Sunday, December 25, 2011

COASTAL MORPHOLOGY : BEACH, DELTA, DAN MARSH

 please, after reading an article or would leave this page, leave a comment .>.>. . . (^_^)
A. Beach
A.1 Definisi Daerah Pantai
Pantai merupakan hasil kerja interaksi antara kekuatan hidrodinamika dan tanggapan morfodinamika. Pengertian yang sama mengenai definisi daerah pantai dirasa penting untuk mendapatkan kesamaan pandangan dan arti. Untuk itu, pada bulan Agustus 1992 telah disepakati beberapa definisi yang berkaitan dengan daerah pantai.
  • Pantai adalah daerah di tepi perairan (laut atau danau) sebatas antara surut
  • terendah dengan pasang tertinggi.
  • Daerah Pantai adalah suatu pesisir beserta perairannya di mana pada daerah tersebut masih terpengaruh baik oleh aktivitas darat maupun marine.
  • Pesisir adalah daerah tepi laut yang masih terpengaruh oleh aktivitas ma-rine.
  • Perairan Pantai adalah daerah perairan yang masih terpengaruh oleh akti-vitas daratan.
  • Sempadan Pantai adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi pengamanan dan pelestarian pantai
A.2 Pantai
Daerah pinggir laut atau wilayah darat yang berbatasan langsung dengan bagian laut disebut sebagai pantai. Pantai juga bisa didefinisikan sebagai wilayah pertemuan antara daratan dengan lautan. Berdasar kemiringan pantai kita kenal adanya :
  • Pantai landai
  • Pantai curam dengan tingkat kemiringan > 600
Pantai landai dapat dikelompokkan menjadi :
  • Kelompok tingkat kemiringan antara 00 - 300
  • Kelompok tingkat kemiringan antara 300 - 450
  • Kelompok tingkat kemiringan antara 450– 600
Gambar 1 perubahan tipe profil beach pada terjadi badai. Angin topan Luis pada tahun 1995 (Cambers, 1998), terhitung bahwa rata-rata adalah 28 % di 7 pulau karibia, meskipun sedikit terrecover setelah topan
A.3 Lingkungan Laut
Laut adalah bagian bumi kita yang tertutup oleh air asin. Laut lepas dan luas yang dibatasi oleh benua-benua dikenal sebagai samudra. Bentuk dasar laut yang majemuk tersebut beserta lingkungan air di atasnya memberikan kemungki-nan munculnya keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan sebaran yang luas ba-ik secara mendatar maupun secara menegak. Sekarang banyak ilmuan kelautan mengetahui bahwa di setiap lapisan laut sampai ke dasar laut yang sangat jeluk atau dasar abisal pun selalu terdapat kemungkinan adanya kehidupan
Gambar 2 Klasifikasi Tipologi atau Pantai Menurut Shepard (1958, dalam King, 1972)
A.4 Jenis Pantai
A.4.1 Pantai Berlumpur
Pantai berlumpur tidak dapat berkembang dengan hadirnya gerakan gelo-mbang. Karena itu, pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah intertidal yang benar-benar terlindung dari aktivitas gelombang laut terbuka.
A.4.2 Pantai Berbatu
Pantai berbatu yang tersusun dari bahan yang keras merupakan daerah yang paling padat makroorganismenya dan mempunyai keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan. Gambaran pada pantai berbatu adalah menonjolnya pembagian horizontal atau zonasi organisme
A.4.3 Pantai Berpasir
Selama kondisi gelombang biasa, pantai dalam keadaan keseimbangan dinamis. Berikut faktor-faktor yang menentukan kondisi lingkungan pantai berpasir :
1.) Gerakan ombak dan pengaruh yang meyertainya pada ukuran partikel.Ukuran partikel pasir di pantai merupakan fungsi dari gerakan ombak di pantai itu. Jika gerakan kecil, ukuran partikel kecil pula, tetapi jika gerakan ombak besar dan kuat, partikel-partikel akan menjadi kasar dan membentuk deposit kerikil. Kepentingan ukuran partikel bagi penyebaran organisme dan kelimpahannya terletak pada pengaruhnya terhadap retensi air dan kesesuaiannya untuk digali. Butiran pasir yang halus, melalui gaya kapilernya, cenderung untuk menam-pung lebih banyak air di atas tingkat pasang-surut. Pasir yang kasar dan keri-kil, berlaku sebaliknya, cepat mengalirkan air ketika surut. Gerakan ombak merupakan faktor lingkungan yang dominan beraksi di pantai pasir, memben-tuk kondisi khusus sehingga banyak organisme sukar atau tidak dapat tinggal di daerah itu
2.) Pergerakan substrat. Partikel-partikel pasir atau kerikil tidak cukup besar untuk tetap stabil jika ada ombak. Akibatnya, setiap ombak memukul, pertikel-par-tikel substrat akan terangkut, teraduk dan terdeposisit kembali. Oleh karena itu, partikel-partikel bergerak dan dipisah-pisahkan secara teratur. Alasan mengapa pantai berpasir halus hanya terjadi jika gerakan ombak kecil, dan berkerikil jika ombak besar adalah karena pada waktu ombak besar, partikel-partikel yang lebih kecil melayang cukup lama hingga mereka terbawa jauh keluar dari pantai. Kebanyakan pantai-pantai menunjukkan suatu gradasi uku-ran partikrl dari yang berukuran halus di dekat titik pasang-turun ke yang ber-ukuran besar pada titik pasang-naik. Perubahan profil ini umumnya musiman dan terjadi di banyak pantai zona beriklim sedang, di mana kemiringan pasir halus yang landai muncul selama musim panas dan digantikan oleh pasir kasar yang kemiringannya curam selama badai musim dingin (Nybakken, 1988).
Pantai pasir biasanya mempunyai profil lebih seragam dan rata sehingga keragaman topografiknya lebih kurang dibandingkan denagn pantai berbatu. Akibatnya, faktor lingkungan seperti suhu, kekeringan, gerakan ombak dan isolasi beraksi secara seragam pada tiap tingkat (ketinggian) pasang-surut pantai (Nybakken, 1988).
3). Kandungan oksigen. Oksigen tidak pernah menjadi faktor pembatas dalam air yang membasahi pantai, karena turbulensi ombak menjamin kejenuhan yang konstan. Kandungan oksigen dapat menjadi pembatas didalam substrat itu sendiri (Nybakken, 1988).
Table 1 Matrik Penentuan Tipe Pantai Berdasarkan Klasifikasi dari Shepard (1958, dalam King, 1972)
Sumber : Shepard (1958) dengan modifikasi
A.5 Pantai dan Pesisir
Daerah pinggir laut atau wilayah darat yang berbatasan langsung dengan bagian laut disebut sebagai pantai. Pantai juga bisa didefinisikan sebagai wilayah pertemuan antara daratan dengan lautan. Lebih lanjut pengertian pesisir bisa dija-barkan dari 2 segi yang berlawanan :
- Dari segi daratan
Pesisir adalah wilayah daratan sampai wilayah laut yang masih dipengaruhi sifat-sifat darat.
- Dari segi laut
Pesisir adalah wilayah daratan sampai wilayah laut yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut. Dalam literature barat sering dikenal 2 istilah, yaitu coast dan shore yang biasa diterjemahkan kedalam bahasa indonesia sebagai pantai. Sebenarnya antara dua kosakata tersebut terdapat perbedaan pengertian sebagai berikut :
  • Coast : Wilayah pantai yang kering atau disebut sebagai pesisir
  • Shore : Wilayah pantai yang basah termasuk daerah pasang surut.
Dikenal ada beberapa tipe pantai, antara lain :
  • Pantai pasir
  • Pantai pasir Lumpur
  • Pantai pasir karang
  • Pantai karang
Pantai berbatu elombang, sejumlah besar pasir bergerak pada profil pantai, tetapi angkutan netto pada suatu lokasi yang ditinjau sangat kecil. Saat terjadi badai, terlihat perubahan profil pantai. Dengan membandingkan profil pantai seb-elum dan sesudah badai, dapat diketahui volume sedimen yang tererosi dan mun-durnya garis pantai
A.6 Batas–batas Pantai
Daerah peralihan antara daratan dan lautan sering ditandai dengan adanya perubahan kedalaman yang berangsur-angsur. Disini dapat dikenal dan dibedakan adanya tiga buah daerah.
1. Continental Shelf
Suatu daerah yang mempunyai lereng yang landai (kemiringan kira-kira sebe-sar 0,4 %) dan berbatasan langsung dengan daerah daratan.
2. Continental Slope
Suatu daerah yang mempunyai lereng yang lebih terjal dari continental shelf, dimana kemiringannya bervariasi antara 3%-6%.
3. Continental Rise
Daerah ini merupakan daerah yang mempunyai lereng yang kemudian perla-han-lahan menjadi datar pada dasar lautan
A.7 Proses Erosi Pantai
Pantai adalah gambaran nyata interaksi dinamis antara air, angin, dan ma-terial (tanah). Angin dan air yang bergerak membawa material dari tempat satu ke tempat lain, mengikis tanah dan kemudian mengendapkannya di suatu tempat secara kontinyu sehingga terjadi perubahan garis pantai. Energi yang diperoleh untuk gerak air dan angina sebagian berasal dari pemanasan sinar matahari dan sebagian lagi berasal dari gaya-gaya gravitasi matahari, bulan dan bumi. Angin atau udara yang berpindah terjadi akibat adanya perubahan tekanan udara (Pratikto, 1997).
Rentang (range) pasang surut dan kekuatan arus pasang surut ditentukan oleh kombinasi efek gravitasi matahari, bulan dan bumi. Misalnya, ‘spring tide’ yang terjadi ketika kombinasi matahari dan bulan hampir segaris, akan meng-hasilkan efek pasang tertinggi dan surut terendah. Gelombang terjadi karena hem-busan angin di permukaan air. Daerah di mana gelombang dibentuk disebut dae-rah pembangkitan gelombang (wave generating area). Ketika gelombang menja-lar, partikel air bergerak dalam suatu lingkaran vertikal kecil dan tetap pada po-sisinya selagi bentuk dan energi gelombang berjalan maju. Pada saat gelombang mendekati pantai, gelombang mulai bergesekan dengan dasar laut dan menyebab-kan pecahnya gelombang di tepi pantai. Hal ini menyebabkan terjadinya turbulen-si yang kemudian membawa material dari dasar pantai atau menyebabkan terki-kisnya bukit-bukit pasir (dunes) di pantai
Jenis-jenis atau tipe pantai berpengaruh pada kemudahan terjadinya erosi pantai. Berikut adalah penggolongan pantai di Indonesia berdasarkan tipe-tipe pa-paran (self) dan perairan:
1) Pantai Paparan
Merupakan pantai dengan proses pengendapan yang dominan. Umum terdapat di pantai utara Jawa, pantai timur Sumatra, pantai Selatan dan Timur Kaliman-tan, dengan karateristik:
a. Muara sungai memiliki delta, airnya keruh mengandung lumpur dan terdapat proses sedimentasi.
b. Pantainya landai dengan perubahan kemiringan (hingga kea rah laut) yang bersifat gradual dan teratur.
c. Daratan pantainya dapat lebih dari 20 km.
2) Pantai Samudera
Merupakan pantai di mana proses erosi lebih dominant. Umum terdapat di pan-tai selatan Jawa, pantai barat Sumatra, pantai utara dan timur Sulawesi, dan pa-ntai utara Irian jaya, dengan karakteristik:
a. Muara sungai berada dalam teluk
b. Batas antara daratan pantai dan garis pantai sempit
c. Kedalaman pantai ke arah laut berubah tiba-tiba (curam).
3) Pantai Pulau
Merupakan pantai yang melingkari/mengelilingi pulau kecil. Dibentuk oleh endapan sungai, batu gamping, endapan gunung berapi dan endapan lainnya. Umum terdapat di Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu, Kepulauan Nias dan Sangihe Talaud
Di Indonesia terdapat enam tipe pantai, yaitu :
a) Wave Erosion Coast
b) Coast Built by Organism
c) Volcanic Coast
d) Marine Deposition Coast
e) Structurally Shaped Coast
f) Sub-aerial deposition Coast
a. Wave Erosion Coast
Pantai dengan tipologi Wave Erosion Coast merupakan pantai yang umumnya terbentuk akibat aktivitas erosi gelombang. Karakteristik fisik (abiotik) ditandai dengan bentuk morfologi pantai yang terjal (cliff), lereng berteras dan berbukit. Sesuai dengan tipologi pantai tersebut, proses geomorfologi yang dominan adalah berupa abrasi gelombang dan umumnya airtanah sulit dijumpai, apalagi di musim kemarau kesan kekeringan sangat terasa. Gelombang laut umumnya sedang hingga kuat, hingga banyak disukai oleh peselancar untuk bermain papan selancar. Pada lokasi ini banyak dijumpai fauna jenis reptil seperti ular kobra dan kera.
Pantai dengan tipologi Wave Erosion Coast dapat dijumpai di Pura Ulu-watu yang berbukit terjal, dimana Pura Uluwatu merupakan salah satu pura suci bagi umat Hindu yang berada pada tebingdi tepi pantai yang terjal.
b. Coast Built by Organism
Tipe pantai ini dibentuk oleh organisme laut, sehingga terlihat dataran pantai yang relatif luas, berwarna keputihan, dan diselang-seling oleh bongkahan organisme laut yang sudah membatu. Tanaman bakau relatif banyak ditemui, ha-nya saja tutupannya masih tergolong rendah. Rumput laut dan bintang-bintang ka-rang dan atau binatang-binatang kecil pantai banyak terdapat di pantai yang ter-bentuk oleh organisme laut ini.
Tipe pantai ini dapat dijumpai di Tanjung Panto, wilayah Kecamatan Ma-lingping, Propinsi Jawa Barat.
c. Volcanic Coast
Tipologi pantai Volcanic Coast merupakan pesisir yang terbentuk sebagai akibat proses volkanik. Tipe pantai seperti ini biasanya platformnya landai dan memungkinkan tumbuhnya karang, sehingga lautnya cukup jernih seperti dijum-pai di Pantai Pasir Putih, Situbondo. Air laut relatif tenang dengan ketersedian airtanah yang cukup baik dan tidak asin.
d. Marine Deposition Coast
Tipologi pantai Marine Deposition Coast adalah pantai atau pesisir yang dibentuk oleh proses deposisi material sedimen marin. Termasuk dalam kategori ini adalah pesisir berpenghalang (barrier coast), seperti barrier beaches, barrier is-land, barrier spits and bays, cuspate foreland, beach plains, coastal sand plains tanpa lagoon, dan rataan lumpur (mud flat) atau rawa garam (salt marsh).
Karakteristik fisik (abiotik) ditandai dengan bentuk morofologi pantai yang lurus dan datar. Sesuai dengan tipologi pantai tersebut, proses geomorfologi yang dominan adalah proses deposisi (pengendapan) material-material laut yang berasal dari aktivitas laut maupun rombakan karang. Gelombang dan arus pantai umumnya relatif tenang, sehingga dapat dimanfaatkan untuk berlabuh.
e. Structurally Shaped Coast
Tipologi structurally shaped coast yaitu pesisir yang terbentuk akibat proses patahan, lipatan, atau intrusi batuan sedimen, seperti kubah garam atau kubah lumpur dangkal (salt domes atau mud lumps). Karakteristik fisik tipe pantai structurally shaped coast, ditandai dengan bentuk morfologi pantai yang tidak teratur dan terjal.
Tipologi pantai ini dapat dijumpai di Probolinggo (Gunung Bentar) yang merupakan bagian dari lipatan tengah perbukitan Kendeng.
f. Sub-aerial deposition Coast
Pantai dengan tipologi sub-aerial depositon coast, merupakan pantai yang umumnya terbentuk akibat akumulasi bahan-bahan sedimen sungai yang mem-bentuk delta dengan rataan pasang surut (tidal flat). Karakteristik fisik (abiotik) ditandai dengan bentuk morofologi pantai yang datar dan lurus. Sesuai dengan tipologi pantai tersebut, proses geomorfologi yang dominan adalah deposisi (pe-ngendapan) material-material yang berasal dari aktivitas sungai-sungai.
B. Delta
Pengertian delta adalah sebuah lingkungan transisional yang dicirikan oleh adanya material sedimen yang tertransport lewat aliran sungai (channel), kemudian terendapkan pada kondisi di bawah air (subaqueous), pada tubuh air tenang yang diisi oleh aliran sungai tersebut, sebagian lagi berada di darat /subaerial
Proses pembentukan delta adalah akibat akumulasi dari sedimen sungai pada danau atau pantai. Delta merupakan sebuah lingkungan yang sangat kom-pleks dimana beberapa faktor utama mengontrol proses distribusi sedimen dan morfologi delta, faktor-faktor tersebut adalah energi sungai, pasang surut, gelom-bang, iklim, kedalaman air dan subsiden (Tucker, 1981). Untuk membentuk sebuah delta, sungai harus mensuplai sedimen secara cukup untuk membentuk akumulasi aktif, dalam hal ini prograding system. Hal ini berarti bahwa jumlah sedimen yang diendapkan harus lebih banyak dibandingkan dengan sedimen yang tidal ridges, beaches, eolian dunes, swamps, marshes dan evavorites flats (Coleman& Prior, 1982).
Delta terbentuk di hampir semua benua di dunia (kecuali di Antarika dan Greenland, yang daerahnya tertutup salju), dimana terdapat pola penyaluran sungai dengan dimensi yang luas dan jumlah material sedimen yang besar (Boggs, 1987). Pada umumnya, delta akan terbentuk apabila material sedimen dari daratan yang terangkut lewat sungai dalam jumlah yang besar masuk ke dalam suatu tubuh air yang tenang (standing body water). Sebagian material yang terendapkan di muara sungai tersebut terendapkan pada kondisi subaerial
Proses pengendapan pada delta menghasilkan pola progradasi yang menyebabkan majunya garis pantai. Litologi yang dihasilkan umumnya mem-punyai struktur gradasi normal pada fasies yang berasosiasi dengan lingkungan laut (marine facies). Dalam pembentukan delta, material sedimen yang dibawa oleh sungai merupakan faktor pengontrol utama.
B.1 Faktor Pengontrol Delta
Pembentukan delta dikontrol oleh interaksi yang rumit antara berbagai factor yang berasal/bersifat fluviatil, proses di laut dan kondisi lingkungan pengendapan. Faktor-faktor tersebut meliputi iklim, pelepasan air, muatan sedi-men, proses yang terjadi di mulut sungai, gelombang (wave), pasang surut (tide), arus, angin, luas shelf, dan lereng (slope), tektonik, dan geometri cekungan pe-nerima (receiving basin) akan mengontrol distribusi, orientasi, dan geometri inter-nal endapan delta
Hanya beberapa proses saja yang tergolong sangat penting dalam mengon-trol geometri, proses internal yang bersifat progradasi pada delta (progradational framework) serta kecenderungan arah penyebaran (trend) delta, yaitu : pasokan sedimen, tingkat energi gelombang, dan tingkat energi pasang surut (Galloway, 1975; Galloway & Hobday, 1983 vide Boggs, 1987). Ketiga faktor inilah yang nantinya akan sangat berperan dalam penggolongan delta ke dalam tiga tipe dasar delta yang sangat fundamental yaitu (1) fluvial-dominated, (2) tide-dominated, dan (3) wave-dominated (Boggs, 1987). Adanya dominasi diantara salah satu factor pengontrol tersebut akan mempengaruhi geometri delta yang terbentuk. Menurut Curray (1969) delta memiliki beberapa bentuk yang umum, yaitu :
1. Birdfoot: Bentuk delta yang menyerupai kaki burung
2. Lobate : Bentuk delta seperti cuping
3. Cuspate: Bentuk delta yang menyerupai huruf (v)
4. Arcuate: Bentuk delta yang membundar
5. Estuarine : Bentuk delta tidak dapat berkembang dengan sempurna
Pada tahun 1975, M.O Hayes (Allen & Coadou, 1982) mengemukakan sebuah konsep tentang klasifikasi coastal yang didasarkan pada hubungan antara kisaran pasang surut (mikrotidal, mesotidal dan makrotidal) dan proses sedimentologi. Pada tahun 1975, Galloway menggunakan konsep ini dalam penerapannya terhadap aluvial delta, sehingga disimpulkan klasifikasi delta berdasarkan pada dominasi energinya, yaitu :
  • Delta sungai (fluvial-dominated delta)
  • Delta pasang-surut (tide-dominated delta)
  • Delta ombak (wave-dominated delta)
B.2 Klasifikasi Delta
Klasifikasi merupakan suatu usaha pengelompokkan berdasarkan kesa-maan sifat, fisik yang dapat teramati. Dalam hal klasifikasi delta, ada beberapa klasifikasi yang sering digunakan. Klasifikasi delta yang sering digunakan adalah klasifikasi menurut Galloway, 1975 dan klasifikasi menurut Fisher, 1969 .
Dalam klasifikasi Galloway (1975) ditampilkan beberapa contoh delta di dunia yang mewakili tipikal proses yang relatif dominan bekerja membentuk setiap tipikal delta, sebagai contoh fluvial dominated delta akan membentuk delta yang berbentuk elongate contohnya adalah Delta Missisipi, kemudian tide dominated delta akan membentuk delta yang berbentuk estuarine contohnya Delta Gangga- Brahmaputra, selanjutnya wave dominated delta akan menghasilkan delta yang berbentuk cuspate contohnya Delta San Fransisco. Namun, pada dasarnya setiap delta yang terdapat di dunia tidaklah murni dihasilkan oleh dominasi salah satu faktor pengontrol di atas, namun lebih merupakan hasil interaksi antara dua atau bahkan tiga faktor pengontrol, sebagai contoh Delta Mahakam dan Delta Ebro yang berbentuk lobate yang dihasilkan utamanya dari proses fluvial dan tidal dengan sedikit pengaruh gelombang (wave).
Selain klasifikasi menurut Galloway, juga terdapat klasifikasi menurut Fisher (1969). Dalam klasifikasi ini, Fisher menyimpulkan bahwa proses pembentukan delta dipengaruhi oleh dua faktor pengontrol utama yaitu proses flu-vial dan pasokan sedimen, serta proses asal laut (marine processes). Berdasarkan dominasi salah satu faktor tersebut, Fisher dalam klasifikasinya membagi delta menjadi dua kelompok yaitu delta yang bersifat high constructive, apabila proses fluvial dan pasokan sedimen yang dominan mengontrol pembentukan delta dan delta yang bersifat high desctructive apabila proses asal laut yang lebih dominan.
Tabel 2 Karakteristik sikuen pengendapan delta

River Dominated
Wave Dominated
Tide Dominated
Geometry
Elongate to Lobate
Arcuate
Estuarine to Irregular
Channel Type
Straight to Sinuous Distributaries
Meandering Distributaries
Flaring Straight to Sinuous Distributaries
Bulk Composition
Muddy to Mixed
Sandy
Variable
Framework Facies
Distributary Mouth Bar and Channel Fill Sands, Delta Margin Sand Sheet
Coastal Barrier and Beach Ridge Sands
Estuary Filland Tidal Sand Ridges
Framework
Parallels
Parallels
Parallels
Orientation
Depositional Slope
Depositional Slope
Depositional Slope
B.3 Sublingkungan Pengendapan Delta
Secara umum, delta dapat dibagi menjadi beberapa sublingkungan antara lain delta plain yang terdiri dari upper delta plain dan lower delta plain dan subaqueos delta plain yang terdiri dari delta front dan prodelta (Serra, 1985).
- Delta Plain
Merupakan bagian delta yang berada pada bagian lowland yang tersusun atas active channel dan abandoned channel .yang dipisahkan oleh lingkungan perairan dangkal dan merupakan permukaan yang muncul atau hampir muncul. Delta Plain dicirikan oleh suatu distributaries dan interdistributaries area. Proses sedimentasi utama di delta plain adalah arus sungai, walaupun arus tidal juga muncul.
Pada daerah dengan iklim lembab, Delta plain mungkin mengandung komponen organik penting (gambut yang kemudian menjadi batubara). Gambut merupakan kemenerusan dari paleosol ke arah downdip (terletak pada bidang kronostratigrafi yang sama) yang mewakili suatu periode panjang terbatasnya influx sedimen klastik.
Delta plain dapat dibagi menjadi :
1. Upper delta plain
Merupakan bagian delta yang berada di atas area pengaruh pasang surut (tidal) dan laut yang signifikan (pengaruh laut sangat kecil). Pada lingkungan upper delta plain dapat dijumpai beberapa macam endapan antara lain :
a. Endapan distibutary channel.
Endapan ini tersusun atas yaitu endapan braided dan endapan point bar dengan struktur sedimen umunya berupa cross bedding, ripple cross stratification, scour dan fill, dan lensa-lensa lempung. Distributary channels membentuk percabangan landas laut yang saling berhubungan memotong delta plain dan membawa sedimen fluvial ke pantai. Kedalaman distributay channels dapat mencapai 10–20 meter dan mengerosi lapisan bawahnya yang merupakan endapan laut atau lacustrine delta front. Distributary channels mengakumulasi endapan pasir dan membentuk reservoar yang baik. Geometri endapan distributary channels sangat bervariasi dan tergantung pada tipe sistem fluvial dan pembebanan alami sedimen sungai.
b. Endapan Lacustrine delta Fill dan endapan interdistributary flood plain
Endapan ini umumnya berupa endapan gambut air tawar (freshwater peat). Interdistributary area umumnya berubah dari kondisi freshwater, brackish, dan kemudian menjadi lingkungan saline ke arah downdip (seperti transisi dari rawa (swamp) ke Marsh). Lingkungan ini mempunyai kecepatan arus paling kecil, dangkal, tidak berelief dan proses akumulasi sedimen lambat. Struktur sedimen yang dapat dijumpai adalah laminasi paralel dan struktur burrowing. Interdistributary terdiri dari sedimen berukuran halus, seperti silts, mud dan carbonaceous clay.
2. Lower Delta Plain
Sublingkungan ini terletak pada interaksi antara sungai dan laut yang terbentang mulai dari batas surutnya muka air laut yang paling rendah hingga batas maksimal air laut pada saat pasang. Endapan pada lower delta plain terdiri atas:
a. Endapan pengisi teluk (bay fill deposit)
Endapan ini meliputi endapan sedimen interdistributary bay, tanggul alam (leeve), rawa (swamp), dan crevasse splay.
b. Endapan pengisi distributary yang ditinggalkan (abandoned Distributary Deposits)
Pada bagian bawah endapan ini umumnya akan tersusun oleh material berukuran pasir dengan sortasi yang buruk dan lanau yang banyak mengandung bahan organik hasil rombakan. Sementara itu, pada bagian atasnya akan terendapakan material yang berukuran lebih halus.
Gambar 3 Skema klasifikasi delta menurut Galloway (1975)
- Delta Front
Delta front merupakan sublingkungan dengan energi tinggi, dimana sedimen secara konstan dirombak oleh arus pasang surut (tidal), arus laut sepanjang pantai (marine longshore current) dan aksi gelombang (kedalaman 10 meter atau kurang). Endapan pada delta front meliputi sheet sand delta front, distributary mouth bar, endapan river-mouth tidal, near shore, longshore, dan endapan stream mouth bar. Delta front terdiri dari zona pantai dangkal yang berbatasan dengan delta plain.
Delta front ditunjukkan oleh suatu sikuen yang coarsening upward berskala besar yang merekam perubahan fasies vertikal ke arah atas dari sedimen offshore berukuran halus atau fasies prodelta ke fasies shoreline yang biasanya didominasi batupasir. Sikuen ini dihasilkan oleh progradasi delta front dan mungkin terpotong oleh sikuen fluvial distibutary channel atau tidal distributary channel saat progradasi berlanjut (Serra, 1985).
- Prodelta
Prodelta merupakan lingkungan transisi antara delta front dan endapan marine shelf. Merupakan bagian dari delta di bawah kedalaman efektif erosi gelombang, terletak di luar delta front dan menurun ke lantai cekungan sehingga tidak ada pengaruh gelombang dan pasang surut dimana terjadi akumulasi mud, umumnya dengan sedikit bioturbasi . Sedimen yang ditemukan pada bagian delta ini tersusun oleh material sedimen berukuran paling halus yang terendapkan dari suspensi.
Struktur sedimen masif, laminasi, dan burrowing structure. Seringkali dijumpai cangkang organisme bentonik yang tersebar luas, mengindikasikan tidak adanya pengaruh fluvial (Davis, 1983). Endapan prodelta terdiri dari marine dan lacustrine mud yang terakumulasi dilandas laut (seaward). Endapan ini berada di bawah efek gelombang, pasang surut dan arus sungai.
Komponen-komponen yang terbentuk di lingkungan pengendapan delta dapat dibagi seperti berikut ini :
1. Channel
Merupakan saluran utama sungai dimana material sedimen diangkut dan diendapkan, umumnya endapan channel berukuran cukup tebal di bagian tengah tubuhnya dan menipis ke arah tepinya. Channel dapat dibagi menjadi tidal channel, distributary channel dan interdistributary channel tergantung pada letak keberadaanya.
2. Bar
Bar merupakan endapan pada bagian sungai dengan energi pengangkutan material sedimen makin berkurang dan akhirnya habis sehingga endapannya membentuk perhentian dari alur sungai. Bar bisa berada pada titik-titik yang cukup tajam (point bar) maupun di muara sungai (mouth bar) dan di bagian yang mengalami pasang surut (Tidal bar). Umumnya endapan bar dicirikan oleh penyebarannya yang cukup luas dan ketebalannya kecil atau tipis.
3. Crevasse Splay
Crevasse Splay merupakan limpahan sepanjang channel, terjadi pada saat ketinggian permukaan air sungai yang membawa material sedimen melebihi tinggi tanggul sungai. Ciri endapan ini umumnya dengan ukuran butir pasir sedang–pasir halus, derajat keseragaman butirnya buruk, endapan tidak tebal dan penyebarannya melebar.
C. Marsh
Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Dalam pustaka, lahan rawa sering disebut dengan berbagai istilah, seperti “swamp”, “marsh”, “bog” dan “fen”, masing-masing mempunyai arti yang berbeda.
Marsh adalah rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun mengalami genangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara periodik, dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali diendapkan. Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal. Marsh biasanya ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau hidrofitik, berupa “reeds” (tumbuhan air sejenis gelagah, buluh atau rumputan tinggi, seperti Phragmites sp.), “sedges” (sejenis rumput rawa berbatang padat, tidak berbuluh, seperti famili Cyperaceae), dan “rushes” (sejenis rumput rawa, seperti purun, atau “mendong”, dari famili Juncaceae, yang batangnya dapat dianyam menjadi tikar, topi, atau keranjang). Marsh dibedakan menjadi "rawa pantai" (coastal marsh, atau salt-water marsh), dan "rawa pedalaman" (inland marsh, atau fresh water marsh)

ingat nie cman bwt blajar,, jgn copas bwt tgas,,, ksihan yg dah bikin,,,!!!!!
sblum kweluar tlong kasih komentar.....^_^

3 comments:

  1. thanx infonya gan.............sekalian nanya, kalau tabel Karakteristik sikuen pengendapan delta berdasarkan siapa ya???????????/
    trims

    ReplyDelete
  2. thank's infonya bro, sangat ngabantu tugas q, boleh q kopas ya,....tapi ada yg kurang bro, contoh dlm bentuk gambar ngga ada

    ReplyDelete
  3. bwt kang iqbal,, maaf kang iqbal dataq k format semua,, jd q harus cari referensinya lagi,,, karakterisitik sequentnya q cari djurnal internet,, jd q juga kesulitan mencari,,
    @nur hidayat.....oke gpp,, tp tetep nyantumin httpnya,,, ntar da klarifikasi to danya komentar lain

    ReplyDelete