang diharapkan.
Usaha penangkapan ikan laut merupakan usaha yang tingkat
kegaglannya cukup tinggi (High Risk), kenyataan yang demikian mengindikasikan
bahwa setiap nelayan senantiasa diharapkan pada masalah kegagalan usaha. Ada
beberapa faktor penyebab kegagalan, diantaranya adlah metode penangkapan ikan
yang masih konvensional, mengandalkan gejala alam, kurang cermat dalam
memperhitungkan keberhasilan yang sebenarnya dapat diupayakan. Disamping itu
dengan tingkat kepadatan tangkap yang semakin tinggi maka resiko kegagalan akan
semakin tinggi pula (Nikijuluw dkk, 2001).
B. MELAKUKAN PENANGKAPAN
IKAN
Secara garis besar alat tangkap dapat dibedakan dari segi
kemampuan usaha (permodalan), jangkauan area penangkapan serta jenis alat
penangkap yang digunakan. Demikian pula bahwa nelayan yang merupakan sumberdaya
utama dalam melakukan kegiatan operasi dapat dibedakan pula antara nelayan
skalla kecil (small scale fishery), skalla menengah (medium scale fishery) dan
nelayan skalla besar (large scale fishery). Diperkirakan jumlah alat tangkap
yang dioperasikan oleh nelayan Indonesia mencapai 250 jenis, dari jumlah ini
90% adalah merupakan alat penangkap ikan tradisional, sedangkan sisanya dapat
dikatagorikan sebagai alat penngkap modern atau semi modern.
Timbulnya banyak jenis alat tangkap tersebut karena lautan
Indonesia yang beriklim tropis, kondisi dan topografi dasar perairan daerah
satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Secara umum kegiatan usaha penangkapan
terhadap jenis-jenis sumberdaya perikanan dapat dikemukakan sebgai
berikut :
- Untuk udang
- Untuk ikan tuna dan sejenisnya serta ikan pelagis besar lainnya
- Untuk ikan pelagis kecil
- Untuk ikan demersal
- Untuk ikan dan biota perairan karang
C. MENGENAL ALAT
PENANGKAP IKAN
1. Pukat Udang (Shrimp Trawl)
Pukat udang adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan sasaran
tangkapannya udang. Jaring dilengkapi sepasang (2 buah) papan pembuka mulut
jaring (otter board) dan Turtle Excluder Device/TED,
tujuan utamanya untuk menangkap udang dan ikan dasar (demersal), yang dalam
pengoperasiannya menyapu dasar perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu kapal
motor.
2. Pukat Ikan (Fish Net)
Pukat Ikan atau Fish Net adalah jenis penangkap ikan berbentuk kantong
bersayap yang dalam operasinya dilengkapi (2 buah) papan pembuka mulut (otter
board), tujuan utamanya untuk menangkap ikan perairan pertengahan (mid
water) dan ikan perairan dasar (demersal), yang dalam
pengoperasiannya ditarik melayang di atas dasar hanya oleh 1 (satu) buah kapal
bermotor.
3. Pukat Kantong (Seine Net)
Pukat Kantong adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat
dari jaring & terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan dan kantong jaring.
Bagian sayap pukat kantong (seine net) lebih panjang dari pada bagian sayap
pukat tarik (trawl). Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis
ikan pelagis, dan demersal. Pukat Kantong terdiri dari Payang, Dogol dan Pukat
Pantai.
4. Pukat Cincin (Purse Seine)
Pukat cincin atau jaring lingkar (purse seine) adalah jenis jaring
penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium, dilengkapi
dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian
bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah
jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung di dalam jaring.
5. ]aring Insang (Gillnet)
Jaring insang adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat
persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran jaring
dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah pemberat
pada tali ris bawah. Ada beberapa gill net
yang mempunyai penguat bawah (srampat/selvedge) terbuat dari saran sebagai
pengganti pemberat. Tinggi jaring insang permukaan 5-15 meter & bentuk gill
net empat persegi panjang atau trapesium terbalik, tinggi jaring insang
pertengahan 5-10 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang serta tinggi
jaring insang dasar 1-3 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang atau
trapesium. Bentuk gill net tergantung dari panjang tali ris atas dan bawah.

Gambar 1. Alat Penangkapan Gill Net
6. Jaring Angkat (Lift Net)
Jaring angkat adalah alat penangkapan ikan berbentuk
lembaran jaring persegi panjang atau bujur sangkar yang direntangkn atau
dibentangkan dengan menggunakn kerangka dari batang kayu atau bambu (bingkai
kantong jaring) sehingga jaring angkat membentuk kantong.
7. Pancing (Hook and Lines)
Pancing adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari
sejumlah utas tali dan sejumlah pancing. Setiap pancing
menggunakan umpan atau tanpa umpan, baik umpan alami ataupun umpan buatan. Alat
penangkapan ikan yang termasuk dalam klasifikasi pancing, yaitu rawai (long
line) dan pancing.

Gambar 2. Hook and Lines
8. Perangkap (Traps)
Perangkap adalah alat penangkapan ikan berbagai bentuk
yang terbuat dari jaring, bambu, kayu dan besi, yangg dipasang secara tetap di
dasar perairan atau secara portable (dapat dipindahkan) selama jangka waktu
tertentu. Umumnya ikan demersal terperangkap atau tertangkap secara alami tanpa
cara penangkapan khusus.
9. Alat Pengumpul Rumput Laut (Sea Weed Colector)
Alat pengumpul rumput laut adalah alat yg digunakan untuk mengambil dan
mengumpulkan rumput laut, terdiri dari pisau, sabit dan alat penggaruk.
Pengumpulannya dilakukan dengan menggunakan tangan dan pisau atau sabit sebagai
alat pemotong dan alat penggaruk sebagai alat pengumpul rumput laut. Hasil
potongan rumput laut dimasukkan ke dalam keranjang.
10. Muroami
Muroami adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari
jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap yg panjang, badan dan kantong
jaring (cod end). Pemasangannya dng cara menenggelamkan muroami yang
dipasang menetap menggunakan jangkar. Pada setiap ujung bagian sayap serta di
sisi atas kedua bagian sayap dan mulut jaring dipasang pelampung bertali panjang.
Untuk menarik jaring ke arah belakang, menggunakan sejumlah perahu/kapal yg
diikatkan pd bagian badan dajn kantong jaring. Muroami dipasang di daerah
perairan karang untuk menangkap ikan-ikan karang.
11. Alat Tangkap Lain-Lain (Others)
Lain-lain adalah alat penangkap ikan lainnya yang belum termasuk dalam
klasifikasi alat penangkap ikan di atas.
D. KONSEP MANAJEMEN KAPAL PENANGKAP IKAN
Manajemen
telah banyak disebut sebagai seni untuk menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain. Definisi ini mengandung arti bahwa manajer mencapai tujuan-tujuan
organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai
pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain dengan tidak melakukan
pekerjaan itu sendiri. Dari definisi tersebut diatas maka dapat diperluas
pengertiannya bahwa manajemen kapal penangkapan ikan itu adalah bagaimana
mengatur kapal penangkap ikan untuk melakukan fungsinya dari berbagai pekerjaan
yang harus dilakukan sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Jadi
manajemen kapal penangkap ikan adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,
pemeliharaan dan pelepasan sumberdaya manusia agar tercapai tujuan yang
diharapkan.
Beberapa
pandangan penting yang harus diperhatikan bila kita menginginkan manajemen
kapal penagkap ikan dapat berlangsung dengan baik harus mempertimbangkan antara
lain :
1. Pendekatan
sumberdaya manusia
Martabat dan kepentingan hidup manusia hendaknya tidak diabaikan agar
kehidupan mereka layak dan sejahtera. Dengan memperhatikan akan kehidupan
mereka layak dan sejahtera maka tidak akan menggangu tugas-tugas bagi setiap
manusia yang terlibat dalam kegiatan operasi penangkapan.
2. Pendekatan
manajerial
Kerja sama antar departemen yang terkait dalam melakukan tugastugas
dalam suatu organisasi sangat diperlukan, dimana satu dengan yang alin saling
memenuhi, melengkapi bahkan saling mengoreksi. Pendegelasian tugas dan tanggung
jawab bagi setiap manajer terhadap bawahannya sangat diperlukan, yang pada
akhirnya diharapkan pengoperasian kapal penangkap ikan dapat mencapai tujuan.
3. Pendekatan
sistem
Secara umum sistem yang dimaksud adalah organisasi yang merupakan
sistem yang lebih besar, oleh karena itu manajemen suatu organisasi harus dievaluasi
dengan kreteria besarnya konstribusi yang dibuat oleh organisasi. Model
manajemen diperlukan suatu sistem yang terbuka dimana masing-masing bagian atau
departemen saling berhubungan. Masing-masing bagian saling mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan eksternal.
4. Pendekatan
proaktif
Manajemen meningkatkan konstribusinya kepada para karyawan, kemudian
manajer dan organisasi melalui antisipasinya terhadap masalah-masalah yang akan
timbul. Bila hal ini tidak dilakukan, maka upaya-upaya reaktif perlu diambil,
dan ini berarti pemecahan masalah-masalah menjadi lebih sulit dan perusahaan
bisa kehilangan berbagai kesempatan
5. Pendekatan
prioritas
Manajemen selalu dan senantiasa diperhadapkan pada suatu persoalan yang
sulit jika muncul beberapa masalah yang bersamaan, inilah saatnya pihak
manajemen harus mengambil keputusan yang bijak dengan memperhatikan tingkat
prioritas penyelesaiannya. Jika hal ini dilakukan dengan bijaksana maka
organisasi dan seluruh sistem akan berjalan dengan lancar.
Menghitung
eksploitasi kapal per trip Besar biaya yang harus dipikul oleh sebuah kapal
yang hendak melakukan operasi penangkapan ikan tergantung dari : Biaya
tetap dan biaya yang tidak tetap artinya biaya tetap itu seperti biaya
penyusutan kapal dan alat tangkap, sedangkan biaya tidak tetap / berubah-ubah
itu seperti jumlah bahan bakar, makanan, dlsb. Untuk itu besarnya biaya
ditentukan seperti jarak tempuh kapal dalam pelayaran menuju fishing ground,
besar mesin penggerak kapal, lama waktu operasi/trip dan biaya-biaya lainnya.
Jika sebuah kapal penangkap ikan dimana biaya total eksploitasi (TC) yang
dikeluarkan sama dengan hasil yang diperoleh (TR) maka kapal tersebut sudah
tidak menguntungkan. Tentu yang menjadi harapan setiap nelayan yang kelaut
keuntungan atau membawa hasil uang.
E. MENENTUKAN DAERAH PENANGKAPAN
Salah
satu persiapan dalam merencanakan operasi penangkapan adalah menentukan daerah
penangkapan. Tujuan dan sasaran ikan yang akan ditangkap juga menjadi satu
pertimbangan alat tangkap yang akan digunakan.
Contoh
dalam penangkapan udang, maka alat penangkapan yang digunakan adalah trawl
udang (shrimp trawl), sebelum melakukan operasi penangkapan (setting dan
hauling jaring), maka menentukan daerah penangkapan menjadi faktor yang sangat
penting, jika salah maka resiko akan menjadi persoalan.
Menentukan
daerah penangkapan udang pertimbangannya bahwa dasar perairan harus rata,
bentuk dasar lumpur atau lumpur berpasir. Jika tidak rata maka kemungkinan alat
tangkap trawl akan mengalami kesulitan bergerak dan bahkan bisa hilang karena
tersangkut perairan yang tidak rata itu.
Jadi
perlu kita mengetahui habitat dan behavour, migrasi serta jumlah ikan yang akan
ditangkap. Monitoring membuat laporan daerah dan hasil tangkapan Setiap
perusahan perikanan mempunyai bentuk dan sistem yang berbeda-beda. Artinya
bahwa laporan hasil tangkap misalnya harus segera dillaporkan sesuai bentuk
laporan yang telah disediakan oleh instansi, dimana satu dengan yang lain mempunyai
bentuk laporan sendiri.
Pada
umumnya isi dari laporan hampir mempunyai kesamaan antara perusahaan perikanan
yang satu dengan yang lainnya. Didalam laporan daerah dan hasil tangkapan ikan
itu antara lain yang penting adalah : Nama kapal, posisi lintang dan bujur
setting dan hauling, jenis dan berat ikan yang tertangkap, cuaca juga perlu
disampaikan, jumlah alat tangkap yang dioperasikan (hook rate).
Monitoring
daerah penangkapan adalah sangat penting dalam upaya untuk meningkatkan hasil
tangkapan. Karena dengan monitoring maka pada setiap musim ikan dapat diprediksikan
perkiraan daerah penangkapan. Oleh sebab itu kegiatan antara monitoring dan
laporan daerah penangkapan itu harus dilakukan dan wajib bagi setiap kapal
penangkap ikan yang melakukan operasi penangkapan.
F. PENGOLAHAN
DATA BIAYA PENGELUARAN DAN HASIL
Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan Metode NetPresent Value (NPV) dan Cost-benefit
Analysis yaitu:
Break Event
Poin (BEP)
BEP adalah titik saat terjadi pemasukan total adalah sama dengan
biaya total (Pujawan, 1995).
Net Present
Value (NPV)
NPV Adalah suatu metode pada dasarnya bertujuan untuk mencari
selisih antara Penerimaan dengan pengeluaran uang pada saat sekarang. Semua penerimaan dan pengeluaran
yang terjadi pada masa lalu dibawa pada kondisi sekarang kemudian dicari
selisihnya dan apabila selisihnya positif berarti penerimaan yang terjadi lebih
besar dari pengeluaran yang telah terjadi (Pujawan, 1995).
NPV = PV pemasukan – PV pengeluaran
= keuntungan
rata-rata pertahun (P/a,i,5) + harga penyusutan kapal (P/F,i,5)
Sum Of The
Years Digits Method (SYD)
Tujuan metode SYD ini adalah untuk mengurangi nilai sebuah barang
dari suatu aset dengan cepat pada awal pembuatan atau pembelian ke nilai barang
beberapa tahun kemudian (Chase dkk, 2001).
Activity
Based Costing (ABC)
Teori ini telah dikembangkan untuk mengatasi permasalahan
penyusutan barang tiap tahunnya. Setiap tahun barang tersebut akan menyusut
harganya dibandingkan dengan waktu pembelian. Dengan teori ini maka dapat
diketahui nilai barang tiap tahun (Gitman, 1991).
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFISIENSI DAN OPTIMALISASI
Penggunaan alat
tangkap, ukuran dan spesies dalam penangkapan ikan Dalam usaha mencapai
keberhasilan dalam penangkapan ikan banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya
antara lain :
1.
Efisiensi dan optimalisasi
penggunaan alat tangkap (jumlah alat tangkap yang di operasikan).
Dengan
berkembangnya alat tangkap ikan yang digunakan oleh nelayan, maka perlu
diadakan suatu pembatasan optimal alat tangkap (Effort). Karena dengan tidak
dapatnya dilakukan pembatasan jumlah alat tangkap maka ada kemungkinan bahwa
potensi ikan pada perairan tertentu akan mengalami penurunan. Artinya jumlah
alat tangkap tidak sebanding dengan potensi lestari pada daerah penangkapan
tersebut, sehingga akan terjadi over fishing.
Pada mulanya memang bahwa sumberdaya perikanan tangkap merupakan sumberdaya yang open access artinya setiap orang dapat melakukan kegiatan penangkapan disuatu wilayah perairan tanpa adanya pembatasan, sehingga terjadi over fishing. Dari dasar open acces inilah kecenderungan terjadinya lebih tangkap, untuk itu perlu di keluarkan suatu peraturan pembatasan alat tangkap yang diijinkan beroperasi
Pada mulanya memang bahwa sumberdaya perikanan tangkap merupakan sumberdaya yang open access artinya setiap orang dapat melakukan kegiatan penangkapan disuatu wilayah perairan tanpa adanya pembatasan, sehingga terjadi over fishing. Dari dasar open acces inilah kecenderungan terjadinya lebih tangkap, untuk itu perlu di keluarkan suatu peraturan pembatasan alat tangkap yang diijinkan beroperasi
2.
Potensi lestari ikan yang di
tangkap (Catch)
Pada
daerah penangkapan mempunyai nilai optimal kegiatan penangkapan di perbolehkan,
dengan maksud agar ikan-ikan tersebut dapat ditangkap sepanjang tahun bahkan
selama-lamanya. Hal ini dapat dinikmati apabila menjalankan peraturan yang
diijinkan alat tangkap dioperasikan dengan jumlah potensi lestari ikan. Dari
kedua faktor itulah maka ada istilah CPUE (catch per unit effort) yang artinya
adalah hasil tangkap per unit upaya (spesies atau alat tangkap) dalam tahun
atau beberapa tahun.
No comments:
Post a Comment