MINYAK DAN
PENCEMARANNYA DI LAUT
please, after reading an article or would leave this page, leave a comment .>.>. . . (^_^)
1 PENDAHULUAN
Kebutuhan energi aktivitas kehidupan manusia masih berlanjut
menggunakan sumber energi hidrokarbon (fosil). Berbagai kegiatan eksplorasi,
eksploitasi, transportasi, penyimpanan, pengolahan dan distribusi minyak mentah
maupun minyak olahan masih sering menghasilkan kejadian kebocoran dan/atau
tumpahan minyak ke lingkungan. Khususnya dalam mata rantai eksploitasi –
distribusi melalui media laut, tumpahan minyak di laut telah berdampak pencemaran
multidimensi bagi makhluk hayati laut itu sendiri, usaha perikanan, usaha
turisme, sampai kepada tingkat kerusakan laut (Edwards and White, 1999).
Minyak mentah dan minyak olahan adalah senyawa kompleks
hidrokarbon yang mempunyai ribuan variasi senyawa. Keragaman senyawa minyak menghasilkan
keragaman kualitas fisik kimia. Komposisi dan karakteristik minyak telah
dideskripsikan secara rinci (Jokuty, et al., 2000). Pengetahuan mengenai
karakteristik minyak, dan karakteristik laut, adalah prasyarat untuk dapat
memprediksi kelakuan tumpahan minyak di laut dan perlakuan pemulihan
pencemaran.
Keragaman karakteristik minyak dan pengalaman kejadian pencemaran
minyak di laut menunjukkan bahwa metodologi pemulihan pencemaran bersifat
site-specific (Xueqing et al., 2001). Ini adalah suatu tantangan dalam upaya
pemulihan pencemaran minyak di laut diperlukan pre-studi setempat untuk
menetapkan teknologi pemulihan yang tepat. Teknologi pemulihan dapat dilakukan
baik secara fisik kimiawi, biologis, maupun kombinasinya. Perbedaan penerapan teknologi pemulihan
memerlukan metode pemantauan dan evaluasi yang sesuai. Kesesuaian antara
pre-studi, penerapan teknologi, dan pemantauan berikut evaluasinya akan
menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien dalam pemulihan pencemaran minyak
di laut.
2 KARAKTERISTIK
MINYAK
Sifat fisik minyak yang mempengaruhi kelakuan minyak di laut dan
pemulihannya, yang penting adalah densitas, viskositas, titik ubah (pour
point), dan kelarutan air.

Gambar 1.1 Pengeboran minyak bumi di laut menyebabkan terjadinya
pencemaran laut (http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah_minyak)
Densitas diekspresikan sebagai specific gravity dan American
Petroleum Institute (API) gravity.
Specific gravity adalah rasio berat massa minyak dan berat massa air pada
temperature tertentu. API gravity
dinyatakan dalam angka 10° pada air murni 10°C.
API gravity dapat dihitung dari specific gravity menggunakan formula: AP Gravity (o) = (141,5/Specific
Gravity 10o C) – 131,5 (Xueqing et al., 2001). Minyak mentah mempunyai specific gravity
dalam rentang 0.79 -1.00 (setara dengan API 10 - 48). Densitas minyak adalah penting untuk
memprediksi kelakuan minyak di air.
Viskositas adalah sifat yang menunjukkan ketahanan dalam perubahan bentuk dan pergerakan. Viskositas rendah berarti mudah
mengalir. Faktor viskositas adalah
komposisi minyak dan temperature.
Viskositas ini adalah penting untuk memprediksi penyebaran minyak di
air.
Titik ubah adalah tingkat temperature yang mengubah minyak menjadi
memadat atau berhenti mengalir. Titik
ubah minyak mentah bervariasi antara –57°C sampai 32°C. Tititkubah ini adalah penting untuk prediksi
kelakuan minyak di air dan penetapan strategi pembersihan dari lingkungan.
Kelarutan minyak dalam air adalah rendah sekitar 30 mg/L (NAS,
1985) dan tergantung kepada komposisi kimia dan temperature. Besaran kelarutan itu dicapai oleh minyak
aromatic dengan berat molekul kecil seperti benzene, toluene, ethylbenzene, dan
xylene (BTEX). Sifat kelarutan ini
adalah penting untuk prediksi kelakuan minyak di air, proses bioremediasi, dan
ekotoksisitas minyak.
Karakteristik kimia minyak adalah berbeda untuk minyak mentah dan
minyak olahan. Senyawa baru dapat muncul dalam minyak olahan, yang dihasilkan
dari proses pengolahan minyak mentah.
Minyak mentah mengandung senyawa hidrokarbon sekitar 50–98 % dan
selebihnya senyawa non-hidrokarbon (sulfur, nitrogen, oxygen, dan beberapa
logam berat) (Leahy and Colwell, 1990).
Selanjutnya minyak diklasifikasikan berdasarkan kelarutan dalam pelarut
organic, yaitu:
1) Hidrokarbon jenuh. Termasuk dalam kelas ini adalah alkana
dengan struktur CnH2n+2 (aliphatics) dan CnH2n (alicyclics), dimana n >
40. Hidrokarbon jenuh ini merupakan
kandungan terbanyak dalam minyak mentah.
2) Hidrokarbon aromatic.
Termasuk dalam kelas ini adalah monocyclic aromatics (BTEX) dan
polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs: naphthalene, anthracene, dan
phenanthrene). PAHs bersifat karsinogen,
atau dapat ditransformasi oleh mikroba menjadi senyawa karsinogen, sehingga
menjadi senyawa penting dalam penjagaan kualitas lingkungan.
3) Resin. Termasuk di sini
adalah senyawa polar berkandungan nitrogen, sulfur, oksigen (pyridines dan
thiophenes), sehingga disebut pula sebagai senyawa NSO.
4) Asphalt. Termasuk di
sini adalah senyawa dengan berat molekul besar dan logam berat nickel, vanadium, dan besi. Tentu saja variasi komposisi minyak mentah
adalah berbeda di berbagai tempat, itulah sebabnya teknologi remediasi bersifat
site-specific.
Minyak olahan seperti gasoline, kerosene, minyak jet, dan
lubricant adalah produk olahan minyak mentah melalui proses catalytic cracking
dan fractional distillation. Sebagai
hasil olahan, minyak olahan mempunyai sifat fisik kimia berbeda dengan minyak
mentah. Minyak olahan mempunyai kandungan
minyak mentah dan senyawa hidrokarbon tak jenuh seperti olefins (alkenes dan
cycloalkenes) dari proses catalytic cracking.
Kandungan olefins adalah cukup besar sampai 30% dalam gasoline dan
sekitar 1% dalam jet fuel (NAS, 1985).
3 Kelakuan
minyak di laut
Saat minyak terekspose ke lingkungan laut, minyak akan segera
berubah sifat-sifat fisik kimia dan biologis.
Proses perubahan sifat fisik meliputi:
1) Perluasaan. Perluasan
ini mungkin merupakan proses terpenting selama awal ekspose minyak dalam air,
sepanjang titik ubah minyak adalah lebih rendah dibanding temperature
sekitar. Proses ini akan memperluas
sebaran minyak sehingga meningkatkan perpindahan massa melalui proses
evaporasi, pelarutan dan biodegradasi.
2) Evaporasi. Proses ini dapat diandalkan untuk menghilangkan
fraksi minyak dengan kandungan toksik dan berat molekul rendah. Evaporasi alkana (< C15) dan aromatic
berlangsung antara 1 – 10 hari (Xueqing
et al., 2001). Faktor lingkungan
yang mempengaruh evaporasi adalah angin, gelombang air dan temperature.
Evaporasi menyebabkan minyak tertinggal dalam air mengalami peningkatan
densitas dan viskositas.
3) Pelarutan. Proses ini
tidak signifikan dari sudut perpindahan massa tetapi penting dalam proses
biodegradasi. Aromatik dengan berat
molekul kecil dan bersifat paling toksik adalah paling larut air dibanding
senyawa minyak lainnya (NAS, 1985). Kecepatan pelarutan dipengaruhi oleh proses
foto-oksidasi dan proses biologis.
4) Foto-oksidasi. Dalam
kondisi aerobic dan terpapar sinar matahari, minyak aromatic dapat
ditransformasi menjadi senyawa lebih sederhana.
Senyawa lebih sederhana ini (hydroperoxides, aldehydes, ketones,
phenols, dan carboxylic acids) bersifat
lebih larut air sehingga meningkatkan laju biodegradasi tetapi lebih toksik
(Nicodem et al. 1997).
5) Dispersi. Penyebaran ini terjadi karena proses gradient
konsentrasi dengan membentu formasi emulsi minyak-air (butiran minyak dalam
kolom air) sehingga memperluas permukaan butir minyak. Emulsi minyak-air dapat terjaga dengan
agitasi (angin dan gelombang adalah contoh agitasi alamiah), atau dengan
penambahan dispersan.
6) Emulsifikasi.
Emulsifikasi adalah proses perubahan status dari butiran minyak dalam
air menjadi butiran air dalam minyak (disebut juga chocolate mousse). Bahan asphaltic dapat meningkatkan
emulsifikasi. Tetapi emulsifikasi akan
mempersulit pembersihan minyak.
7) Lain-lain. Termasuk di
sini adalah proses adsorpsi minyak pada zat padat air, sedimentasi dan formasi
butir tar.
Berbeda dengan proses fisik kimia sebagai perpindahan massa antar
media lingkungan, proses biodegradasi adalah proses perpindahan massa dari
media lingkungan ke dalam massa mikroba (menjadi bentuk terikat dalam massa
mikroba) sehingga minyak hilang dari air.
Hasil proses biodegradasi adalah umumnya karbondioksida dan metana yang
kurang berbahaya dibanding minyak pada besaran konsentrasi yang sama. Mikroba
yang mampu menguraikan minyak adalah tersedia di alam laut yaitu sekitar 200
spesies bacteria, ragi dan fungi. Bacteria terpenting adalah Achromobacter,
Acinetobacter, Alcaligenes, Arthrobacter, Bacillus, Brevibacterium,
Cornybacterium, Flavobacterium, Nocardia, Pseudomonas, Vibrio; ragi dan fungsi
adalah Aspergillus, Candida, Cladosporium,
Penicillium, Rhodotorula, Sporobolomyces, Trichoderma (Leahy and Colwell,
1990). Penting dipahami bahwa mikroba
pengurai minyak adalah tidak bekerja
secara individu spesies tetapi konsorsium multi spesies.
Berdasarkan kemampuan proses biodegradasi, potensi senyawa minyak yang dapat diuraikan oleh
mikroba adalah sebagai berikut:
1) Hidrokarbon jenuh. Umumnya n-alkanes siap untuk diuraikan
mikroba menjadi alcohol, aldehydes, atau fatty acid. Branched alkanes dan
Cycloalkanes adalah sulit diuraikan mikroba (Atlas, 1995).
2) Aromatik. Umumnya aromatic sulit terurai biologis tetapi aromatic dengan berat molekul rendah
(naphthalene) dapat terurai biologis (Prince, 1993).
3) Resin dan asphalt. Senyawa ini mempunyai sturktur kompleks dan
sulit diuraikan secara biologis, tetapi dalam konsentrasi rendah dapat terurai
biologis secara cometabolisme (Leahy and Colwell, 1990).
Tumpahan minyak tersebut tentu berdampak pada banyak hal,
diantaranya, terhadap kondisi lingkungan laut, biota laut, dan tentu saja
berdampak pada ekonomi nelayan Indonesia yang setiap harinya beraktivitas di
daerah tersebut. Secara umum dampak langsung yang terjadi adalah sebanyak 400
barel atau 63,6 ribu liter minyak mentah mengalir ke Laut Timor per hari,
permukaan laut tertutup 0,0001 mm minyak mentah, minyak mentah masuk ke Zona
Eksklusif Ekonomi (ZEE) Indonesia pada 28 Oktober 2009, serta gas hidrokarbon
terlepas ke atmosfer. ( http://furkonable.wordpress.com/2010/04/01/analisis-pencemaran-laut-akibat-tumpahan-minyak-di-laut/)
-
Pengaruh terhadap lingkungan
laut.
Beberapa efek tumpahan minyak di laut dapat di lihat dengan jelas seperti
pada pantai menjadi tidak indah lagi untuk dipandang, kematian burung laut,
ikan, dan kerang-kerangan, atau meskipun beberapa dari organisme tersebut
selamat akan tetapi menjadi berbahaya untuk dimakan. Efek periode panjang (sublethal)
misalnya perubahan karakteristik populasi spesies laut atau struktur ekologi
komunitas laut, hal ini tentu dapat berpengaruh terhadap masyarakat pesisir
yang lebih banyak menggantungkan hidupnya di sector perikanan dan budi daya,
sehingga tumpahan minyak akan berdampak buruk terhadap upaya perbaikan
kesejahteraan nelayan. (http:// furkonable. wordpress.com/ 2010/04/01 /analisis-
pencemaran-laut- akibat- tumpahan-minyak-di-laut/)
Efek
Akibat yang ditimbulkan dari
terjadinya pencemaran minyak bumi di laut adalah:
- Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu berwarna gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan hewan. Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan hanyut dan terdampar di pantai.
- Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal dimana pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya.
- Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk dari proses biodegradasi. Jika jumlah pitoplankton menurun, maka populasi ikan, udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia karena memiliki nilai ekonomi dan kandungan protein yang tinggi.
- Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick (lapisan minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung laut. Hal ini dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi, sehingga burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati.
Tabel 1. Indeks Kepekaan Tipe Pantai
terhadap tumpahan minyak (Gunland dan Hayes, 1978 dalam Bishop, 1983)(
http://furkonable. wordpress.com/2010/04/01/ analisis- pencemaran -laut-akibat
–tumpahan –minyak –di -laut/)

Table 2. Efek Minyak
pada Komunitas dan Populasi Laut ( Hyland dan Sceneider, 1976 dalam Bishop,
1983) ( http:// furkonable. wordpress. com/ 2010 / 04/01/ analisis –pencemaran -
laut-akibat-tumpahan- minyak-di-laut/)
No
|
Tipe
Komunitas/Populasi
|
Perkiraan dampak
awal
|
Perkiraan tingkat
pemulihan
|
1
|
Plankton
|
Ringan-sedang
|
Cepat-sedang
|
2
|
Komunitas bentik :
- Pasut berbatuan
- Pasut Berlumpur/berpasir
- Daerah subtidal/offfshore
|
Ringan
Sedang
Berat
|
Cepat
Sedang
Lamba
|
3
|
Ikan
|
Ringan-sedang
|
Cepat-sedang
|
4
|
Burung
|
Berat
|
Lambat
|
5
|
Mamalia laut
|
Ringan
|
Lambat
|
10.
The Odyssey
Peristiwa ini terjadi pada bulan November 1988. Tanker minyak milik perusahaan Amerika serikat, Odyssey menumpahkan sebanyak 132.000 ton minyak ke lautan Nova Scotia yang berjarak 700 mil dari daratan Nova scotia.

9.
The Haven
Peristiwa
yang sempat menewaskan 6 kru kapal ini terjadi pada bulan April 1991. kapal The
Haven terbakar karena minyak yang dimuat tumpah ke lautan Italia. Sebanyak
145.000 ton minyak tumpah ke lautan dan 70% diantaranya terbakar di lautan
lepas. Kapal The Haven sendiri akhirnya tenggelam dan dapat ditemukan kembali
pada kedalaman 1640 kaki

8.
The Amoco Cadiz
badai
besar yang menerjang kawasan lautan Brittany Prancis membuat kapal Cadiz
tergoncang dan kemudian membuat muatan minyaknya tumpah ke lautan. Peristiwa
yang terjadi pada tahun 1978 ini membuat 1.604.500 barel minyak mencemari
lautan.

7.
Castillo de Bellver
Pada
bulan Agustus tahun 1983. Kapal Castillo de Belver meledak dan membuat kapal
pecah menjadi dua, peristiwa ni menyebabkan minyak tumpah ke lautan. sebanyak
252.000 ton minyak mencemari lautan Cape town yang berjarak 24 mil dari lepas
pantai.

6.
ABT Summer
ABT
Summer tanker, yang sedang berlayar dari Iran ke Rotterdam, menumpahkan minyak
ke lautan yang akhirnya terbakar di lautan angola, sekitar 700 mil dari lepas
pantai. Total ada 260.000 ton minyak yang tumpah dan menewaskan sekitar 32 kru
kapal.

5.
Nowruz oil field
Selama
perang teluk yang pertama, banyak kejadian tabrakan kapal selama perang,
Tabarakan kapal terparah terjadi pada tanggal 10 Februari 1983 dimana hal
sekitar 1500 barrel minyak tumpah ke lautan setiap harinya.

4.
Fergana Valley
The
Fergana Valley, salah satu daerah industri pertanian dan peternakan terpadat di
daerah asia tengah dikotori oleh minyak tumpah yang berasal dari salah satu
kilang minyak di daerah tersebut. Peristiwa yang terjadi pada tahun 1992 itu
menyebabkan ladang dan pusat industri tercemar oleh 285.000 ton minyak.

3.
Atlantic Empress/Aegean Captain
Pada
bulan Juli 1979, sebuah kapal tanker minyak Yunani Atlantic Empress bertabrakan
dengan kapal lain Laut Karibia. Bencana ini menewaskan 26 anggota kru dan
menyebabkan pencemaran lingkungan oleh 287,000 ton minyak.

2.
Ixtoc I oil well
Pada
bulan Juni 1979 Minyak Ixtoc I meledak di Teluk Meksiko . Platform pengeboran
minyak itu kemudian terbakar dan runtuh, merobek katup tabung minyak dan
membuat sulit bagi personil penyelamat untuk mengendalikan kerusakan. minyak
tumpah sebanyak 454.000 ton mencemari lautan. tumpahan berlanjut sampai Maret
1980.

1.
Gulf War oil spill
Tumpahan
minyak terburuk dalam sejarah, tumpahan minyak selama Perang Teluk memuntahkan
8 juta barel ke Teluk Persia setelah pasukan Irak membuka katup sumur minyak
dan jalur pipa saat mereka mundur dari Kuwait pada tahun 1991. Ketebalan minyak
yang mencemari lautan bisa mencapai 5 inchi sebanyak 1.360.000 sampai 1.500.000
ton minyak.

(sumber: http://serba-sepuluh. blogspot.com/2010/08/10-kecelakaan-minyak-tumpah-terparah-di.html)
No comments:
Post a Comment