Monday, February 7, 2011

MANGROVE’S LIVE

MANGROVE’S LIVE
please, after reading an article or would leave this page, leave a comment .>.>. . . (^_^)
    1. LATAR BELAKANG
Hampir 70 % bagian bumi terdiri atas lautan. Laut yang memilki luas lebih besar daripada daratan ini merupakan tempat hidup dari berbagai makhluk hidup, dimana keanekaragaman didalamnya belum banyak diketahui. Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang berhabitat di laut. Tumbuhan yang banyak hidup didasar laut umumnya didominasi oleh tumbuhan tingkat rendah, sementara tumbuhan tingkat tinggi hanya beberapa spesies yang mampu hidup dan beradaptasi dengan lingkungn tersebut.
Tumbuhan tersebut banyak dikenal sebagai lamun, sedangkan untuk tumbuhan tingkat rendah adalah alga atau seaweed. Tumbuhan yang tumbuh di daerah pantai yang berlumpur biasanya adalah bakau (mangrove).
Wlash (1974) mengatakan bahwa sekitar 60-70 % garis pantai di daerah tropis ditumbuhi oleh mangrove. Mangrove ini hidup di dengan substrat yang berkadar garam tinggi, mempunyai sedikit kandungan oksigen serta memilki bentuk perakaran yang khas.
Biologi laut, yakni ilmu pengetahuan tentang kehidupan biota laut. Biota laut menghuni hampir semua bagian laut mulai dari pantai,permukaan laut sampai dasar laut yang terjeluk sekalipun. Salah satu contoh dari biota laut adalah tumbuh-tumbuhan yang merupakan produsen yang sesungguhnya,artinya biota ini mampu membuat zat-zat organik yang majemuk dari senyawa-senyawa anorganik yang sederhana yang terlarut dalam air. Di laut,tumbuh-tumbuhan pemegang peranan utama penghasil makanan primer adalah mereka yang mengapung, khususnya fitoplankton,sedangkan di darat sebaliknya,tumbuh-tumbuhan melekat atau tumbuh-tumbuhan berakar yang memegang peranan penting.Sebagian besar tumbuhan yang hidup di dasar laut adalah tumbuhan tingkat rendah.Tumbuhan tingkat tinggi yang mampu hidup dan beradaptasi dengan lingkungan tersebut hanya beberapa soecies. Tumbuhan itu lebih sering disebut dengan lamun (sea grass),sedangkan tumbuhan tingkat rendah yaitu alga (seaweed) serta tumbuhan yang tumbuh di daerah pantai berlumpur adalah mangrove.
Untuk tumbuhan pantai seperti bakau (mangrove) salah satu cara untuk beradaptasi terhadap substrat yang kandungan garamnya tinggi dan sedikit mengandung oksigen adalah pada bentuk perakarannya yang khas. Bakau mempunyai sejumlah bentuk khusus yang memungkinkan mereka untuk hidup di perairan lautan dangkal yaitu berakar pendek,menyebar luas dengan akar penyangga atau tudung akarnya yang khas tumbuh dari batang dan atau dahan.
Hutan mangrove sering juga disebut sebagai hutan bakau, hutan payau atau hutan pasang surut, merupakan suatu ekosistem peralihan antara darat dan laut. Terdapat di daerah tropik atau sub tropik disepanjang pantai yang terlindung dan di muara sungai. Hutan mangrove merupakan ciri khas ekosistem daerah tropis dan sub tropis. Hutan mangrove merupakan komunitas tumbuhan pantai yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut sesuai dengan toleransinya terhadap salinitas, lama penggenangan, substrat dan morfologi pantainya. Sebagai daerah peralihan antara darat dan laut, ekosistem mangrove mempunyai gradien sifat lingkungan yang berat, sehingga hanya jenis tertentu yang memiliki toleransi terhadap kondisi lingkungan seperti itulah yang dapat bertahan dan berkembang.
2.1. PENGERTIAN MANGROVE
Kata mangrove adalah kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove (Macneae, 1968). Adapun dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan untuk menunjuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut maupun untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Sedangkan dalam bahasa portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan, sedangkan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut.(Dahuri, 2001).
Menurut Snedaker (1978), hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Adapun menurut Aksornkoe (1993), hutan mangrove adalah tumbuhan halofit (tumbuhan yang hidup pada tempat-tempat dengan kadar garam tinggi atau bersifat alkalin) yang hidup disepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis.(Romimohtarto, 2001).
Kata "mangrove" berarti tumbuhan tropis beserta komunitasnya yang tumbuh di zona intertidal. Zona intertidal adalah kawasan dibawah pengaruh pasang surut sepanjang garis pantai, seperti pantai, estuari, lagun dan tepi sungai. Secara umum mangrove adalah pohon dan semak-semak yang tumbuh dibawah level air tertinggi pada pasang di musim semi. (Nybakken, 1992).
Hutan mangrove sering juga disebut sebagai hutan bakau, hutan payau atau hutan pasang surut, merupakan suatu ekosistem peralihan antara darat dan laut. Terdapat di daerah tropik atau sub tropik disepanjang pantai yang terlindung dan di muara sungai. Hutan mangrove merupakan ciri khas ekosistem daerah tropis dan sub tropis. Hutan mangrove merupakan komunitas tumbuhan pantai yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut sesuai dengan toleransinya terhadap salinitas, lama penggenangan, substrat dan morfologi pantainya. Sebagai daerah peralihan antara darat dan laut, ekosistem mangrove mempunyai gradien sifat lingkungan yang berat, sehingga hanya jenis tertentu yang memiliki toleransi terhadap kondisi lingkungan seperti itulah yang dapat bertahan dan berkembang (Nontji, 1993).
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Acapkali disebut pula hutan pantai, hutan pasang-surut, hutan payau, atau hutan bakau. Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar. Biasanya ditempat yang tak ada muara sungainya, hutan mangrove terdapat agak tipis, namun pada tempat yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur dan pasir, mangrove biasanya tumbuh meluas. Mangrove tidak tumbuh di pantai yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat karena hal ini tak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur dan pasir, substrat yang diperlukan untuk pertumbuhannya. (Nontji, 1993).
Ekosistem mangrove yang terjadi karena perpaduan antara habitat-habitat yang bertentangan adalah unik. Untuk menghadapi lingkungan yang unik ini jasad-jasad yang hidup di lingkungan ini telah mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri dengan keadaan yang unik tersebut. Kemampuan adaptasi ini dapat dilihat pada sejumlah jenis mangrove yang termasuk kedalam suku yang berbeda. Misalnya, meskipun di lingkungan ini banyak air tetapi tercampur air asin sehingga sulit untuk digunakan oleh tumbuh-tunbuhan. Untuk memecahkan masalah ini hampir semua tumbuh-tumbuhan mangrove mempunyai kutikula yang tebal untuk menyimpan air. Beberapa di antaranya mampu menyerap air laut dan membuang garamnya melalui kelenjar pembuang garam, seperti Achanthus ilicifolius dan Avicennia app. Selain itu mangrove mempunyai sifat lain seperti stomata yang membenam. Sifat-sifat yang berkaitan dengan penyimpanan air selain oleh asinnya air disekitar sistem akar, mungkin juga diakibatkan sengatan matahari yang tajam, suhu tinggi, dan angin yang keras. (Nybakken, 1992).
Hutan mangrove mempunyai arti yang sangat penting, dimana berbagai jenis hewan laut hidup dikawasan ini dan sangat bergantung pada eksistensi hutan mangrove. Perairan mangrove berfungsi sebagai tempat asuhan berbagai jenis hewan akuatik yang mempunyai nilai ekonomi penting seperti ikan, udang dan kerang-kerangan. Disamping itu hutan mangrove juga memberikan sumbangan yang penting terhadap ekosistem perairan pantai melalui luruhan daunnya yang gugur berjatuhan kedalam air. Luruhan daun mangrove ini merupakan sumber bahan organik yang penting dalam rantai makanan di dalam lingkungan perairan yang dapat mencapai 7 sampai 8 ton perhektar pertahun. Kesuburan perairan sekitar kawasan mangrove kuncinya terletak pada masukan bahan organik yang berasal dari guguran daun ini. Hancuran bahan-baqhan organik kemudian menjadi bahan makanan penting bagi cacing, crustacea dan hewan-hewan lainnya. Fungsi lain dari hutan mangrove adalah melindungi garis pantai dari erosi, dimana akar-akarnya yang kuat dapat meredam pengaruh gelombang serta dapat pula menahan lumpur sehingga hutan mangrove bisa meluas.(Nontji, 1993).
2.2. SISTEM PERAKARAN MANGROVE
Karena sifat lingkungannya keras, misalnya genangan pasang-surut air laut, perubahan salinitas yang besar, perairan yang berlumpur dan anaerobik, maka pohon-pohon mangrove telah beradaptasi untuk itu baik secara morfologi maupun fisiologi. Adaptasi tersebut antara lain dapat terlihat dalam sistem perakaran yang khas mangrove. Perakaran ini berfungsi antara lain untuk membantu mangrove bernafas dan tegak berdiri. Ada jenis-jenis yang mempunyai akar horizontal di dalam tanah dan disana-sini mencuat keluar, tegak bagaikan tonggak-tonggak tajam seperti pada api-api (Avicennia). Ada pula yang akarnya tersembul kepermukaan dan melengkung bagaikan lutut seperti pada tanjang (Bruguiera). Selain itu ada pula yang akar-akarnya mencuat dari batang, dan bercabang-cabang mengarah kebawah dan menggantung kemudian masuk ketanah seperti pada bakau (Rhizophora).(Tomlinson, 1986).
Tanah habitat mangrove menjadi anaerobik (tanpa udara) ketika terendam air. Beberapa spesies mangrove mengembangkan karakteristik sistem akar, disebut akar aerial, cocok untuk kondisi tanah yang anaerobik. Akar aerial adalah akar yang mengarah ke udara sedikitnya selama setengah hari, terkadang sehari penuh. Akar aerial berfungsi sebagai pertukaran gas dan penyimpanan udara untuk pernafasan selama terendam air.(Tomlinson, 1986)
Beberapa variasi morfologi akar yang ada pada mangrove dapat digolongkan menjadi 4 kelompok utama, yaitu :
  1. Akar tunjang (Still roots)
Akar tujang yang merupakan karakteristik dari Rhizopora adalah mungkin merupakan hal yang paling mencolok dan paling familiar dari seluruh akar mangrove. Akar ini tumbuh dari batang utama dan cabang terendah dari Rhizopora dan tumbuh ke bawah menuju substrat. Bagian akar yang berada di atas permukaan tanah ini berfungsi dalam pertukaran gas, sedangkan yang berada di bawah permukaan tanah berfungsi dalam transport air dan sebagai penyokong. (Romimohtarto, 2001).
  1. Pneumatophor
Pneumatophor adalah akar tegak yang menonjol secara vertikal dari batang akar subterranean dan subaerial yang terlihat. Peranan utama dari pneumatophor adalah untuk pertukaran gas. (Romimohtarto, 2001).
  1. Akar lutut (Knee roots).
Akar lutut adalah bagian yang termodifikasi dari batang akar yang berada di bawah permukaan dan merupakan karakteristik yang terdapat pada sejumlah spesies dari Brugueira dan Ceriops. (Romimohtarto, 2001).
  1. Akar papan (Buttress roots)
Akar papan adalah akar berkelok-kelok yang tumbuh secara radial dari batang utama, dan meluas secara vertikal dengan aktifitas kambium yang eksentrik pada keseluruhan panjangnya sampai merata, berbentuk lembaran seperti strukturnya. (Romimohtarto, 2001).
2.3. KOMPONEN – KOMPONEN MANGROVE
Mangrove meliputi bermacam-macam jenis dari tumbuhan yang beradaptasi dengan lingkungannya. Tomlinson (1986) mengklasifikasi spesies mangrove menjadi 3 kelompok : komponen mayor; komponen minor dan kumpulan mangrove.
a. Komponen Mayor
Tumbuhan yang berkembang secara morfologi seperti sistem akar aerial dan mekanisme fisiologi pengeluaran garam untuk beradaptasi dengan lingkungan mangrove, secara taksonomi terisolasi dari terestrial, hanya dapat ditemukan di hutan mangrove dan tegak.(Dahuri, 2001).
  1. Komponen Minor (Tumbuhan pantai)
Tumbuhan ini tidak menarik perhatian, mengelilingi habitatnya dan jarang yang berbentuk tegak.(Dahuri, 2001).
c. Kumpulan asosiasi
Tumbuhan ini tidak pernah tumbuh di komunitas mangrove sejati dan terdapat di tumbuhan terestrial.(Dahuri, 2001)
Mangrove di Indonesia dikenal mempunyai keragaman jenis yang tinggi, seluruhnya tercatat sebanyak 89 jenis tumbuhan, 35 jenis diantaranya berupa pohon dan selebihnya berupa terna (5 jenis), perdu (9 jenis), liana (9 jenis), epifit (29 jenis), dan parasit (2 jenis). Beberapa contoh yang berupa pohon antara lain, bakau(Rhizophora), api-api (Avicennia), pedada (Sonneratia), tanjang (Bruguiera), nyirih (Xylocarpus), tengar (Ceriops), buta-buta (Excoecaria). (Nontji, 1993).
2.4. MORFOLOGI DAN FISIOLOGI MANGROVE

2.4.1. Sistem Akar

Tanah habitat mangrove menjadi anaerobik (tanpa udara) ketika terendam air. Beberapa spesies mangrove mengembangkan karakteristik sistem akar, disebut akar aerial, cocok untuk kondisi tanah yang anaerobik. Akar aerial adalah akar yang mengarah ke udara sedikitnya selama setengah hari, terkadang sehari penuh (Gill dan Tomlinson, 1975). Akar aerial berfungsi sebagai pertukaran gas dan penyimpanan udara untuk pernafasan selama terendam air.(Tomlinson, 1986).

2.4.2. Buah-buahan

Semua spesies mangrove menghasilkan buah yang biasanya tersebar di air. Spesies mangrove membentuk buah-buahannya seperti silindris, bola, kacang, dsb.
  • Rhizophoraceae (Rhizophora, Bruguiera, Ceripos, and Kandelia) membentuk buah silindris (tongkat).
  • Avicennia (buahnya berbentuk kacang), Aegiceras (buahnya berbentuk silindris) dan Nypa
  • Sonneratia and Xylocarpus, buahnya berbentuk bola
  • Untuk kebanyakan spesies mangrove lainnya mempunyai buah berbentuk kapsul.(Tomlinson, 1986).

2.4.3. Kelenjar Garam

Beberapa spesies mangrove mengembangkan sistem yang cocok untuk kondisi salinitas yang tinggi, seperti organ sekresi tertentu yang disebut kelenjar garam. Avicennia, Aegiceras, Acanthus dan Aegialitis mengontrol keseimbangan garam dengan mengeluarkan garam dari kelenjar garam tersebut (Tomlinson, 1986). Kelenjar garam sangat berlimpah di permukaan daun. Biasanya terlihat garam kristal di permukaan daunnya. Spesies lainnya, Rhizopora, Bruguiera, Ceriops, Sonneratia dan Lumnitzera mengontrol keseimbangan garam dengan jalan sebaliknya, yaitu dengan merontokkan daunnya yang tua berisi akumulasi garam, atau dengan menggunakan tekanan osmotik pada akar. Namun secara mendetail hal ini belum dapat dijelaskan.(Kitamura,1997).
2.5. REPRODUKSI MANGROVE
Reproduksi tumbuhan mangrove terjadi secara seksual, yakni dengan adanya bunga berkelamin satu maupun poligami, sehingga memerlukan serangga, burung atau angin untuk membantu penyerbukan. Dalam kondisi habitat yang berat seperti diterangkan di atas, sangat sulit bagi tumbuhan mangrove untuk berkembangbiak sebagaimana tumbuhan darat biasa. Suatu penyesuaian perkembangbiakannya adalah yang disebut viviparitas (viviparity), yakni bahwa bijinya tumbuh menjadi tumbuhan muda selagi masih melekat pada tumbuhan induknya. Saat lepas dari induknya ia akan menancap pada substrat dengan hipokotil (hypocotyl) yang seperti paku tajam. Adaptasi semacam ini terdapat pada kebanyakan jenis mangrove seperti Rhizophora spp, Bruguiera spp, Ceriops spp, dll. (Romimohtarto, 2001).
2.6. BENTUK – BENTUK ADAPTASI MANGROVE
Terdapat dua macam adaptasi mangrove, yakni secara morfologi dan secara anatomi. Sebagai tumbuhan yang hidup di perairan yang bersalinitas tinggi, ia memiliki cara untuk beradaptasi sehingga disebut tumbuhan fakultatip halopit. Adapun cara adaptasinya adalah sebagai berikut :
  • Pada umumnya memiliki kutikula pada permukaan tumbuhan yang tebal untuk menyimpan air
  • Mempunyai stomata yang membenam, sehingga mengurangi penguapan air.
  • Mampu menyimpan garam dalam jaringan yang relatif lengai (inert) seperti kulit pohon atau daun tua, contoh spesiesnya adalah : exoecaria spp dan bruguiera spp.
  • Mampu menahan masuknya garam dari air laut ke dalam akar, karena sifat inilah tumbuhan jenis ini dinamakan “penolak garam” atau salt excluder, contoh spesiesnya adalah : rhizophora spp dan sonneratia spp
  • Mampu menyerap garam melalui akarnya dan kemudian mengeluarkannya melalui kelenjar yang terdapat pada daun (gland salt) sehingga membentuk kerak kristal garam pada permukaan daun, contoh spesiesnya adalah : avicennia spp, acanthus spp, dan aegiceras spp.
  • Beberapa diantaranya membentuk tunas vegetatif untuk menghadapi kekeringan. (romimohtarto, 2001).
Membanjirnya air pasang menggenangi substrat dan mempersukar tumbuh-tumbuhan biasa untuk hidup disini. Tetapi mangrove merah (Rhizophora spp) mempunyai akar tunggang (prop root) untuk menunjang tegaknya pohon mangrove tersebut. Meskipun demikian tumbuh-tunbuhan ini tentunya pernah mengalami kekurangan air. Ini terbukti dengan dipunyainya tunas vegetatif yang memiliki sifat-sifat tumbuh-tumbuhan yang menyesuikan diri untuk menghadapi kekeringan.(Dahuri, 2001).
Mangrove juga hidup di tanah yang miskin zat asam, sedangkan zat asam dari tanah diperlukan untuk respirassi akar. Sebagai penyesuaiaan hidup anaerobik, akar yang terkhususkan yang disebut akar nafas (pneumathophore) tumbuh dipermukaan tanah. Pada Avicennia spp.mereka seperti pensil dan Sonneratia spp.mereka tumpul. Untuk keperluan yang sama Bruguirea spp.mempunyai akart lutut (knee root).(Dahuri, 2001).
2.7. PERSEBARAN ATAU DISTRIBUSI MANGROVE
Ada kira-kira 70 species mangrove sejati (komponen mayor dan minor). Empat puluh spesies dapat ditemukan di Asia Tenggara (15 spesies terdapat di Africa dan 10 spesies terdapat di America). Menurut Soemodihardjo (1993), ada 15 famili, 18 genus dan 41 spesies dari true mangrove dan 116 rekanan mangrove di Indonesia. Jumlah mangrove di Indonesia menurun sangat cepat karena dipengaruhi oleh pengunaan lahan dan sumberdaya yang berlebihan yang diakibatkan oleh peningkatan populasi di kawasan pantai.(Dahuri, 2001).
2.8. MANFAAT MANGROVE
Hutan mangrove mempunyai arti yang sangat penting, dimana berbagai jenis hewan laut hidup dikawasan ini dan sangat bergantung pada eksistensi hutan mangrove. Perairan mangrove berfungsi sebagai tempat asuhan berbagai jenis hewan akuatik yang mempunyai nilai ekonomi penting seperti ikan, udang dan kerang-kerangan. Disamping itu hutan mangrove juga memberikan sumbangan yang penting terhadap ekosistem perairan pantai melalui luruhan daunnya yang gugur berjatuhan kedalam air. Luruhan daun mangrove ini merupakan sumber bahan organik yang penting dalam rantai makanan di dalam lingkungan perairan yang dapat mencapai 7 sampai 8 ton perhektar pertahun.(Dahuri, 2001).
Kesuburan perairan sekitar kawasan mangrove kuncinya terletak pada masukan bahan organik yang berasal dari guguran daun ini. Hancuran bahan-baqhan organik kemudian menjadi bahan makanan penting bagi cacing, crustacea dan hewan-hewan lainnya. Fungsi lain dari hutan mangrove adalah melindungi garis pantai dari erosi, dimana akar-akarnya yang kuat dapat meredam pengaruh gelombang serta dapat pula menahan lumpur sehingga hutan mangrove bisa meluas.(Nontji, 1993).
Dari pokok pohon mangrove dapat dihasilkan beberapa kegunaan yakni:
1. Produksi Kayu
Penebangan pohon mangrove untuk kayu batangan atau kayu tiang banyak dilakukaan di Malaysia.(Dahuri, 2001).
2. Produksi Nibung
Pada transisi antara mangrove dan hutan dataran terdapat nibung (Oncosperma tigillrum). Pohon ini digunakan dalam bentuk batangan untuk bahan tiang berbagai bangunan seperti kelong, tiang jetti, dan tiang dok.(Dahuri, 2001).
3. Produksi Arang dan Kayu Bakar
Untuk membuat arang kayu, mangrove dipotong dan dikuliti sebelum diarangkan, sementara kayu bakar tidak perlu dikuliti. Jenis produk ini adalah Rhizophora apiculata.(Dahuri, 2001).
4. Produksi Kulit Kayu
Kulit dari pohon mangrove terutama dari marga Rhizophora, Bruguirea dan Ceriops tagal, dimanfaatkan untuk diekstrak teninnya. Tenin ini dapat digunakan untuk mengawetkan jaring dan layar.(Dahuri, 2001).
2.9. PARAMETER LINGKUNGAN
ada tiga parameter lingkungan utama yang menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan mangrove yaitu :
  1. Suplai air tawar dan salinitas.
Ketersediaan air tawar dan konsentrasi kadar garam (salinitas) mengendalikan efisiensi metabolik dari ekosistem hutan mangrove. Ketersediaan air tawar tergantung dari frekuensi dan volume air dari sistem sungai dan irigasi dari darat, frekuensi dan volume air pertukaran dari pasang surut dan tingkat evaporasi dan atmosfer.(Romimohtarto, 2001).
  1. Pasokan nutrien.
Pasokan nutrien bagi ekosistem mangrove ditentukan oleh berbagai proses yang terkait, meliputi input dari ion-ion mineral anorganik dan bahan organik serta pendaur-ulangan nutrien secara internal melalui jaring-jaring makanan berbasis detritus. Konsentrasi relatif dan nisbah optimal dari nutrien yang diperlukan untuk pemeliharaan produktivitas ekosistem mangrove ditentukan oleh : frekuensi, jumlah dan lamanya penggenangan oleh air asin, dan oleh air tawar dan dinamika sirkulasi internal dari kompleks detritus. (Romimohtarto,2001).
  1. Stabilitas substrat.
Kestabilan substrat, rasio antara erosi dan perubahan letak sedimen diatur oleh velositas air tawar, muatan sedimen, semburan air pasang surut dan gerak air. Arti penting dari perubahan sedimentasi terhadap spesies hutan mangrove tergambar dari kemampuan hutan mangrove untuk menahan akibat yang menimpa ekosistemnya. Pokok-pokok perubahan sedimentasi dalam ambang batas kritik meliputi: pengumpulan sedimen yang diikuti dengan kolonisasi oleh hutan mangrove, nutrien, bahan pencemar dan endapan lumpur yang dapat menyimpan nutrien dan menyaring bahan beracun (Romimohtarto,2001).

REFERENSI
Dahuri, Rokhim, Dr. Ir. H. M.S, dkk. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta : PT.Pradnya Pramita.
Kitamura.S,et.al.1997. Handbook of Mangroves In Indonesia. Tokyo : JICA
Nontji,A.1993. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.
Nybakken,J.W.1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Romimohtarto,K dan Juwana,Sri.2001. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta : Djambatan.
Tomlinson,P.B.1986. The Botany of Mangrove. London : Cambridge University Press

No comments:

Post a Comment