STRUKTUR
SEDIMEN
Struktur Sedimen
Proses
sedimentasi meninggalkan tanda pada batuan sedimen. Tanda ini akan terekam
dalam beberapa karakteristik seperti tekstur, struktur, kandungan fosil dan
komposisi mineral. Dari beberapa karakteristik tersebut yang terpenting adalah
tekstur dan struktur. Struktur sedimen dihasilkan oleh beberapa macam proses
sedimentasi termasuk di dalamnya adalah aliran fluida, aliran gravitasi
sedimen, deformasi sedimen lunak dan aktivitas biogenik. Struktur sedimen
digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa macam masalah geologi, karena
struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga struktur ini
merupakan kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan
pengendapan.
Beberapa
aspek lingkungan sedimentasi purba yang dapat dievaluasi dari data struktur
sedimen di antaranya adalah mekanisme transportasi sedimen, arah aliran arus
purba, kedalaman air relatif, dan kecepatan arus relatif. Selain itu beberapa
struktur sedimen dapat juga digunakan untuk menentukan atas dan bawah suatu lapisan.
Beberapa tipe struktur sedimen dapat diukur untuk memberikan informasi tentang
asal mula, pengendapan, dan sejarah sedimen. Sebagai contoh perlapisan
silang-siur. Struktur ini merupakan struktur sedimen primer yang dapat
dipergunakan sebagai petunjuk arah arus purba atau menentukan arah transportasi
sedimen.
Struktur
sedimen merupakan suatu fitur berskala besar atau megaskopik dalam sediman atau
batuan sedimen. Contohnya pelapisan, riak, gumuk pasir, lapisan silang, rekahan
lumpur dan sebagainya. Struktur sedimen biasanya dikaji di lapangan bukan
dimakmal seperti kajian tekstur sedimen, litologi dan fosil. Jika dilihat pada
skala yang lebih besar, beting pasir dalam sungai dan pulau penghalang juga
merupakan fitur yang terbentuk akibat pengendapan dalam sekitaran sedimen. Tetapi
yang terlalu besar ini tidak dianggap sebagai struktur sedimen.
Struktur
sedimen tidak boleh dikitar semula dan dibawa ketempat lain sebagaimana yang
boleh dilakukan oleh butiran sedimen. Jadi sangat penting untuk menentukan
proses yang berlaku di sekitar lingkungan pengendapan sedimen atau batuan
sedimen. Struktur sedimen membanyangkan proses pengendapan sedimen, dan
penafsiran tentang asal mula struktur sedimen adalah berdasarkan kajian taranya
yang modern ujikaji dimakmal dan uji fisik.
Kegunaan struktur sedimen :
- Menentukan Proses pengendapan yang berlaku
- Menentukan lingkungan pengendapan sedimen dan batuan sedimen terendap
- Menentukan arah aliran arus atau punca sedimen
- Menentuka kedudukan lapisan atas atau bawah suatu lapisan batuan sedimen, terutam yang tercangga.
Perlapisan
Bentuk sedimen atau batuan sedimen
mempunyai bagian dasar dan permukaan atas yang rata atau planar, dan secara
mendatarnya tersebar dengan meluas. Bentuk sedimen disebut sebagai perlapisan.
Bentuk sedimen atau perlapisan boleh berbeda dengan lapisan lain diatas dan
dibawahnya. Lapisan boleh di sebut sebagai ‘unit pengendapan’ yang diartikan
sebagai ketebalan sedimen yang terlihat telal diendapkan dalan keadaan fisika
yang tetap. Contohnya lapisan silang tunggal. Perbedaan lapisan disebabkan oleh
: perbedaan komposisi, warna, ukuran (size), bentuk bitiran, susunan butir, dan
orientasi butiran.

Gambar 1. Sharp bedding boundary between ss and sh. Borden Fm, Kentucky
Perlapiasan dibagi menjadi yang
lebih sempit yang tergantung pada ketebalan lapisannnya. Lapisan yang
ketabalannya kurang dari 1 cm disebut lapisan laminasi dan untuk lapisan yang
ketebalannya melebihi 100 cm disebut lapiasan massif. Dua atau lebih lapisan
bisa di kelompokkan dalam satu kelompok dan disebut sebagai koset (cosets atau
bedsets), yang mana terdiri dari lapisan yang simple atau komposit.
Lapisan
bisa berbentuk paralel atau nonparalel antara yang satu dengan yang lainnya,
dan boleh ada yang berbentuk rata (planar), bergelombang (wavy), dan melengkung
(curved). Sempadan antara lapisan boleh
sangat jelas atau tajam, yaitu perubahan secara mendadak antara dua lapisan,
atau boleh juga suatu lapisan berubah
kepada lapisan lain diatasnya secara berangsur-angsur. Untuk perubahan secara
berangsur-angsur kadang-kadang sangat sulit dalam menentukan sempadan lapisan
yang tepat.
Karakteristik Struktur Sedimen
Menurut
Selly (1969) Struktur sedimen dapat dibagi beberapa kelas berdasarkan proses pembentukannya
:
- Struktur pra-pengendapan
Struktur sebelum endapan boleh
ditemui di atas lapisan, sebelum lapisan atau endapan yang muda atau baru di
endapkan. Ia adalah struktur hasil hakisan seperti terusan (channel), scour marks, flutes, grooves, tool marking dan sebagainya. Struktur
ini sangat penting kerena ia juga boleh memberikan arah aliran arus. Struktur
ini berkaitan dengan struktur yang dibawahnya, dan ditemui diatas permukaan
antar lapisan. Sebagian besar struktur ini terdiri dari ciri hakisan seperti
alur, keruk dan isi.

Gambar
2. Sole marks. Miocene ss, El Tajin,
Mexico
- Struktur selama pengendapan
Ini merupakan struktur yang terdapat
didalam lapisan dan terbentuk sesama sedimen yang terendap. Struktur
yang terbentuk semasa proses endapan sedang berlaku termasuklah lapisan
mendatar (flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang
mikro (micro-crosslamination), iaitu
kesan riak. Contohnya lapisan massif, lapisan berged, dan lapisan silang.

Gambar
4. More sutle hummocky
cross-stratification. Powder River Basin, Wyoming
- Struktur setelah pengendapan
Struktur ini
terbentuk selepas sedimen terendap. Ini termasuklah struktur beban,
'pseudonodules' dimana sebahagian lapisan pasir jatuh dan masuk kedalam lapisan
lumpur di bawahnya, laminasi konvolut (convolute lamination) dan sebagainya.
Struktur nendatan, hasil dari pergerakan mendatar sedimen yang membentuk
lipatan juga termasuk dalam struktur selepas endapan. Nendatan boleh berlaku di
tebing sungai, delta dan juga laut dalan dan ianya sangat berguna untuk
menentukan arah cerun kuno.

Gambar 5. Deformed
cross-bedding
- Struktur “pelbagai”
Selain
ketiga kumpulan di atas, terdapat satu kelompok atau kategori yang dinamakan
“pelbagai”, yaitu untuk struktur sedimen yang tidak dapat dimasukkan ke dalam
kelompok di atas. Antaranya ialah bekas tetesan hujan dan rekahan lumpur.
Sam Boggs (1995) mengklasifikasikan struktur
sedimen dengan menghubungkan struktur stratifikasi dan bentuk dasar. Struktur
stratifikasi dibagi menjadi 4 :
- Bedding dan lamination
- Bedforms
- Cross lamination
- Irregular stratification
Struktur sedimen dibagi 4 berdasarkan proses
terjadinya, yaitu :
- Strutur yang terjadi karena proses sedimentasi
- Struktur yang terjadi karena adanya deformasi
- Struktur yang terjadi karena erosi
- Struktur yang terbentuk dari aktivitas biogenic
Pada
umumnya struktur sedimen yang ditemukan pada endapan turbidit adalah struktur
sedimen yang terbentuk karena proses sedimentasi, terutama yang terjadi karena
proses pengendapan suspensi dan arus. Bouma (1962) memberikan urutan ideal
endapan turbidit yang dikenal dengan Bouma Sequence, dari interval a-e.
Urut-urutan endapan turbidit yang umumnya berupa perselingan antara batupasir
dan batulempung merupakan suatu satuan yang berirama (ritmis), dimana setiap
satuan merupakan hasil episode tunggal dari suatu arus turbid. Bouma Sequence
yang lengkap dibagi 5 interval, peralihan antara satu interval ke interval
berikutnya dapat secara tajam, berangsur, atau semu yaitu sebagai berikut :
1. Gradded
Interval (Ta)
Merupakan perlapisan bersusun dan bagian
terbawah dari urut-urutan ini, bertekstur pasir kadang-kadang sampai
kerikilatau kerakal. Struktur perlapisan ini menjadi tidak jelas atau hilang
sama sekali apabila batupasir penyusun ini terpilah baik. Tanda-tanda struktur
lainnya tidak tampak.
2. Lower
Interval of Parallel Lamination (Tb)
Merupakan perselingan antara batupasir
dengan serpih atau batulempung, kontak dengan interval dibawahnya umumnya
secara berangsur.
3. Interval
of Current Ripple Lamination (Tc)
Merupakan struktur perlapisan
bergelombang dan konvolut. Ketebalannya berkisar antara 5-20 cm, mempunyai
besar butir yang lebih halus daripada kedua interval dibawahnya. (Interval Tb).
4. Upper
Interval of Parallel Lamination (Td)
Merupakan lapisan sejajar, besar butir
berkisar dari pasir sangat halus sampai lempung lanauan. Interval paralel
laminasi bagian atas, tersusun perselingan antarabatupasir halus dan lempung,
kadang-kadang lempung pasirannya berkurang ke arah atas. Bidang sentuh sangat
jelas.
5. Pelitic
Interval (Te)
Merupakan susunan batuan bersifat
lempungan dan tidak menunjukan struktur yang jelas ke arah tegak, material
pasiran berkurang, ukuran besar butir makin halus, cangkang foraminifera makin
sering ditemukan. Bidang sentuh dengan interval di bawahnya berangsur. Diatas
lapisan ini sering ditemukan lapisan yang bersifat lempung napalan atau yang
disebut lempung pelagic
Urut-urutan
ideal seperti yang terdapat diatas mungkin tidak selalu didapatkan dalam
lapisan, dan umumnya dapat merupakan urut-urutan internal sebagai berikut :
- Base cut out sequence.
Urutan
interval ini merupakan urutan turbidit yang lebih utuh, sedangkan bagian
bawahnya hilang. Bagian yang hilang bisa Ta, Ta-b, Ta-c dan Ta-d.
- Truncated sequence
Urutan
interval yang hilang dari sekuen yang hilang adalah bagian atas, yaitu : Tb-e,
Tc-e, Td-e, Te. Hal ini disebabkan adanya erosi oleh arus turbid yang kedua.
- Truncated base cut out sequence
Urutan
ini merupakan kombinasi dari kedua kelompok base cut out sequence dan truncated
sequence yaitu bagian atas dan bagian bawah bisa saja hilang.
Menurut
Krumbein & Sloss (1983), berbagai sifat fisik sedimen dipelajari sesuai
dengan tujuan dan kegunaannya. Diantaranya ialah tekstur sedimen yang meliputi ukuran butir
(grain size), bentuk butir ( partikel shape), dan hubungan antar butir
(fabrik), struktur sedimen, komposisi mineral, serta kandungan biota. Dari
berbagai sifat fisik diatas ukuran butir menjadi sangat penting karena umumnya
menjadi dasar dalam penamaan sedimen yang bersangkutan dan membantu dalam analisa
proses pengendapan karena ukuran butir berhubungan erat dengan dinamika
transfortasi dan deposisi. Berkaitan dengan sedimentasi mekanik ukuran butir
akan mencerminkan resistensi butiran sedimen terhadap proses pelapukan
erosi/abrasi serta mencerminkan kemampuan dalam menentukan transfortasi dan
deposisi. Dengan melihat cara transfor sedimen dapat dilihat melalui :
1. Transfor
Sedimen pada Pantai
Pettijohn (1975), Selley (1988) dan Richard
(1992) menyatakan bahwa cara transfortasi sedimen dalam aliran air dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu :
- Sedimen merayap (bed load) yaitu material yang terangkut secara menggeser atau menggelinding di dasar aliran.
- Sedimen loncat (saltation load) yaitu material yang meloncat-loncat bertumpu pada dasar aliran.
- Sedimen layang (suspended load) yaitu material yang terbawa arus dengan cara melayang-layang dalam air.
2. Transfor
Sedimen Sepanjang Pantai
Transfor sedimen sepanjang pantai merupakan
gerakan sedimen di daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang
dibangkitkannya (Komar, 1983). Menurut Triatmojo (1999) transfor sedimen
sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama, yaitu transfor sedimen dalam
bentuk mata gergaji di garis pantai dan transfor sedimen sepanjang pantai di
surf zone. Transfor sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar
perairan seperti pendangkalan muara sungai erosi pantai perubahan garis pantai
dan sebagainya (Yuwono, 1994). Fenomena ini biasanya merupakan permasalahan
terutama pada daerah pelabuhan sehingga prediksinya sangat diperlukan dalam
perencanaan ataupun penentuan metode penanggulangan. Menurut Triatmojo (1999)
beberapa cara yang biasanya digunakan antara lain :
- Melakukan pengukuran debit sedimen pada setiap titik yang ditinjau, sehingga secra berantai akan dapat diketahui transfor sedimen yang terjadi.
- Menggunakan peta/ foto udara atau pengukuran yang menunjukan perubahan elevasi dasar perairan dalam suatu periode tertentu. Cara ini akan memberikan hasil yang baik jika di daerah pengukuran terdapat bangunan yang mampu menangkap sedimen seperti training jetty, groin, dan sebagainya.
- Rumus empiris yang didasarkan pada kondisi gelombang dan sedimen pada daerah yang di tinjau.
3. Sedimentasi di Muara Sungai
Muara sungai dapat dibedakan dalam tiga
kelompok yang tergantung pada faktor domonan yang mempengaruhi, yaitu
didominasi oleh faktor gelombang, debit sungai dan pasang surut. Pada
kenyataannya ketiga faktor tersebut akan bekerja secara simultan, walaupun
salah satunya akan terlihat lebih dominan pada daerah muara dimana gelombang lebih
dominan biasanya akan mengakibatkan tertutupnya muara sungai akibat transfor
sedimen sepanjang pantai yang dibawanya masuk ke alur sungai dan menyebabkan
pendangkan di daerah muara aakibat dari pengendapan sedimen.
No comments:
Post a Comment